1. Azanna

74 18 6
                                    

Seorang gadis berseragam SMA terlihat sedang buru-buru memasukkan buku-buku yang akan ia bawa ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis berseragam SMA terlihat sedang buru-buru memasukkan buku-buku yang akan ia bawa ke sekolah. Entah kesialan darimana sehingga dirinya bangun kesiangan, padahal ini adalah hari senin dimana setiap sekolah mengadakan upacara. Apalagi di sekolahnya, yang mewajibkan para siswa-siswi untuk berangkat lebih awal di hari senin.

Setelah selesai, gadis itu turun ke bawah untuk sarapan dan mengambil bekal yang sudah di siapkan oleh Mina, Asisten pribadinya. Namun sebelum sampai di ruang makan, ada sesuatu hal yang membuat dadanya berdenyut nyeri. Di sana, di sebuah meja persegi panjang, seluruh anggota keluarganya sedang menikmati sarapan bersama, tanpa menunggunya terlebih dahulu.

Gadis itu hanya bisa terkekeh samar.

"Lho? Azanna kenapa diam aja di situ, sayang? sini sarapan dulu" Azanna mengangguk, kemudian ikut bergabung setelah mendapat himbauan dari sang ibu.

"Kalian sarapan tanpa nunggu aku?" Tanya Azanna setelah menempati bangku kosong di samping Devano, adiknya.

Serena tersenyum "Maaf ya bunda lupa, soalnya hari ini kakak sama abang harus berangkat lebih awal jadi kalau nunggu kamu takutnya mereka telat" Ucapnya dengan suara lembut.

Azanna terkekeh "Tapi hampir setiap hari begitu, kan? kalau bunda takut mereka telat, kenapa bunda nggak bangunin aku?!" Tanya Azanna, sorot matanya terlihat tajam seiring suaranya yang meninggi.

"Azanna! kamu ini kenapa?! masih pagi jangan bikin suasana jadi buruk!" Terus Armanio pada anak ketiganya itu.

"Tau tuh, tinggal makan aja pake drama segala" Timpal Samuel yang sudah muak dengan sifat Azanna yang menurutnya selalu kekanakan. "Sam selesai, berangkat dulu ya Ayah, Bunda" Anak laki-laki itu berdiri kemudian menyambar tangan Arman dan Seren sebelum berangkat ke kampus. Dia harus berangkat pagi-pagi untuk mencari dosen pembimbing skripsi, menjadi mahasiswa semester akhir memang harus berjuang lebih keras.

Seren mengangguk, kemudian mengecup pipi putranya itu, "Hati-hati di jalan, bawa motornya jangan ngebut-ngebut" Ucapnya.

"Ari juga pamit, tiba-tiba mood makan rusak!" Aryana, si anak sulung tiba-tiba juga ikut berpamitan sembari melirik tajam ke arah adik perempuannya.

"Ya sudah, hati-hati juga di jalan. Papa sebentar lagi nyusul" Ucap Arman. Aryana saat ini memang sudah bekerja sebagai karyawan magang di perusahaan ayahnya sendiri, namun keduanya tidak berangkat bersama karena Aryana lebih suka mengendarai mobil mewahnya sendiri.

Setelah kepergian kedua anaknya, Seren menghela nafas "Azanna, lain kali jangan begitu. Aryana pasti pusing jadi karyawan magang dan Samuel juga lagi sibuk revisi, mereka pasti lagi sensitif. Kamu harusnya pengertian ke mereka, jangan kekanakan"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AZANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang