"NENEK, ANNA DATENG!"
Gadis yang masih menggunakan seragam sekolah itu berteriak memanggil sang nenek yang entah dimana keberadaannya. Gadis itu berjalan ke arah halaman belakang, dan ternyata neneknya memang ada di sana sedang menyirami tanaman. Karena faktor usia, pendengaran nenek mulai tertanggu, mungkin ia tidak mendengar panggilan Azanna.
"NENEK!" Azanna berlari ke arah sang nenek dengan senyuman yang jarang ia tunjukkan kepada orang lain. Bagi Azanna, nenek adalah rumah ternyamannya.
"Anna? sejak kapan kamu di sini, sayang?" Ucap nenek sembari memeluk tubuh cucu tersayangnya itu.
"Barusan, Anna udah panggil nenek dari tadi tapi nenek nggak denger" Ucap Azanna sembari mempoutkan bibirnya. Nenek yang gemas tidak tahan untuk tidak mencubit pipinya.
Azanna tertawa "Hari ini nenek masak apa? Anna laper belum makan siang"
"Kebetulan nenek tadi buat opor ayam kesukaan kamu"
"Asik! yaudah Anna mau ke dalem duluan! nenek jangan lama-lama nyiram bunganya, Anna mau makan bareng nenek" Nenek tersenyum dengan sifat manja Azanna yang hanya di tunjukkan di hadapannya saja. Nenek mengangguk dan membiarkan Azanna masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
Nenek sangat senang setiap kali Azanna datang ke rumahnya, rasanya ia tidak kesepian. Sebenarnya rumah nenek dan rumah utama keluarga Maheswari tidak terlalu jauh, masih berada di kompleks yang sama, namun alih-alih tinggal di rumah putranya, ia lebih memilih menghuni rumah lama yang dari dulu ia tinggali bersama mendiang suami. Nenek hanya tidak mau meninggalkan rumah penuh kenangan itu.
Nenek juga tahu perihal apa yang di alami Azanna di rumahnya, dan nenek sangat menyayangkan hal itu. Nenek tidak tahu yang membuat anak dan menantunya membedakan kasih sayang antara Azanna dan saudara-saudaranya, yang jelas nenek sangat kecewa. Maka dari itu nenek sangat menyayangi Azanna melebihi cucu-cucunya yang lain, karena dia tahu jika Azanna tidak mendapatkan hal itu dari orangtuanya sendiri.
Setelah selesai, nenek menyusul Azanna ke dalam rumah, ternyata gadis itu sudah berganti pakaian dan duduk manis di meja makan "Tidak jadi makan?" Tanya nenek.
"Nunggu nenek, Anna kan udah bilang tadi mau makan bareng nenek" Azanna mencebik karena neneknya lupa.
Nenek terkekeh "Nenek lupa, yasudah kalau begitu kita makan sekarang" Azanna mengangguk girang, dan sore itu ia makan dengan nikmat bersama sang nenek. Rasanya Azanna ingin waktu berhenti, ia terlalu takut kehilangan orang-orang tersayangnya.
Azanna dan nenek kembali ke ruang tengah setelah selesai makan siang menjelang sore itu, keduanya menonton serial televisi dengan kepala Azanna yang berada di atas pangkuan sang nenek. Namun, hanya nenek yang terlihat fokus ke televisi, sedangkan Azanna justru hanya menatap wajah teduh sang nenek dari bawah.
Azanna perhatikan, makin hari tubuh neneknya itu semakin kurus. Tubuhnya juga mulai ringkih, bahkan kerutan di tubuhnya makin terlihat, neneknya semakin tua dan renta. Azanna menggenggam tangan hangat sang nenek, di ciumnya berkali-kali tangan yang kulitnya mulai kendur itu hingga atensi sang nenek kini berpindah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZANNA
General FictionSiapa yang tidak mengenal Azanna? sepertinya semua murid SMA Galaksi tahu siapa itu Azanna. Si biang kerok bermulut pedas yang di berkahi otak cerdas penasaran? kuy baca