bab 72

5.8K 732 32
                                    


  Malam harinya hujan turun sangat deras padahal tadi saat mereka pergi cuaca sangat cerah dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, apalagi ini malam minggu.

  Mark Jeno Haechan Jaemin hanya bisa bersantai sembari bermain game di hp mereka masing-masing, sedangkan Chenle dan Jisung sedang menyusun lego yang tadi sempat mereka beli.

   Chanyeol sendiri hanya mengawasi anak anaknya saja sambil menikmati kopi buatan istrinya.

  Kalau di tanya Renjun di mana? Maka anak itu masih makan di temani mamanya.

"Moca moci angan lali"

   Mereka semua menatap ke arah sumber suara, di mana Renjun yang terlihat kesusahan mengejar dua makhluk berbulu itu.

   Renjun terlihat sangat lucu apalagi tubuhnya yang semakin berisi di tambah tadi sore mamanya memakaikan Renjun baju double, Wendy memakaikan switer dan jaket agar putranya itu tidak kedinginan.

"Moca moci dak au mam" sebalnya.

"INJUN MAKAN DULU NAK HABISKAN, KALAU MAU SUSU" tak lama mereka juga mendengar teriakan sang mama yang baru datang dari arah dapur.

"Injun, moca moci gak suka sayur nak, ayo injun habiskan mam nya yuk" Wendy menuntun putranya yang sudah menatap kedua kucing itu dengan kesal.

"Injun hyung ada ada aja" gumam Jisung, dia mengelus bulu moci yang datang menghampirinya sedangkan moca hanya diam sembari tiduran.

"Masih untung itu, kemarin moca moci di ceburin ke kolam katanya harus mandi biar wangi" ujar Chanyeol sedikit terkekeh pelan kala mengingat kejadian kemarin yang hampir membuat dua makhluk berbulu itu mati.

"Beneran pa?" Jaemin menatap papanya yang mengangguk.

"Tanya aja mama, papa nyuruh Hendra kemarin yang ngambil" ujar Chanyeol.

"Kuat juga tuh dua kucing di tangan Renjun" Haechan hanya bisa terheran heran melihat kelakuan Injun yang semakin hari semakin aktif saja.

"Ada apa nih, kok mama di bawah bawah sih" ujar Wendy sembari meletakkan cemilan dan coklat hangat untuk anak anaknya.

"Gak ada ma, cuma lagi bahas moca moci" ujar Mark.

"Ohh kirain apaan, udahan main nya nanti sakit matanya, nih di minum dulu coklat hangatnya" pintanya membuat Mark Jeno dan Haechan yang sedang bermain game langsung meletakkan hpnya di atas meja.

"Injun di tinggal sendiri" Chanyeol melirik ke arah dapur yang terlihat sedikit punggung putranya.

"Hanya sebentar, anaknya lagi makan lahap banget sama moca moci" gumam Wendy, menurutnya tidak masalah toh dia hanya meninggalkan sebentar untuk mengantarkan cemilan dan minuman hangat ini.

"Hujannya deras bang"

DUAAARRR

PYAARRR

"RENJUN!" Teriak mereka semua dan langsung berlari menuju dapur.

  Mereka semua terdiam melihat pecahan piring di bawah meja bahkan ada bekas darah yang membentuk kaki.

"Injun, nak, kamu di mana sayang, ini mama nak" wendy memperhatikan sekitar meja makan dan dapur hingga.

"Bawah meja ma" ujar Mark yang sudah berjongkok di bawah meja bersama Jeno.

   Chanyeol dan Wendy langsung menatap ke arah bawah meja, dimana Renjun yang terisak dan menutup telinganya jangan lupakan bekas darah yang sangat ketara sekali di sekitarnya.

"Astaga sayang" guman Wendy melihat keadaan putranya.

"Gi hiks gi, pha hiks cakit hiks gi" tubuh Renjun semakin bergetar apalagi tangan anak itu yang menutup telinganya dengan kencang.

"Sayang ini papa nak, ayo udah gak ada sayang, sama papa ya" Chanyeol sendiri sedikit sulit membawa putranya keluar karena Renjun yang terus memberontak sembari menutup telinganya.

   Mereka semua hanya takut, trauma Renjun akan kembali melihat bagaimana keadaan nya sekarang.

"Hussttt ada papa nak, ada papa hm" Chanyeol mendekap tubuh bergetar putranya.

  Renjun sendiri masih tidak sadar yang memeluknya sekarang adalah papanya bahkan Renjun masih terisak dan menutup telinganya dengan kencang.

"Hiks pas hiks pas akit" Renjun terus memberontak ketika papanya hendak melepaskan tangannya.

"Renjun Renjun liat mama nak, ini mama, astaga darahnya gak mau berhenti hiks" Wendy menjadi panik sendiri apalagi melihat darah yang terus keluar dari luka di kaki putranya.

"Huuusstt papa ya sayang yang nutup telinganya, udah gak ada suara apa apa hm" tangan besar Chanyeol menutup kedua telinga putra sedangkan tangan Renjun kini di pegang oleh Jeno.

"Ini ma" Jaemin baru saja mengambil sebaskom air dan handuk untuk mengelap darah di kaki Renjun yang kini juga di pegangi Jisung.

"Kit cakit ahkkk hiks kit" Renjun semakin histeris sedangkan Chanyeol yang memangku nya hanya bisa berusaha membuat putranya tenang.

"Sayangnya papa anak pintar hm" gumam Chanyeol sesekali menciumi kepala putranya.

  Jaemin yang melihat tangan mamanya yang bergetar menjadi tidak tega.

"Mama, biar Jaemin sama Chenle yang ngobatin, mama bantuin papa aja nenangin Renjun" ujar Jaemin dari pada melihat mamanya yang gemetar mengelap kaki Renjun.

"Aahhhkkk hiks pas"

"Sayang, maafin mama hm, mama ninggalin Injun ya nak" Wendy sesekali mengusap airmata dan keringat putranya sedangkan Jisung semakin erat memegang tangan Renjun.

  Jaemin Chenle dan Haechan sendiri dengan hati hati mengeluarkan pecahan piring yang menancap di kaki Renjun.

"RENJUN, ASTAGA" Chanyeol terkejut saat tiba-tiba putranya terkulai lemas dengan mata tertutup.

"Chanyeol kita kerumah sakit hiks, ayo bawa kerumah sakit" Wendy juga semakin panik melihat putranya yang tidak sadarkan diri.

"Renjun, Renjun denger papa nak, ayo bangun sayang" Chanyeol masih menepuk nepuk pipi putranya berharap putranya akan bangun.

"Terlalu bahaya jika pergi ke rumah sakit pa, diluar hujan nya sangat deras, apalagi anginnya kencang" ujar Mark, mereka semua semakin khawatir apalagi setelah Renjun pingsan.

  Jaemin sendiri masih fokus membalut kaki Renjun seadanya yang terpenting sudah di obati terlebih dahulu.

   Chanyeol masih mendekap erat tubuh putranya bahkan dirinya tidak henti-hentinya menciumi kening putranya.

"Papa lalai hm, injun luka sayang, ayo bangun nak" ujarnya sedangkan Wendy sendiri hanya bisa terdiam menggenggam tangan putranya yang terasa dingin.

"Ini mah" Jisung berlari sembari menyerahkan selimut pada mamanya.

"Kenapa hujannya semakin deras" Jeno hanya bisa berdecak pelan sesekali mengintip keluar jendela.

"Tidak ada pilihan lain selain menunggu hujan sedikit reda, jika kita memaksa pergi yang ada kita juga celaka" gumam Mark.

"Maafin mama, ini salah mama sayang, kalau saja mama gak ninggalin injun hm, maafin mama, ayo bangun sayang" sungguh dirinya merasa bersalah telah meninggalkan putranya sendirian nanti.

"Pa, Renjun hyung gak akan seperti dulu lagi kan?" Jisung menatap sendu pada hyungnya yang masih berada di dekapan papanya.

"Hyung kalian udah sembuh, injun nya papa udah sembuh ya nak" gumam Chanyeol.

   Mereka hanya bisa bersabar selagi menunggu hujan sedikit reda.

"Mama harus tenang, kalau mama panik kita semua ikutan panik, Injun hyung pasti baik baik saja, Injun hyung itu kuat ma" Chenle memeluk mamanya yang masih terisak sembari terus menggenggam tangan hyungnya itu.

  








   Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Stars Behind the Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang