Nindi kini sedang berdiri tepat di depan fakultas seni rupa karena ada yang ingin ia bicarakan kepada Reska, salah satu teman beda jurusannya di kampus.
Tadi gadis itu bilang ada suatu hal penting yang harus mereka bicarakan secara langsung.
Memangnya sepenting apa sampai-sampai Nindi harus bersusah payah untuk datang di fakultas yang juga merupakan gedung jurusannya Jaayn itu?
Semoga saja mereka tidak bertemu. Harap Nindi.
"Ngomongin apa sih, Ka?" tanya Nindi begitu Reska datang.
"Ada, Nin. Tapi ngomongnya di kantin aja, yuk!" ajak gadis itu. "Panas banget di sini."
Sejujurnya Nindi ingin menolak, namun melihat terik matahari siang itu sangat tidak masuk akal akhirnya ia pun mau.
Ini adalah kali pertama Nindi masuk ke dalam gedung fakultas seni, setelah hampir empat tahun berada di kampus ini.
Wah~ sangat jauh berbeda dengan gedung fakultasnya yang terlihat seperti bangunan yang sebentar lagi akan roboh akibat buruknya kualitas pada bangunan itu.
Nindi jadi takjub sekaligus iri.
".....UKT-nya mahal, Nin! Gausa heran kenapa nih gedung kayak istana kepresidenan" guyon Reska akibat Nindi yang sedari tadi terus menerawang inci demi inci dari gedung itu.
"Oh."
"Tapi ini sebenernya gue di suruh ke sini ngapain?"
"Jadi gini, Nin... bulan depan tuh klub tari gue mau bikin acara sosial gitu di Jogja, terus karna gue ga terlalu ngerti gitu-gituan, gue mau minta lo tolong jadi EO-nya. Bisa ga? 'Kan lo biasa tuh jadi panitia kalo kampus kita ngadain event gituan."
"Lah? Kenapa ga minta tolong temen sejurusan lo aja? Kenapa ke gue?" keluh Nindi.
"Engga. Ini bukan klub tari kampus tapi klub tari gue yang di luar kampus" jelas Reska.
Nindi sebenarnya paham kalau si Reska itu sangat suka menari, tapi apa satu kelompok tari dari kampus saja tidak cukup?
Kenapa banyak sekali perkumpulan tari yang Reska ikuti?
Nindi jadi mulai berpikir, apakah Reska ini adalah sebuah mesin yang diciptakan untuk terus menari?
Uh.
"Mau, ya, Nin? Plisssss~ mereka kepengen banget, gue juga siiiih hehe."
"Duh gimana, yaaaaa?" jawab Nindi bingung. "Ntar gue pikirin dulu deh!"
Bukannya bermaskud menolak, hanya saja masih ada skripsi yang harus gadis itu selesaikan secepatnya agar bisa cepat bebas dari dosen yang sudah mulai ia tidak sukai itu.
"Yauda deh gapapa, tapi kalo bisa kabari gue secepatnya, ya! Biar gue bisa nyari orang lain kalo misalnya lo nolak. Ok?"
"Ok."
Baru saja Nindi ingin beranjak dari duduknya dan tangan Reska sudah lebih dulu menahannya.
"Kenapa lagi?"
"....."
"....."
"E-Engga jadi."
Huh.
Nindi jadi semakin yakin kalau gedung FSRD yang sangat mewah ini hanya di-isi oleh sebagian banyak manusia-manusia aneh di dalamnya, termasuk Jaayn.
Sayang sekali.