01

156 22 12
                                    

Hai! Iseng bikin cerita baru.
Semoga suka ya, jangan lupa selalu dukung itz_alyana — selamat datang! Di judul baru “Gengsi ”!!.

---------

Kehilangan mendiang istrinya adalah pukulan berat bagi Pemanah Rasa, dia suami sekaligus ayah bagi kedua anak laki-lakinya. Situasi yang tak nyaman ini menjadi kekhawatiran, melihat putra bungsunya—Raden Kian. Yang seakan kehilangan cahayanya, remaja berusia 18 tahun yang selalu ceria dan penuh semangat. Kini redup.

Dia menjadi keras kepala, egois, sulit diatur. Pemanah Rasa mengerti kalau perilaku itu hanya untuk mencari perhatiannya. Mungkin tanpa sosok ibu membuatnya kehilangan arah, dia sangat memikirkan hal ini. Apakah sebenarnya anak-anaknya perlu ibu baru? Yang akan mendidik dan menyayangi mereka.

Selain itu, dirinya pun merasa memerlukan seorang istri untuk mendampingi hidupnya. Maka, ia memutuskan untuk menikah lagi. Dengan hati-hati Pemanah Rasa memberanikan diri untuk memberi pengertian pada kedua putranya.

Di ruang tamu. Mereka berdua sibuk dengan gawainya masing-masing. "Em... Raden, Ridho, ayah mau ngomong sesuatu. Tolong minta perhatiannya sebentar ya!"

Lantas si sulung yang bernama — Adhipati Ridho. Menghentikan aktivitasnya, menaruh fokus sepenuhnya kepada sang ayah. Tapi sang adik justru semakin sibuk mengotak-atik ponselnya, dia sebenarnya terlalu takut dengan keseriusan ayahnya.

"Raden," panggil Ridho.

"Iya-iya."

"Raden, Ridho, ayah ingin minta izin sama kalian buat menikah lagi. Apakah boleh?"

Sang sulung, Ridho, menatap ayahnya dengan bimbang, disisi lain dia agak kecewa tapi dia tak bisa membiarkan ayahnya kesepian, dengan hati-hati dia merespon sebagai anak tertua "Ayah mau menikah dengan siapa?"

"Dengan dokter Menik," jawab pria itu. Dalam pikirannya, Menik adalah pilihan yang tepat—wanita yang dewasa, sabar, dan sudah cukup dekat dengan putra-putranya.

Ridho mengangguk tipis. Setidaknya dia mengenal calon istri ayahnya, tanpa bertanya apa-apa lagi, si sulung menjawab "Ridho setuju aja. Menurut Ridho, dokter Menik orang yang baik, dan cocok sama ayah."

Jawaban Ridho memberi ketenangan bagi Pemanah Rasa. Namun, pria itu menyadari, Raden hanya menghela napas dan mengalihkan pandangannya. Pemanah Rasa mencoba meyakinkan dirinya, mungkin dengan waktu, si bungsu juga akan menerima Menik sebagai bagian dari keluarga mereka.

-------

Tanpa menunda-nunda.
Pernikahan pun berlangsung dengan khidmat. Begitu kata “sah” terucap, Pemanah Rasa dan Menik resmi menjadi suami istri. Namun di tengah kebahagiaan keluarga ini, muncul tantangan baru—Menik ternyata memiliki anak angkat bernama Prabu.

Kehadiran Prabu tidak menjadi masalah bagi Pemanah Rasa dan Ridho. Mereka justru senang mengetahuinya, mungkin Raden tidak akan merasa sendirian lagi. Namun lain bagi Raden, ini menjadi alasan  untuk bersikap dingin dan menutup diri. "Aku nggak sudi punya saudara pungut kayak dia," batinnya kesal, dari awal acara dimulai dia sudah dipenuhi amarah, kesal karena ayahnya tetap melangsungkan pernikahan meskipun Raden tidak mengizinkannya.

Cemburu tentu saja.
Seharusnya ibunya hanya satu-satunya ratu dihati ayahnya, namun ternyata ada wanita lain yang dapat menggantikan posisi mending ibundanya.

Dan dari sinilah, cerita ini dimulai...
Kehidupan rumit, antara Raden Kian dan Prabu Sura, yang penuh dengan tantangan hari demi harinya.

GENGSI (BROTHERSHIP).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang