bab 73

5.8K 707 34
                                    


   Semalam mereka benar-benar terpaksa menerobos hujan ketika Renjun tiba-tiba demam dan kakinya sedikit bengkak.

  Beruntung mereka berhasil sampai di rumah sakit dengan selamat, dan setelah di periksa ternyata masih ada pecahan dari piring tersebut yang masuk ke dalam.

  Pagi ini hanya Chanyeol dan Wendy sedangkan anak anak yang lain mereka suruh pulang untuk sekedar istirahat dan kembali nanti sembari membawa beberapa kebutuhan mereka.

"Eeugghh" Renjun seperti biasa saat sakit tidak akan mau pisah dengan papanya bahkan sekarang anak itu sudah berada di pangkuan papanya dan memeluk papanya dengan erat.

  Wendy sendiri sedang membujuk putranya agar mau makan.

"Satu suap lagi ayo, injun kan anak pintar hm" ujar Wendy namun Renjun tetap menggelengkan kepalanya bahkan terus bersembunyi di dekapan papanya.

  Chanyeol sendiri hanya bisa mengelus punggung putranya dan sesekali menatap tangan putranya yang terbalut perban secara menyeluruh karena takut infusnya akan terlepas mengingat Renjun yang tidak mau diam dan terus merengek.

    Tapi beruntung trauma Renjun tidak sampai kambuh namun sekarang Renjun gampang terkejut apalagi mendengar suara keras.

  Wendy hanya pasrah ketika putranya itu tidak mau lagi meneruskan sarapan.

"Selamat pagi" ujar dokter Alan mengingat Suho libur Minggu ini.

"Pagi dokter Alan" ujar Wendy Renjun sendiri semakin memeluk papanya erat.

"Ayo om dokter periksa dulu sekalian ganti perban ya" ujar dokter Alan namun Renjun yang mendengar itu langsung memberontak.

   Chanyeol dengan hati hati menidurkan putranya yang terus memberontak bahkan memeluknya erat.

"Injun anak kuat kan nak, sebentar aja ya sayang" ujar Chanyeol.

"Hiks pha no no hiks" jeritnya bahkan Chanyeol sendiri sedikit sulit memegangi putranya.

"Aahhkk kit hiks pas pha, hiks kit HUWAAA" Renjun semakin histeris apalagi dia tidak bisa bergerak karena tubuhnya di pegangi oleh papanya dan perawat.

"Waahh Injun hebat ya pa, nanti kita beli lukis lukis ya sayang, anak mama pinter hm" Wendy terus mengusap surai putranya yang basah karena keringat, dirinya sungguh tidak tega melihat putranya yang kesakitan seperti ini.

"Nanti papa belikan umin ya sayang, nanti juga main sama moca moci, Injun nya papa pintar kan" Chanyeol hanya bisa tersenyum sembari menahan kedua tangan putranya.

"Dak hiks akit huwaa, nakal hiks hiks" lirihnya yang membuat mereka bingung mau kasihan atau justru gemas sendiri.

"Iya nanti mama pukul om dokternya ya, kasian sayangnya mama nak" Wendy terus membuat putranya tenang sembari menunggu dokter mengganti perban di kaki putranya.

"Nah sudah selesai, maafin om dokter hm" ujar Alan melihat Renjun yang masih menangis di pelukan papanya.

"Maafin gak om dokternya" ujar Chanyeol menatap putranya yang memeluknya erat.

   Renjun sendiri hanya menggelengkan kepalanya dirinya tidak mau memaafkan om dokternya.

"Hiks anjil hiks nakal" lirihnya masih memeluk papanya tapi mereka semua justru terkejut.

"Waahh om dokter mendapatkan umpatan dari anak manis ini hm" Alan sendiri hanya terkekeh pelan sedangkan Chanyeol dan Wendy sudah merasa tidak enak dengan dokter Alan.

"Kalau begitu kami permisi dulu, dan anak manis cepet sembuh hm" dokter Alan menyempatkan untuk mengusak surai Renjun.







"HYUNG, SEPATU JISUNG DI MANA?" Jisung menatap hyungnya yang sudah berkumpul di ruang tengah karena mereka hendak pergi kerumah sakit lagi.

    Mark menatap ke atas di mana adik bungsunya yang baru saja berteriak.

"Kamu taruh di mana emang?" Jaemin menatap jengah Jisung yang selalu kehilangan barang.

"Eh bontot sepatu lu gak cuma satu ya" ujar Haechan yang sudah kesal menunggu terlalu lama.

"Ini Chenle mana?" Jeno menatap sekitar, kenapa Chenle juga ikut menghilang.

"Ada di dapur nyiapin makanan yang mau di bawah" gumam Mark sembari mengecek jam di tangannya.

"JISUNG PAKE SEPATU YANG MANA AJA, CEPETAN" Jaemin sudah tidak tahan dengan kelemotan adik bungsunya itu.



"Pha, ngan Jun" ujarnya sembari menunjukkan tangannya yang terbalut perban bahkan sampe jari mungilnya tidak kelihatan.

"Haha, iya tangan Injun hilang ya, sini papa sulap" Chanyeol mengambil tangan putra yang terinfus.

"Sakit pergi ya agar tangan Injun balik" ujarnya bahkan membuat Wendy terkekeh pelan mendengar kalimat suaminya itu.

"Ki jun pha" kini Renjun juga menunjuk kakinya yang juga terbalut perban.

"Lucu banget sih anak papa hm" gumam Chanyeol meskipun wajah putranya masih sedikit pucat.

"Ayo aaa dulu" Wendy menyuapkan apel yang sudah dirinya potong potong.

   Tapi baru saja Renjun hendak membuka mulutnya, Chanyeol lebih dulu melahap apel tersebut membuat Renjun langsung menatap papanya marah.

"Papa nakal ya" guman Wendy melihat putranya yang mulai cemberut sedangkan suaminya justru tertawa.

"Ya udah maafin papa hm, ini buat Injun oke" Chanyeol memberikan suapan buah apel untuk putranya.

"Tetap jadi putra papa yang lucu ya nak" gumam Chanyeol apalagi melihat putranya yang sangat lahap di suapi buah oleh mamanya.




   Siang ini keadaan kamar inap Renjun sedikit ramai tapi tidak membuat putra manisnya terusik sedikitpun.

   Renjun kembali tidur tadi setelah dokter menyuntikkan obat lewat infusnya pastinya dengan papanya yang ikut naik ke atas ranjang.

"Haechan keningnya kok memar nak?" Sebenarnya Wendy tidak menyadari jika saja putranya itu tidak memainkan rambutnya.

"Kejedot pintu mobil tadi ma, abisnya tiba-tiba ada kucing nyebrang mana yang nyetir si Jeno lagi" gumamnya beruntung mereka tadi masih di jalanan komplek deket dengan rumah mereka, kalau saja itu terjadi di jalan raya mereka gak tau apa yang terjadi.

"Siapa yang kejedot?" Chanyeol baru saja keluar dari kamar mandi dan tidak sengaja mendengar pembicaraan istrinya dan anak anaknya.

   Mereka semua kompak langsung menunjuk Haechan bahkan Wendy terkekeh pelan melihat itu.

"Mana sini" Chanyeol mendekati Haechan yang sudah mulai menghindar.

  Chanyeol mengusap pelan memar di kening putranya dan meniupnya pelan.

"Di kira apa kali, pake di tiup segala pa" ujar Haechan yang menyingkirkan wajah papanya, sedangkan Chanyeol hanya tertawa pelan setelah menjahili putranya.

"Pulang gih, nanti sore juga Renjun udah boleh pulang, sekalian aja cari makan di luar, nanti uangnya papa transfer ke hyung kalian" pintanya padahal anak anaknya baru saja sampai.

"Ngusir nih ceritanya" Haechan menatap sinis pada papanya yang mengangguk pelan.

"Itu sadar, dari pada di sini menuh Menuhin ruangan saja" ujar Chanyeol.

"Inget jangan ngebut ngebut kalau nyetir" ujarnya menyerahkan pakaian kotor yang langsung di terima Mark yang hanya mengangguk pelan.

  Walaupun mereka cemberut tapi mereka tetap menurutinya perintahnya.

"Hobi banget jailin anak anaknya" gumam Wendy.

"Mereka semua itu bakal tetap jadi anak kecil Wen dan lucu aja kalau ngejailin mereka tuh.

"Injun nya papa jangan kayak saudaranya yang lain ya, tetap kayak gini aja, kecuali yang anjil anjil" Chanyeol tidak henti hentinya memainkan pipi putranya yang sedang tertidur nyenyak.





  Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Stars Behind the Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang