Ulang Tahun Papa

2 0 0
                                    

Siang hari yang terik. Deon keluar dari gerbang sekolah dan menunggu kakaknya yang sedang dalam perjalanan menjemput anak yang berusia sepuluh tahun itu. Genap dua minggu sudah ia bersekolah di SMP yang bisa dibilang SMP favorit di kotanya . Kini ia duduk di halte seberang  sekolah. Sengatan  matahari cukup panas hingga membuat ia berkeringat. Tak lama kemudian, mata Deon tertuju pada satu mobil berwarna merah yang perlahan berhenti hadapannya. kaca mobil itu terbuka pelan. Deon melihat wajah yang familiar di dalam kendaraan roda empat itu.

" Woy...Buruan naik!" Seru Leon pada Deon.

Deon langsung berdiri dari posisi duduk dan mendekati pintu mobil itu. Ia buka pintu mobil bagian depan dan menutupnya kembali. Tak lupa Ia mengenakan sabuk pengaman dan mengelap keringat yang membasahi wajah. Mobil itu perlahan melaju dan meninggalkan halte depan sekolah Deon.

Mata Leon fokus memandangi kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Kakak memberikan sebotol air mineral dingin disamping tempat duduknya.

"Ini diminum biar gak dehidrasi!" ujar Kakak sembari menyerahkan botol air mineral itu kepada adiknya.

Deon mengambil botol air minum itu dan langsung meminumnya." Lama banget! Gak tau apa orang lagi kepanasan?" Gerutu Deon jengkel. 

"Baru juga beberapa menit!" Ucap Leon dengan enteng.

Deon menghela nafas. "Deon udah nunggu dari jam satu tadi loh! Ngomong jam satu dateng udah mau hampir jam dua!"

"Sorry...Sorry...Di kampus tadi Kakak harus kerjain tugas bentar. Makanya agak terlambat buat jemput kamu!"

Seakan hatam dengan jawaban kakaknya, Deon hanya bisa terdiam seraya memandangi beberapa gedung-gendung yang ada di pinggir jalan.

"Kayaknya ke Kedai Marni enak nih!" Sahut Kakak sembari tersenyum.

Mendengar kalimat itu Deon segera menoleh kepada Kakak."Kedai Marni ? Wah pilihan tepat itu!" Suasana hati bocah itu berganti gembira setelah mendengar nama kedai barusan.

Kedai Marni adalah tempat di mana makanan enak – enak dijual. Menu yang banyak dan nikmat serta harga yang murah menjadi daya tarik tempat itu. Salah dua  menu andalannya adalah Bakso Rindu dan Es krim Penawar Duka. Dua menu yang menjadi Kakak adik itu jika mereka berkunjung ke sana.

Setibanya di sana, dua bersaudara itu langsung memesan Bakso Rindu dan Es Krim Penawar Duka. Mereka duduk di bangku nomor 14 yang terletak di pojok kanan ruangan. Tiba-tiba Deon terdiam dan seketika matanya berair. Ia segera menundukkan kepala.

Melihat gelagat tak biasa dari sang adik, Leon langsung memusatkan perhatiannya kepada Deon yang duduk di hadapannya. " Kenapa lagi kamu?" Tanyanya. Dari nada pertanyaannya bisa terdengar bahwa Leon mulai mengkhawatirkan adiknya.

Deon tidak menjawab dan mengusap linangan air mata yang mulai mengucur di pipi. "Deon kangen Mama Kak! Tempat ini ngingetin Deon sama Mama!"

Deon mengangkat kepalanya dan menatap Leon dengan sayu. Sang Kakak hanya bisa mencoba tersenyum seraya memberikan selembar tisu pada Deon. "Ini, lap air matamu".

"Deon...Deon...Katanya udah masuk SMP! Berarti udah gede dong! Masih aja cengeng!"Celetuk Leon.

Deon mengambil selembar tisu itu dan mengusap air matanya. "Kan Deon baru dua minggu jadi siswa SMP. Lagian harusnya Deon sekarang masih kelas enam SD. Tapi gara – gara SD nya akselerasi, jadinya ya gini! Lagian apakah anak SMP gak boleh nangis?" Tanya Deon pada kakaknya.

Leon menelan ludah. Kembali lagi, Laki-laki itu mencoba untuk tersenyum dan tegar di depan adiknya. "Boleh kok. Semua orang boleh nangis. Gapapa, asalkan jangan larut dalam kesedihan ya. Tapi kalau boleh saran, nangisnya di rumah aja". Leon mendekatkan wajahnya pada Deon dan berbisik "Kamu gak sadar ya, orang-orang di sekeliling kita liatin kamu nangis? Nanti dikira Kakak penculik anak-anak Deon!"

Dear Kakak (Edisi Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang