"BRO" sapa Gian yang merangkul kan tangan nya di pundak Karel
"Kemana aja lu" tanya Raka
"Gua demam" jawab Karel
"Sekarang udah mendingan?" Tanya Petro
"Udah kok"
"Lu kalau demam makin berisi ya?" Ujar Gian yang di setujui yang lainnya
"Emang segendut itu ya?"
"Ya, ngga gendut-gendut amat sih. Kayak yang dari 50 kg ke 100 kg" clutuk Gian
"MATA MU" kesal Karel yang dihadiahi tawa dari teman-teman nya
"Serius nih gua!"
"Ngga nyampe 100 kok. Ke 75 deh" ujar Petro
"Pipi lu lebih kelihatan sih gembul nya" ujar Gian
"Iya sih. Selama sakit, gua banyak banget makan nya"
"Ya wajar sih kalau gitu"
"Apa gua nge-gym aja ya?" Ujar Karel sembari berfikir
"Halah. Lari aja lu ngga sanggup, apalagi angkat beban. Udah, biarin gembul gini deh, lucu juga" ujar Raka
"Ck, ngeledek aja lu"
Hahahaha
"Lu pakai parfum apaan, rel?" Tanya Raka
"Hah? Gua kagak pakai parfum"
"Harum nya maniskan?" Ujar Petro memastikan
"Iya. Kayak persik"
"Nah, setuju banget"
Karel hanya menyerenyit bingung
.
.
.
"Gua mau keluar" ujar Rayen
"Gua juga"
"Kemana, lu?"
"Ngirup udara malam"
"Yaudah"
Rayen mulai memakai jaket kulit hitam nya.
"Balap?" Tanya Karel
"Yoi"
"Ikut"
"Ngga usah"
Karel terdiam. Rayen dapat menatap dari pantulan cermin bagaimana ekspresi kecewa Karel saat ini. Ia hanya bercanda
"Siap-siap gih. Pakai pakaian panjang"
Karel tanpa ba-bi-bu langsung bersiap-siap.
"Cium dulu sini"
"Ck"
Muach
Karel mengecup bibir Rayen sekilas.
..
.
"Ini lomba senang-senang aja" jelas Rayen
"Tapi lu tetep harus menang" pinta Karel
"Kalau kalah?"
"Ngga apa-apa sih"
Rayen terkekeh. Ia menyempatkan diri mengecup dahi Karel sebelum mengenakan helm nya. Tentu saja hal itu tak luput dari pandangan peserta (yang ikut lomba) dan penonton yang berada di area.
Tapi, tenang saja, ada banyak orang yang sudah terbiasa menatap kejadian tersebut di kampus. Hanya beberapa orang saja yang belum. Mungkin, karna berbeda gedung?