Pagi itu Axel telah berlatih boxing di tempat latihan pribadinya. Tempat latihan Axel berada di lantai bawah mansion, di ruang yang luas dengan nuansa industrial. Dindingnya terbuat dari beton abu-abu kasar dengan sedikit bercak retakan, menambah kesan garang. Di salah satu sudut terdapat berbagai alat latihan, mulai dari treadmill, angkat beban, hingga punching bag yang menggantung di tengah ruangan. Lantai berlapis tikar matras hitam gelap yang sedikit lembut di kaki, cocok untuk latihan berat.
Axel terlihat sibuk memukul samsak dengan gerakan yang cepat dan kuat, setiap pukulannya penuh tenaga. Tetesan keringat mengalir dari pelipis hingga ke lehernya, menyusuri otot dadanya yang terpahat dengan sempurna, lalu turun ke perut six-pack yang jelas terbentuk, seakan setiap ototnya dipahat dengan presisi. Kulitnya yang sedikit kecokelatan tampak berkilauan karena cahaya lampu yang temaram, memberi efek dramatis pada tubuhnya yang atletis.
Kayla tiba-tiba masuk, masih dalam pakaian kerja kasualnya. Langkahnya terhenti sejenak ketika melihat Axel yang tampak intens dan maskulin tanpa mengenakan atasan. Pemandangan itu membuat jantungnya berdebar tanpa terkendali, dan ia sempat kehilangan kata-kata. Axel, menyadari keberadaan Kayla, berhenti sejenak, menatapnya sambil tersenyum jahil.
"Menikmati pemandangan?" Axel menggodanya, dengan nada yang nakal. Ia mengusap wajahnya dengan handuk kecil, menghilangkan keringat, lalu mendekati Kayla dengan langkah santai tapi penuh percaya diri.
Kayla yang merasa gugup berusaha mempertahankan ekspresi datarnya, tapi Axel tahu betul efek yang ia timbulkan. "Tidak, aku hanya datang untuk pekerjaan," jawab Kayla singkat, mencoba terlihat profesional. Namun, Axel hanya tertawa kecil, menganggap reaksinya itu sebagai sesuatu yang lucu.
"Wajar saja kebanyakan orang terpesona saat melihatku," katanya, masih dengan senyum menggoda. Ia berjalan memutari Kayla, menikmati perubahan kecil dalam ekspresi wajah Kayla yang terlihat tak nyaman, tetapi tak bisa menyembunyikan ketertarikannya. Axel merasa puas bisa melihat Kayla yang biasanya tegas dan dingin, kini terlihat sedikit gelisah di hadapannya.
Kayla tak habis pikir dengan percaya diri Axel yang nyaris melampaui batas. Bisa-bisanya pria itu menyebut dirinya menarik di hadapan orang lain—dan dengan nada sombong yang sulit ditandingi. Ia ingin menyangkalnya, namun mendapati dirinya justru tersentak oleh kenyataan bahwa, meski enggan diakui, ucapan itu memang tak sepenuhnya salah.
Axel memiliki pesona yang sulit diabaikan, terutama ketika ia berada di pusat perhatian. Dengan tubuh tinggi tegap dan otot yang terbentuk sempurna, setiap gerakannya memancarkan kekuatan sekaligus kendali diri. Wajahnya memancarkan ketampanan yang misterius, diperkuat dengan rahang yang tegas dan sepasang mata tajam berwarna gelap yang seolah mampu menembus siapa saja yang berani menatapnya lebih dari sekadar sekilas. Rambutnya sedikit berantakan dengan sentuhan maskulin yang alami, menambah kesan kasual namun memikat.
Bukan hanya fisiknya, namun caranya membawa diri yang penuh percaya diri, bahkan nyaris arogan, membuat orang sulit berpaling. Senyumnya jarang muncul, tetapi saat itu terjadi, ada kombinasi antara daya tarik mematikan dan kesan tak terjangkau yang seakan menantang siapa saja untuk mencoba mengenalnya lebih dalam. Ada sesuatu dalam cara Axel berdiri atau sekadar menatap yang meninggalkan kesan mendalam—campuran misteri dan bahaya yang, bagi banyak orang, terlalu menggoda untuk tidak diperhatikan.
Mata Kayla secara tak sengaja menangkap detail setiap otot di tubuh Axel perut six-pack yang tampak sempurna, bahu yang kekar, dan lengan yang berotot. Ia tahu ini seharusnya hanya momen biasa, tetapi ada sesuatu pada diri Axel yang membuat segala rencana berpikir rasionalnya seolah hancur berkeping-keping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Line of Fire
RomanceKayla Pramesti Anindiya, seorang jurnalis investigasi yang dikenal cerdas, tangguh, dan tidak mudah gentar. Dengan kemampuan analitis yang tajam dan intuisi yang kuat, ia berani menyelami kegelapan dunia kejahatan demi mengungkap kebenaran. Dalam mi...