Kira-kira ada yang kangen nggak sama cerita ini?
Happy reading
****
Aciel sudah kembali bangun ketika tadi dirinya diminta untuk kembali istirahat, tadi yang siang kini sudah berganti malam, sudah cukup lama ia tidur pikir Aciel, ia terdiam cukup lama untuk mengumpulkan nyawa karena jujur saja kantuk itu masih terasa, sungguh saat menguap itu terasa sangat menyakitkan, tenggorokannya masih terasa sangat sakit entah sampai kapan rasa tak nyaman itu akan hilang.
Nyeri didadanya itu masih terasa tapi tak sesakit tadi, luka operasinya juga tak begitu terasa, sangat terasa itu ketiga tubuhnya sedikit bergerak, maka sakitnya sampai keubun-ubun.
Aciel kembali menghitung anggota keluarganya, dari Jef, Keysha, Azka, Alaska, Arkana, Azri dan Ansel. Jantung Aciel berdetak sangat cepat, sekarang dirinya tak bisa lagi berpikir positif, Aciel yakin kakaknya tak baik-baik saja. Aciel membayangkan bagaimana jika kakaknya juga ditusuk hari itu, Aciel menggelengkan kepalanya pelan.
Aciel menatap kearah Arkana yang juga menatapnya, Aciel menggerakan tangannya seolah ingin meraih tubuh Arkana yang duduk disofa panjang dekat saudaranya, sedangkan yang lain duduk dikarpet bulu didepan sofa.
Arkana yang paham mendekati Aciel, mereka terdiam ketika Arkana berdiri, mereka sampai tak sadar jika Aciel sudah kembali membuka matanya. Jef dan Keysha berdiri dan berjalan mendekati brangkar Aciel.
"Adek makan dulu yuk nak, sejak pagi tadi adek belum makan sama sekali" ucap Jef, dirinya khawatir lambung putranya yang belum diisi apapun sejak sadar, Aciel hanya minum tadi dan itu hanya sedikit mengingat efek ventilator itu sangat menyakitkan.
Keysha menyiapkan bubur yang tadi sempat ia buatkan karena sempat pulang sebentar mengambil barang yang diperlukan. Aciel dibantu Arkana dan Azka untuk didudukan, anak itu terus meringis ketika tubuhnya digerakan, Aciel memilih untuk menurut saja, biar nanti ia tanyakan dimana Arkata.
Dengan susah payah Aciel membuka mulutnya ketika Keysha mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, hanya ujung sendok yang dapat masuk, bahkan ia meringis tertahan ketika tenggorokannya sangat sakit ketika ia mencoba untuk menelan makanan. Aciel menyederkan kepalanya didada Arkana yang memang duduk dibelakang Aciel, butuh tenaga ekstra agar sedikit bubur itu bisa ia telan.
Hampir tiga menitan waktu Aciel untuk menelan makananya, Keysha kembali menyuapi Aciel, suapan kedua ini masih sama Aciel kembali meringis tertahan bahkan tangannya sampai meremas selimut dengan kencang saking sakitnya. Suapan ketiga Aciel mendorong sendok itu, ia sungguh tak kuat lagi, bahkan sudut matanya sudah mengeluarkan cairan bening.
"Jangan dipaksain, nanti papa panggil dokter, adek makan sama alat bantu ayah ya?" Tawar Jef, ia tak tega melihat Aciel yang sejak tadi menahan sakit yang luar biasa. Tapi respon Aciel yang menangis semakin deras ditambah gelengan kepala membuat Jef bingung harus bagaimana. "Tapi adek harus makan nak" bujuk Jef, ia tak tahu harus bagaimana, apalagi Jef tak tahu harus melakukan apa, ia sudah bertanya dengan dokter mungkin Aciel akan susah buat makan karena efek ventilator, jika tahu seperti ini mungkin Jef akan menahan dokter memaksakan ventilator itu.
Aciel semakin menangis ketika ia tak bisa mengutarakan keinginannya, mau makan saja ia susah apalagi untuk bicara. Karena Aciel yang menangis semakin deras, Jef keluar untuk mencari dokter, pilihan salah satunya yaitu dokter menyuntikkan cairan makanan diinfus Aciel.
Setelah dokter selesai menyutikan itu tangis Aciel yang tadi deras kini sudah mereda, apalagi dadanya terasa sangat sesak ketika ia menangis cukup lama, Aciel tak tahu kenapa dengan tubuhnya, tapi yang jelas tubuh Aciel sedang tak baik-baik saja, bagi Aciel itu tak penting, yang penting sekarang dimana Arkata?

KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN A (End) ✓
Fiksi PenggemarKehilangan adalah salah satu yang sangat ingin semua orang hindari bukan? Hidup berdua dengan sang ibu sudah membuat remaja bernama Aciel begitu bahagia, tapi sayang remaja itu harus dipisahkan dengan ibunya. Terpaksa Aciel harus ikut dengan ayahnya...