A Man Without Love

37 5 2
                                    

   Suara gemeruh petir yang datang dari awan hitam, juga datang-nya rintik-rintik air yang mulai membasahi kota. Membuat kota sibuk mulai hening, karena suara hujan deras, juga di iringi dengan suara gemeruh petir yang menyambar tanah-tanah di perkotaan.

   Tetapi ada seorang pria yang dengan sengaja berlarian menuju aliran air dengan tersenyum ceria, yang membasahi seluruh kotanya itu, orang-orang tidak peduli dengannya karena dia memang selalu muncul hanya saat kondisi cuaca sedang hujan. Semua orang tidak tahu siapa dia, dan dia disebut sebagai pria hujan.

    Awan hitam mulai memudarkan warna nya dan mulai berganti warna menjadi awan putih yang indah nan cantik, awan-awan mulai menyingkir dan memperlihatkan sebuah sinar terang matahari yang menyinar lembut jalanan kota yang basah, Pria Hujan itu sudah tidak memperlihatkan senyumnya, dan mulai kembali tempat tinggalnya.

                                   ***

    Suara bising anak murid yang berbaris menyiapkan diri untuk upacara hari Senin, juga suara guru-guru yang mengarahkan untuk rapi dalam barisan. Semua orang terus bergerak untuk merapikan barisan kelas masing-masing.

    Suara hentakan kaki semua anak murid terdengar keras, partikel-partikel debu berhamburan menyatu dengan angin kencang. Selesai Upacara semua anak anak bersiap-siap untuk bazar pada sekolah mereka buka. Bukan sekedar bazar, bazar sekolah ini mengundang semua orang yang mendapatkan undangan untuk membeli makan-makan di bazar sekolah.

  Semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, mulai dari memasang stand di tempat mereka, menyiapkan makanan, menghias stand, menyiapkan diri untuk mempromosikan makanan mereka. Di saat genting bagi para murid, terdapat satu murid perempuan yang menghias juga menyiapkan stand nya bersama teman-temannya. Dia gagal fokus untuk menghias standnya dikarenakan anak perempuan itu terfokus pada seorang pemuda laki-laki yang dari selasai upacara memperhatikan gadis perempuan itu.

   "Risa!! Ayo hias stand nya, jangan malah ngelamun!!!" Ucap teman gadis perempuan itu yang sedang menyiapkan makanan mereka untuk para consumen. Dikarenakan teriakan temannya dia langsung balik menatap ke orang yang memanggilnya. Tetapi saat dia ingin melihat pemuda itu sekali lagi, pemuda itu mulai pergi meninggalkan halaman sekolahan.

    Risa hanyalah perempuan biasa yang selalu penasaran dengan apa yang dilihatnya. Dia langsung izin ke semua teman-temannya untuk pergi ke toilet. Sesudah izin dengan sigap dia langsung mengejar pemuda misterius itu yang padahal dia hanya berjalan santai tetapi Risa sangat menguras tenaga karena berlarian di tengah penduduk kota yang padat dengan pekerjaaan masing-masing. Dia membelah kerumunan orang itu untuk memberikannya jalan. Risa hanya bisa melihat punggung pemuda itu.

    Sampai pada saat langkah pemuda itu terhenti saat dia berada di rumah tua, dengan otomatis Risa pun ikut terdiam tepat di belakang pemuda itu.
Semua menjadi lenggang dan sunyi. Hanya terdengar suara angin bertiup-tiup membuat daun pohoh menari kesana kemari. Sampai saat pemuda itu berbalik badan dan berbicara.
"Kamu.. Risa? Risa Garnet?" Ujar pemuda itu sambil tersenyum juga melihat ke arah mata Risa.
Gadis perempuan itu langsung terdiam dan membeku, tidak tahu mau menjawab apa. Tapi dia membeku karena melihat ke arah mata pemuda itu. Jatuh cinta.

    Rambut nya yang merah juga kuning keemasan matanya. Tubuhnya yang ramping tetapi terkihat kuat bagus untuk melarikan diri. Risa bodoh, kenapa dia bisa jatuh cinta pada seorang pemuda asing yang dia tidak tahu apakah dia berniat baik atau jahat. Dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama-nya.

     "Tolong jawab pertanyaan saya.." ucap pemuda itu yang masih melihat ke Risa. Dikarenakan orang yang ia ajak bicara tidak bergeming, ia ingin memulai berbicara hal lain.
"Pertama-tama. Nama ku Harris Caine. Seorang pria tanpa cinta, yang bertumbuh besar tapi sedikit pun cinta. Jadi.. Apa itu cukup? Ny.Garnet?"
Risa masih saja terdiam seribu bahasa karena takut akan keberadaan pria aneh itu. Dia menyadari bahwa ini memang tindakannya jadi, ia tak bisa menyalahkan pemuda itu.

    Gemuruh petir semakin terdengar jelas nan keras. Langit yang semulanya biru putih mulai memudarkan menjadi abu ke hitam, matahari yang menyinar tanah kota mulai taknterlihat dikarenakan awan hitam yang menghalangi cahaya matahari yang hangat.
Sudah selang 15 menit mereka berdua hanya bisa tatap menatap satu sama lain,
Pemuda itu terlihat dari raut wajahnya jika dia sudah kehabisan kesabaran karena menunggu kesabaran gadis yang ia ajak bicara.
"Ny.Garnet tolong jawab pertanyaan saya, saya sudah mulai kehabisan kesabaran."
Setelah ia mengatakannya, pemuda itu mulai menjulurkan tangan nya yang mulai masuk ke saku miliknya dan terlihat sedikit demi sedikit benda kecil yang biasa di gunakan untuk memotong kertas maupun kardus. Cutter.

   Saat Risa menatap benda yang pemuda itu keluarkan dia langsung gemetaran dan spontan menjawab
"Iya!! Aku.. Aku Risa Garnet.."

   Gemeruh petir berhenti sejenak. Burung-burung mulai berterbangan. Angin kencang menabrak pohon-pohon yang yang ada disana, membuat semua pohon menari.
Keheningan itu pecah dikarenakan tawa pemuda itu yang sedang menatap Risa sambil tersenyum.
"Aha..heh... Jadi memang benar itu kamu heh?.."
"I-iya, kenapa kamu selalu memperhatikan ku? Juga..Kenapa kamu bertanya soal nama ku?"

   Keheningan menyelimuti area itu. Petir mulai mengeluarkan kilatnya dan rintik-rintik air mulai datang untuk membungkus kota.

"Itu hal baik jika kamu adalah Risa Garnet.. Karena aku membutuhkan jantung berharga mu itu.. Langit memberkati ku, dengan menurunkan hujan. Dengan demikian aku tidak usah repot-repot menyimpan jantung mu itu.."
"Apa maksud mu heh... Kau?.. mau membunuhku?"
   Angin kencang mulai tak menampak, petir-petir semakin terdengar keras suaranya. Burung-burung mulai kembali ke rumah mereka masing-masing.
Pemuda itu mulai berjalan pelan menuju Risa, dengan rasa takut di sekujur tubuh Risa, ia mulai berbalik badan dan lari dari pemuda yang mempunyai niatan menyakiti nya itu.
Melihat "kelinci" nya lari dari kejarannya, pemuda itu mulai berlari menuju ke arah Risa dengan cepat yang mampu mengalahkan langkah kaki "kelinci" nya.
 
   Dengan sigap tangan pemuda itu mulai memegang kepala Risa. Dikarenkan kecepatan pemuda itu, Risa tak merasakan bahwa kepala nya sudah mencium tanah yang ia pijak sekarang. Dengan cepat pemuda itu langsung membalikkan tubuh Risa, menahan Risa dengan tangannya agar "kelinci" nya tidak kabur kemana-mana. Dengan tangan kiri menahan Risa, tangan kanan nya menggapai pensil tajam. Setelah pemuda itu mendapatkan pensil itu, ia langsung menusukkan pensil itu ke telapak tangan Risa.

   Di karenakan tusukan pensil itu Risa berteriak kesakitan. Teriakan keras, sangat keras. Tetapi tidak ada yang bisa mendengar teriakan kesakitannya dikarenakan suara gemeruh petir yang selalu datang.
Menurut pemuda itu, satu pensil tak cukup, jadi ia menambahkan pensil untuk di tancapkan ke telapak tangan kiri Risa.
Risa kembali berteriak sekeras mungkin berharap ada yang mendengar teriakannya dan bisa menolongnya dari mimpi buruk ini.

                                  ***

By: J

Note:
Segitu dulu yak:3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Know it?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang