Namanya Yoon Jeongwoo, balita yang sebentar lagi akan merayakan ulang tahunnya yang ke-tiga.
Visualnya yang menggemaskan dengan pipi chubby dan pantat montok serta lemak perut yang membuatnya terlihat buncit, tentu selalu menjadi bahan cubitan gemas dari penghuni komplek tempat tinggalnya.
Juga terkadang sifatnya yang sok dewasa dan sedikit centil terhadap orang yang di anggapnya tampan dan memenuhi kriterianya, selalu berhasil untuk membuat ibunya tepuk jidat.
::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 :::
Tok tok tok
Jeongwoo menatap pintu utama kediamannya dengan wajah kesal dan sebal, pasalanya menurut si balita benda itu sangat berisik hingga menggangu kenyamanannya.
"Cyuttttt belicikkkk" sebalnya dengan bibir yang mengerucut.
Karna ketukan itu tak kunjung berhenti, Jeongwoo segera berlari kearah kamar dan berdiri di depan kamar mandi.
"Mamaaaa, pintu lual bicik bicik kenapaaa?" Teriak Jeongwoo dengan suara cadelnya.
Sang ibu, Asahi. Menghentikan sejenak acara mandinya kemudian membuka pintu kamar mandi dan menatap tuyul kesayangannya itu.
"Kenapa Je?" Tanyanya.
Bukannya menjawab Jeongwoo malah melotot dan menatap rambut Asahi yabg masih penuh dengan busa shampo.
"Ih mama mandi nda becih, joyokkk ihhhh"
Tuduhan tidak bermutu dari sang anak membuat Asahi mendelikan matanya, jika saja Jeongwoo itu bukan darah daging yang dia perjuangkan bersama suaminya;Jaehyuk. Mungkin si gemas itu sudah dia rongsokan dan di tukar dengan seliter minyak goreng.
"Mama belum selesai mandinya, tadi Jeje kenapa?"
Si balita mengerjapkan matanya dan menatap ibunya dengan wajah bingung.
"Nda papa, Jeje dapapa. Nda cakit, Jeje cehat aja" jawabnya.
Asahi menghela nafas kemudian tersenyum kecil, memang untuk menghadapi anak semata batinnya itu harus penuh dengan rasa sabar.
"Tadi Jeje bilang berisik kenapa?" Tanyanya kembali.
Si kecil terdiam sejenak sebelum dirinya teringat kembali dengan pintu depan yang sangat berisik karna di ketuk terus, mulut keiclnya seketika membulat lucu.
"Tadi pintu bicik mah, tuk tuk tuk teluc Jeje nda cuka humh!"
Jeongwoo melipat tangan di dada dan memasang wajah marah dengan kedua pipi yang semakin terlihat seperti ikan buntal karna menggembung.
"Mungkin di luarnya ada tamu" ucap Asahi.
"Tamu? Tamu apa? Enak nda mah?"
Asahi menepuk jidatnya, "Tamu itu orang lain, coba Jeje buka pintuny"
"Olang lain itu olang acing mah? PENCULIKKKK" Syok Jeongwoo dengan kedua tangan gempal yang menyentuh pipinya.
"Bukannn, Jeje tolong buka dulu pintunya" ucap Asahi yang kesabarannya sudah hampir diambang batas.
"Oke mama, Jeje ngelti toyong-toyong"
Dengan wajah tidak berdosanya Jeongwoo melenggang pergi meninggalkan Asahi yang hanya bisa elus dada.
::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 :::
"Iya cebental ya olang acing yang butan penculik" ujar Jeongwoo dari depan pintu.
Ia menarik bangku kecil dari dekat tembok lalu menempelkannya di samping pintu, sebelum menaiki kursi itu, Jeongwoo terlebih dahulu memperbaiki celannya yang sedikit melorot.
Setelah merasa semuanya aman, Jeongwoo segera naik dan membuka pintu tersebut.
"Alo tamuuu, nda ada olang dicini ada mama aja lagi mandi Jeje celili dicini liat cocomeyon di tipi"
Sang tamu yang mendengar itu terbahak, adik kecil yang sebentar lagi akan menjadi tetangganya itu benar-benar terlihat sangat menggemaskan.
Setelah meminta izin untuk membuka pintu lebih lebar yang diangguki Jeongwoo, dia berniat untuk memberikan bungkusan yang sedari tadi di bawanya. Namun di urungkan saat melihat tubuh bantet itu, agak sedikit tidak tega jika harus di beri beban bungkusan yang sedikit berat itu.
"Adik kecil-"
"Jeje butan adik kicil" potong Jeongwoo dengan nada tidak suka.
Dia merasa sudah besar karna sudah bisa makan sendiri, Jeongwoo sangat tidak suka di panggil adik kecil atau dede bayi.
"Oke maaf ya, Jeje boleh gak kakak masuk buat nyimpen ini?"
"Nda boyeh, olang acing da boyeh macuk lumah Jeje cama papah cama mamah!!" tegas Jeongwoo.
Si tamu menepuk jidatnya, dirinya terlalu gemas dengan kelakuan balita di depannya itu sampai lupa untuk memperkenalkan diri.
"Oh iya kakak lupa, Jeje kenalin kakak namanya Haruto. Kakak tinggal di depan rumah Jeje tuh, rumah yang ada mobilnya"
Haruto menujuk kearah rumah yang di depannya masih di penuhi oleh mobil yang membawa barang pindahan keluarganya, Jeongwoo yang penasaran segera melihatnya dan seketika mulut mungilnya membulat.
"Ohhh olang acing lumah balu" kata Jeongwoo.
Si kecil lalu berbisik dengan nada yang sangat pelan, kemudian mengangkat kedua tangannya keatas dengan wajah yang melotot horor.
"cyuuttt kakak, olang cuka biyang lumah balu kakak ada hantuuu. Takut ndaaa?"
Haruto menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil, "Enggak Je, gak takut"
Jawaban dari kakak tetangganya membuat Jeongwoo mengangguk sok paham, ia lalu kembali menatap Haruto, lebih tepatnya Jeongwoo sedang menilai wajah Haruto termasuk orang yang boleh masuk kedalam rumahnya atau tidak.
"Kaka Hayuto ganteng, ayo cini macuk lumah Jeje. Alap lumah celili, janan mayu janan mayu mayu" ujarnya.
Jeongwoo menarik tangan Haruto untuk masuk keruang tamu, setelahnya dia tampak berlari kedalam dan membawa dua gelas plastik kosong yang disimpan di depan Haruto dan dirinya.
"Kak Hayuto minyum ya, tapi bobong aja minyumnya. Jeje dan bica ambil ail minyum, nanti minta toyong mama aja" jelasnya.
Haruto kembali tergelak, bocah kelas 3 sekolah dasar itu benar-benar di buat tidak habis pikir dengan kelakuan anak tetangganya tersebut.
Haruto mengucapkan terima kasih lalu pura-pura minum dari gelas kecil itu.
Hal sederhana yang di lakukannya itu membuat si kecil Jeongwoo tertawa bahagia sehingga membuat kedua pipinya terlihat semakin bulat karna terangkat keatas.
::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 :::
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Centil
FanfictionTentang Jeongwoo si bokem yang hobi berkeliaran ::: Hajeongwoo Area ::: BxB ::: Mpreg ::: Fiksi Penggemar