4. Darurat

286 64 10
                                    

Sudah dua hari ini si kecil Jeongwoo menginap di rumah keluarga Junkyu di karnakan Jaehyuk dan Asahi harus mengurus ibu Jaehyuk yang sedang sakit tipes.

Mereka berdua sama-sama anak tunggal, Jaehyuk yang sejak kecil sudah di tinggal ayahnya dan kedua orang tua Asahi yang memang tinggal di Jepang, membuat keduanya mau tidak mau harus menitipkan sang anak kepada tetangganya tersebut.

Agak malu sebenarnya, mengingat mereka baru kenal satu bulan yang lalu. Tapi karna Mashiho maupun Junkyu tidak keberatan dan di tambah Jeongwoo yang sudah sangat menempel kepada Haruto, akhirnya mereka menitipkan tuyul gondrong itu disana.

Tapi karna kehadiran Jeongwoo, sekarang kediaman keluarga kecil itu sedikit lebih berisik dan penuh dengan kejutan.

Seperti saat ini, Jeongwoo terlihat sedang menyandarkan tubuh gempalnya di kursi makan dengan kedua pipi yang menggembung karna terisi nugget. Balita itu sudah terlihat kekenyangan, di lihat dari perutnya yang semakin bulat dan hampir membuat kancing piyama yang di pakainya terpental.

Berbeda dengan keadaan si kecil yang terlihat happy dan kekenyangan, Haruto malah terlihat lesu dengan kepala yang di tidurkan di atas meja.

"Ruto kenapa? Sakit?" Tanya Mashiho.

Haruto menggeleng pelan dan tersenyum kecil, "Gapapa mah, cuma ngantuk doang".

"Sayang mama mau ke kantor papa sebentar, kamu disini berdua sama Jeje gapapa? Mama gak akan lama kok perginya"

Haruto menoleh kearah Jeongwoo yang malah asik mengupil kemudian tersenyum lebar kearahnya, "Mamaf ya, idung Jeje gatey getey".

Tangannya mengelus rambut halus si bayi, karna menurutnya Jeongwoo bukan balita nakal jadi dia menganggukan kepalanya.

"Iya mah, gapapa. Mama pergi aja"

Mashiho tersenyum bahagia, setelah membereskan bekas mereka makan, Mashiho kemudian pamit kepada keduanya.


::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 :::



Perkiraan Haruto meleset parah, dia yang awalnya mengira Jeongwoo anak penurut nayatanya malah mirip seperti bola karet yang suka mental sana sini.

Seperti sekarang, perutnya sedang sakit namun Haruto di haruskan untuk memandikan Jeongwoo karna sedari pagi si balita belum menyentuh air sama sekali.

"Jeje ayo mandi" ajaknya.

"DA MAUUUU"

Jeongwoo melesatkan tubuh gempalnya dari jangkauan Haruto dan bersembunyi di balik sofa, sesekali dia akan berjinjit hingga hanya memperlihatkan rambut kuncir apple dan mata serigala itu yang terlihat oleh Haruto.

"Jeje da mau mandi" ujar si kecil.

"Jeje mau main aja" lanjutnya.

Haruto menyerah saat merasakan perutnya yang semakin sakit, dia berjongkok dan kemudian meringkuk diatas lantai.

"Hiks mama sakit" ringisnya.

Mendengar ringis kesakitan dari kakak kesayangannya membuat Jeongwoo keluar dari pesembunyiannya dan mendekat kearah Haruto.

"Kak Yuto napa? Auh peyut da bica mamam?" Tanyanya.

Mata yang tadinya terpejam kemudian terbuka kembali, ingin rasanya dia menjawab pertanyaan dari adik kecilnya itu tetapi rasa sakit yang di deritanya hanya membuat mulutnya mengeluarkan ringisan saja.

"Kak Yuto peyut auh kacian, cebentay ya"

Balita yang hanya terbalut dengan atasan piyama dan pampers itu mendekat kearah telepon rumah, ia mendorong kursi yang ada di dekat sana dan dengan susah payah menaikinya.

Ia terdiam sebentar mencoba mengingat apa yang sering mamanya ajarkan setiap saat dalam keadaan darurat seperti ini.

Baginya melihat Haruto yabg menangis kesakitan sama dengan saja keadaan yang super duper darurat.

"Tepong catu catu dua " ucapnya dengan wajah penuh keseriusan.

Jeongwoo terdiam sebentar sampai ada suara seseorang yang menyapanya dari sebrang sana.

"Halo-"

"Ini Jeje di yumah kak Yuto, kak Yuto auh kacian nanic nanic banak. Mama nda ada kabuy cama papa" jelasnya.

"Oke, Jeje tolong kasih telponnya sama kak Yuto dulu ya"

"Butan kak Yuto tapi kak Yyyyylutooo"

Jeongwoo menghapus air liur yang muncrat dari bibir kecilnya karna berusaha menyebutkan nama Haruto dengan benar.

"Ah iya maaf, Jeje bisa kasih teleponnya sama kak Ruto dulu"

"Cebentay, Jeje mau tuyun duyu. Pelan-pelan bial da jatuh"

Telepon itu dia masukan ke saku piayama dan dengan perlahan turun dari kursi, setelahnya ia mendekati Haruto dan menepuk pelan pipi si kakak.

"Kak Yuto, tante baik mau nomong nomong cama kak Yuto"

Jeongwoo mendekatkan benda itu kearah telinga Haruto, namun sayangnya Haruto tidak bisa menjawabnya karna sudah sangat kesakitan.

"Tante baik kak Yuto nda bica nomong, kak Yuto matiiii" panik Jeongwoo.

"Enggak enggak, Jeje tenang dulu. Kak Ruto enggak mati, sekrang Jeje keluar rumah dulu terus coba Jeje lihat apa ada orang gede di luar"

Jeongwoo mengangguk setuju, sebelum itu dia terdiam sebentar dan melihat kedua kaki telanjangnya.

"Jeje dan pake ceyana, nanti mayu ndaaa??"

"Enggak, gapapa Jeje. Sekarang Jeje keluar ya" bujuk orang di sebrang kembali.

Akhirnya Jeongwoo keluar dan memberikan telepon itu kesembarangan orang yang kebetulan lewat tepat di depan rumah Haruto, hingga akhirnya beberapa menit kemudian terlihat mobil ambulance yang datang untuk membawa Haruto.



::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 :::




Junkyu dan Mashiho berjalan cepat ke arah UGD, tadi mereka mendapat telepon dari tetangganya yang mengatakan jika Haruto dan Jeongwoo masuk Rumah Sakit.

Saat baru sampai, mereka mendapati Jeongwoo yang sedang duduk manis dengan tangan yang menggenggam satu lolipop besar dan satu suster yang menemaninya.

Dan usut punya usut ternyata anak kandung mereka terkena usus buntu sampai harus di operasi, beruntung ada si balita yang dengan polosnya menghubungi pusat bantuan darurat karna mengira Haruto akan mati.





::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 ::: 🦋🐺 :::

Si CentilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang