"Anda tidak perlu khawatir, hal itu lumrah terjadi pada bayi yang sedang tumbuh gigi," jelas sang dokter. Jeno dan Donghyuck bisa bernapas lega mendengar kondisi sang anak yang ternyata baik-baik saja.
Sudah beberapa hari sang anak sering menangis dan rewel. Bahkan menyusu pun tidak senafsu sebelumnya. Setiap malam, pasti akan sulit untuk tidur hingga akhirnya ia menangis lagi. Bahkan kemarin suhu tubuhnya sempat tinggi, hingga Jeno segera memeriksakannya ke dokter.
Ternyata semua itu adalah tanda bahwa Gian sedang tumbuh gigi. Memang bisa Jeno lihat gusi sang anak yang memerah dan juga bengkak. Saat menyusu pun, ia merasakan benda keras itu mulai menggigit dan tak jarang putingnya.
Sekarang ia tak perlu khawatir lagi dengan kondisinya, tinggal memperketat pengawasan karena di masa tumbuh gigi ini bayi akan lebih sering memasukkan atau menggigit benda-benda di sekitarnya.
Sambil memeriksakan kondisi Gian, sekalian saja ia memeriksa kondisi kandungannya untuk melihat apakah jenis kelamin si jabang bayi sudah bisa diketahui atau belum. Namun nampaknya, calon anak keduanya itu masih senang bersembunyi, hingga alat ultrasonografi pun belum bisa menyimpulkan apakah adiknya Gian itu laki-laki atau perempuan.
Donghyuck dan Jeno tak ambil pusing, masih banyak waktu untuk mengetahui jenis kelamin sang anak, yang terpenting keadaan ibu dan bayinya sama-sama sehat.
"Pulang dari sini kita belanja dulu ya? Kayaknya udah banyak bahan yang abis," ucap Jeno.
"Siap, laksanakan! Nyonya."
Jeno diminta untuk menunggu di lobi rumah sakit sementara ia mengambil mobilnya di tempat parkir karena jaraknya cukup jauh. Ia tak ingin Jeno sampai kelelahan karena harus banyak berjalan, apalagi sambil menggendong Gian yang sedari tadi tak ingin lepas darinya.
Saat sedang menunggu Donghyuck, Ia dihampiri oleh sepasang anak laki-laki dan perempuan, yang ia duga kalau mereka adalah anak kembar. Masih mengenakan seragam SMP, kedua anak itu berlari dan memeluknya secara tiba-tiba.
"Ayahh! Ano kangen ayah!"
"Gimana keadaan dedek? Dedek baik-baik aja kan?" Tanya mereka bergantian.
Jeno tentu merasa bingung, pasalnya ia sama sekali tidak mengenal mereka. Apa mungkin mereka salah menyangka kalau ia adalah ayah mereka?
Belum sempat ia menjawab dan bertanya, seseorang yang sangat mirip dengannya datang menghampiri mereka. "Twins?"
Kedua anak itu lantas menoleh dan langsung terkejut. Mereka kompak melepaskan pelukannya dan berlari ke arah seseorang yang baru saja memanggil mereka dengan sebutan twins. "Ayah ihh, Ano malu banget udah salah orang. Mana pake peluk-peluk segala."
"Adek, juga ikut peluk-peluk om itu tadi." Ayah dari dua anak tadi hanya terkekeh dan kembali berjalan menghampiri Jeno diikuti oleh anak-anaknya tadi.
"Hai, Namaku Novalio, biasa dipanggil Nio. Senang bertemu denganmu," ucapnya sembari mengulurkan tangan lebih dulu.
"Ah, iya namaku Jeno." Jeno pun menyambut jabat tangan sang lawan bicara dengan sedikit canggung.
"Wah, namanya sama kayak kak Jeno ya, mukanya juga mirip banget," bisik si anak perempuan pada saudara kembarnya. Anak laki-laki itu pun mengangguk sambil terus menyembunyikan diri di balik ayahnya. Mungkin ia masih merasa malu karena sudah salah memeluk orang tadi.
"Kakak, adek ayo minta maaf sama Om Jeno," titahnya dengan lembut.
"Maafin Anya ya Om, Anya kira Om itu ayahnya Anya." Si anak perempuan yang memanggil dirinya dengan nama Anya itu maju lebih dulu. Lalu sedetik kemudian disusul oleh kakaknya dengan malu-malu. "Maafin Ano juga ya Om. Ano udah meluk Om sembarangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time - Hyuckno Family
Fiksi PenggemarDaily life si pasangan mesum bersama krucil-krucilnya Cw// BXB Mpreg NSFW 🔞