bab 75

3.5K 549 25
                                    

  Malam harinya kembali turun hujan namun tidak sederas kemarin malam.

  Namun itu tetap saja membuat Renjun tidak bisa tidur bahkan terus menutup telinganya padahal tidak ada petir ataupun guntur.

"Belum tidur anaknya" Chanyeol baru saja masuk setelah tadi dia mengecek pekerjaannya.

   Wendy sendiri hanya menggelengkan kepalanya pelan sembari terus mengusap punggung putranya agar sedikit tenang.

   Chanyeol melirik jam dinding yang hampir hampir menunjukkan pukul 10 malam.

  Dirinya ikut naik ke atas tempat tidur melihat bagaimana putranya yang bersembunyi dalam dekapan mamanya seraya tetap menutup telinganya.

"Sama papa sini" Chanyeol melepaskan perlahan tangan putranya walau sedikit sulit dan langsung menarik tubuh Renjun untuk dia peluk.

"Pha" lirihnya bahkan Renjun tidak berani membuka matanya.

"Huusstt, bobok ya nak, udah malam, ada papa di sini" Chanyeol terus mendekap putranya sesekali tangannya menepuk pelan bahkan mengusap surai putranya.

"Besok kita bawa ketemu dokter Donghae lagi bagaimana?" Wendy juga ikut mengusap surai putranya pelan.

"Iya, besok aku gak pergi ke kantor lagi gak apa apa, kerjaan biar di bawah kesini aja" ujarnya sekarang yang penting putranya dulu jangan sampai perjuangan mereka sia sia selama ini.

"Andai saja aku tidak meninggalkan nya sendirian kemarin" lirihnya membuat Chanyeol langsung menatap istrinya.

"Jangan di bahas lagi, kita tidak tau kan kalau bakal ada seperti itu, yang terpenting bagaimana caranya putra kita tetap baik baik saja" jelasnya dirinya sangat tidak suka ketika istrinya terus menyalahkan dirinya.

  Chanyeol membenarkan posisi tidur putranya saat merasa Renjun sudah tertidur sangat pulas.

"Dasar anak papa ya" Wendy tersenyum melihat Renjun yang gampang sekali tertidur ketika du peluk papanya, bahkan sedari tadi dia tidak bisa membuat Renjun tidur.


   Keesokan paginya mereka sarapan seperti biasanya bahkan tidak ada yang sadar jika Renjun sudah bangun.

  Renjun hanya mengerjab pelan sembari memeluk boneka moomin besar pemberian om Reno kemarin, dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya dan rambut yang terlihat acak acakan.

  Cukup lama Renjun berusaha mengumpulkan nyawanya kembali hingga dia perlahan duduk dan menatap sekitarnya bahkan baju tidurnya sudah tidak karuan, sudah pasti yang melihat akan langsung merasa gemas dengan penampilan Renjun.

"Ki Jun ilang" dirinya menatap kakinya setelah tadi menyingkirkan selimut yang cukup berat menurutnya.

"Uuhhh cucah" Renjun berusaha membuka pembatas ranjangnya agar bisa turun.

  Setelah berhasil Renjun langsung menyingkirkan bantal dan beberapa boneka kecil yang menghalanginya.

  Namun baru saja dia hendak berdiri namun Renjun langsung jatuh karena kakinya yang masih sakit.

"HUAAA Jun dak bica jalan" pekiknya namun sudah di pastikan tidak ada yang mendengarnya karena jarak kamar dan ruang makan cukup jauh.

"Jun ompat anti jatuh" ujarnya lirih namun kemudian dia mengingat film yang pernah dia tonton bersama Jisung.

  Renjun merangkak menuju pintu sambil sesekali mengusap lututnya.

"HUWAAA ma pha nakal, Jun dili hiks" tangisnya yang merasa kesal, lututnya sudah sakit dan sekarang dia tidak bisa membuka pintu kamarnya membuat Renjun hanya bisa memukul muluk pintu kamar tersebut dengan tangan gempalnya.


Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang