Bab 2

310 2 0
                                    

Elara terkejut, wajahnya memerah seperti tomat, ia baru menyadari jika ia tidak sendirian di kamar ini. Dia berusaha menutupi tubuhnya dengan tangan, tetapi rasa malunya semakin membara. Pria di depannya, yang tidak Elara ketahui namanya, hanya menatapnya dengan ekspresi campur aduk antara kebingungan dan keheranan.

"STOPPP!! Jangan liat-liat woiiii!!" Tangannya beralih menutup kedua mata pria itu agar tidak melihat aset berharganya yang tak tertutup pakaian apapun.

Pria itu menatap jengah kelakuan wanita di depannya, sebenarnya apa yang ia tutupi telapak tangannya bahkan tidak sampai menutupi seluruh matanya. Tinggi Elera hanya sebatas dadanya, membuat dirinya harus berjinjit. Tanpa sadar tubuhnya meloncat-loncat berusaha menutupi mata pria itu dengan kedua tangannya. Namun, seiring dengan gerakan cepatnya, langkah Elara malah kehilangan keseimbangan, dan tanpa sengaja ia menarik leher pria itu, membuat keduanya terjatuh bersamaan.

Sekejap, dunia terasa terbalik bagi Elara. Ia jatuh ke tanah dengan keras, tubuhnya tertimpa tubuh pria itu. Kedua tangan pria itu secara refleks terulur, berusaha menyeimbangkan dirinya, tetapi tak cukup untuk mencegah mereka jatuh ke lantai. Elara yang berada di bawah, merasa jantungnya berdebar hebat, tubuh pria itu sedikit menekan dirinya, namun dia bisa merasakan detak jantung pria itu yang cepat, sama seperti miliknya.

Rasa canggung langsung menyeruak. Wajah Elara memerah, dan ia buru-buru mencoba mengangkat tubuh pria itu, tapi pria itu sendiri terlihat sedikit bingung, tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Dia mencoba untuk bangkit, tetapi entah kenapa, tangannya yang terulur malah terjatuh kembali ke tubuh Elara, membuat situasi semakin memalukan.

"Maaf... Aku tidak sengaja," ujar Elara dengan suara tercekat, berusaha menjauhkan diri. Namun, pria itu justru diam saja, terus menatap Elara membuatnya semakin merasa takut.

Pria itu masih nggak bergerak dari atas tubuh Elara, meskipun mereka udah terjatuh. Elara ngerasa tubuhnya kaku, jantungnya berdegup kencang, dan ada sesuatu yang nggak bisa dijelasin muncul di dalam dirinya. Posisi mereka yang canggung itu bikin suasana jadi aneh banget, dan pria itu malah nggak ada niat untuk bergerak.

"Eh, serius deh," Elara akhirnya ngomong, suaranya gemeteran. "Kamu mau tetap di atas aku terus?"

Pria itu cuma diam, matanya tajam menatap Elara, nggak ada tanda-tanda dia bakal bangun. "Kenapa? Takut?" suaranya pelan, tapi ada nada yang bikin Elara merasa lebih nggak nyaman. Bukan takut, sih... lebih ke sesuatu yang bikin merinding.

Elara cuma bisa bengong, nggak tahu harus jawab apa. Ada yang aneh dengan cara pria itu melihatnya, tatapannya terlalu dalam, terlalu tenang, bahkan lebih dalam dari yang Elara sangka. "Aku nggak takut," jawabnya, suaranya lebih rendah, tapi dia ngerasa ada sesuatu yang nggak beres. "Cuma, kenapa kamu nggak gerak, sih?"

Pria itu menyeringai, sedikit lebih lebar. Senyumnya nggak bikin Elara merasa lebih tenang, malah sebaliknya. "Saya hanya ingin melanjutkan yang tadi," katanya santai, tapi kata-katanya kayak punya bobot yang berat banget. Apakah yang dimaksud kegiatan sebelum Elara transmigrasi ke tubuh ini? "Sudahlah Lyra, tidak usah berpura-pura. Apa kamu marah karena lusa saya akan ke Bali bersama Selene?"

Merinding, Elara coba geser sedikit, tapi rasanya susah banget. "Apa yang kamu omongin?" suaranya hampir nggak kedengeran, karena dada Elara udah sesak banget. Dia ngerasa kayak ada sesuatu yang bikin dia makin terperangkap di sini, entah karena pria itu atau karena dirinya yang nggak tahu harus ngapain.

Pria itu cuma diam sejenak, lalu mendekatkan wajahnya lebih dekat, tapi masih nggak menyentuh. "Saya cuma lapar," katanya pelan, nada suaranya berubah jadi lebih serius, lebih intens. "Dan kebetulan satu-satunya makanan di sini hanya ada kamu. Jadi malam ini saya akan makan habis kamu Lyra."

Rasa merinding itu makin parah. Elara ngerasa kulitnya makin dingin, tapi tubuhnya juga panas. Dia nggak tahu kenapa, tapi ada perasaan aneh yang menggelitik, bikin dia makin terjebak dalam tatapan pria itu.

"Jangan gitu, deh," Elara ngomong, berusaha mengalihkan perhatian, tapi suara dirinya sendiri nggak meyakinkan. "Ini udah gila."

Pria itu tertawa pelan, senyumannya nggak mengurangi ketegangan yang ada. "Gila? Padahal kita sudah sering melakukannya" jawabnya dengan tenang. 

Tatapan pria itu begitu tajam, dan Elara mulai merasa kalau dia nggak bisa kabur dari apa yang sedang terjadi.  Namun Elara merasakan dunia di sekelilingnya semakin memudar, suara pria itu terdengar begitu jauh, semakin jauh...

Jantungnya berdegup semakin cepat, dan tanpa bisa dia tahan lagi, dunia di sekelilingnya gelap.

***

Ketika Elara membuka matanya, dunia di sekitarnya terasa lebih jelas. Namun, di balik kejelasan itu, ada beban yang lebih berat. Namanya bukan lagi Elara tetapi Lyra, Lyra Elysia. Kisah hidup wanita itu kini menjadi bagian dari hidupnya, dan ia harus menghadapi kenyataan bahwa dia terhubung dengan cerita penuh kepalsuan dan kesedihan.

Terlalu asik dengan pikirannya, Lyra baru sadar jika dadanya terasa perih. Matanya bergerak ke arah dadanya.

Oh, dia lagi nyusu

[Part 21+ hanya ada di karyakarsa]

Kalau mau baca langsung ke bio

Transmigrasi Elara (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang