Selamat siang╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・
Votenya jangan lupa maniezz~
enjoy~
.
.
.
Setelah menghabiskan satu porsi mie dan berpamitan dengan semua anggota keluarga, bukannya kembali ke kamar, Elio justru berjalan pelan mengikuti sang kakak sulung yang menuju ke ruang kerja sang daddy.
Eiser hanya diam dan membiarkan kucing nakal yang masih setia mengikuti setiap langkahnya.
"Jalannya cepet banget sih!" Seru Elio dengan dengusan sebal, langkah kaki sang kakak sangat lebar dan besar, kaki kecilnya sedikit kesulitan untuk mengimbangi.
"Hm." Hanya itu respon yang diberikan Eiser membuat Elio menghentakkan kaki, pertanda jika bayi kucing itu marah.
Elio dengan cepat berlari lalu menghandang jalan sang kakak sambil merentangkan tangan.
"Kitten?"
"Jalannya bisa pelan ga sih?! Lio capek tau!"
Eiser bersedekap dada, "Siapa yang meminta kitten untuk mengikuti kakak?"
Elio menggembungkan pipi dan memalingkan wajah, "Kakak udah ga sayang Lio!"
Eiser mendengus geli, lelaki itu menunduk lalu membawa sang adik ke dalam gendongan koala.
"Kitten-nya kakak merajuk, hm?"
Tangan Elio bergerak menutup mulut Eiser menggunakan kedua tangan kecilnya.
"Sstt, anda dilarang bertanya!"
Eiser dengan iseng mencium dan menjilat kecil telapak tangan sang adik membuat Elio langsung berteriak histeris bahkan bayi kucing itu langsung menjauh sambil memeluk dirinya sendiri.
"TOLOOONG! TOLONG ADA OSUUUM!"
"Osum?" Tanya Eiser sambil menarik sang adik untuk kembali mendekat agar tidak terjatuh.
"Orang mesum!" Ujar Elio sambil menunjuk sang kakak membuat sudut bibir Eiser berkedut.
"Tidak ada orang mesum di Mansion ini, kitten."
"Ada kok, ini orangnya lagi gendong Lio!"
"Jangan berbicara sembarangan."
"Lio ga tuh~"
"Kenapa mengikuti kakak?"
"Ga tau, tanya aja sama kaki Lio."
"Kitten."
Elio tertawa geli, "Malam ini Lio boleh ga tidur sama kakak?"
"Kenapa?"
"Boleh ga?"
"Jawab kakak, kitten."
"Ga mau~ kakak jawab dulu pertanyaan Lio!"
"Hm."
Elio mendecak sebal, "Hm itu artinya iya atau ga?"
"Boleh, kitten."
Elio langsung tersenyum lebar, "Yippieee! Terima kasih kakak Eiser yang tampan tapi masih tampanan Lio!"
"Cantik."
"Mulai, mulai!" Ujar Elio sambil mencebikkan bibir.
Eiser tersenyum tipis lalu mencium gemas pipi berisi sang adik, kenapa adiknya lucu sekali? Lelaki itu jadi ingin menyimpan sang adik untuk dirinya sendiri.
Diberi makan dan dirawat seperti anak sendiri, seperti Malika, eh.
"Jadi?" Tanya Eiser lagi.
Elio melirik ke sana kemari, mencari alamat, bercanda ygy.
Putra keempat Baron itu celingak-celinguk, saat sudah memastikan jika situasi telah aman, Elio langsung membisikkan sesuatu pada sang kakak sulung.
"Lio takut, tadi Lio ga sengaja liat video mba Kun lagi ketawa, ih serem banget!"
Membayangkan suara tawa dari makhluk halus itu membuat Elio kembali bergidik merinding, bulu kuduk bayi kucing itu seketika berdiri lalu si kecil dengan cepat memeluk erat sang kakak sulung.
"Lio takut!"
Aduan Elio membuat Eiser menahan tawa jadi kucing kecilnya sedang merasa takut, lelaki itu lalu menggelengkan kepala, mana ada ketua geng yang takut akan makhluk halus seperti ini? Lucu sekali.
"Kenapa tidak tidur bersama daddy dan mommy?" Tanya Eiser sambil melanjutkan langkahnya dan masuk ke ruang kerja sang daddy, lelaki itu ingin meletakkan sebuah berkas ke atas meja.
"Ga mau aaaa nanti daddy ledekin Lio!"
"Tidak mungkin."
"Apanya yang ga mungkin?! Kakak tau kan kalau daddy suka bercandain Lio, kalau daddy tahu pasti daddy bakalan kasih tau ke yang lain."
"Bagus."
Krauk!
"Itu menyakitkan, kitten." Ujar Eiser sambil mendorong pelan dahi Elio, jujur saja gigitan sang adik terasa cukup menyakitkan.
"Biarin aja biarin! Kakak kok ikut ngeselin sih kaya daddy!"
"Kakak tidak."
"Iya!"
Eiser yang sudah selesai dengan urusannya kini berbalik dan berjalan keluar, lelaki itu membiarkan sang adik yang kini bersenandung ria sambil menarik-narik rambut belakangnya.
Eiser sama sekali tidak merasa keberatan, asal adiknya tidak tantrum dan berteriak seperti di dalam hutan maka biarkan saja.
Kini keduanya sudah berada di kamar Eiser dan langsung berjalan menuju kamar mandi, keduanya berdiri di depan wastafel lalu Eiser menurunkan sang adik yang langsung naik ke step stool karena wastafel yang tinggi.
"Ini." Ujar Eiser sambil menyerahkan sikat gigi yang telah diberi odol pada sang adik, lalu lelaki itu juga melakukan hal yang sama dan keduanya menyikat gigi bersama.
Elio terlihat berkumur-kumur dengan sangat cepat sambil mendongak membuat remaja itu hampir terjengkang ke belakang, untung saja Eiser dengan cepat menahan sang adik sehingga telinganya selamat dari teriakan membaha serta ketantruman kucing kecilnya.
Setelah selesai, Eiser langsung menyentil kuat dahi Elio.
"Nakal."
"Ehehehehe~"
Elio terkekeh dengan watados alias wajah tanpa dosa. Dimarahi bukannya berpikir, sang adik justru tertawa geli membuat Eiser mendengus.
Untung yang berulah adalah adik kesayangannya, jika ini adalah Jericho maka Eiser akan dengan senang hati menendang adik ketiganya itu dari balkon kamarnya.
"Gendong!" Ujar Elio sambil merentangkan tangan.
"Kemari, kitten."
Eiser, Elio berjalan keluar dan langsung menuju tempat tidur namun belum sempat Eiser menurunkan sang adik, adik keempatnya itu tanpa aba-aba melompat begitu saja membuat Eiser melebarkan mata.
Sementara Elio yang dikhawatirkan justru biasa saja bahkan setelah melompat, remaja manis itu sempat-sempatnya langsung melakukan salto depan.
"SERUUUUU!"
Eiser mengusap kasar wajah dan menghela napas lelah, sungguh membangongkan.. . .
ฅ•ω•ฅ ฅ•ω•ฅ
Kalau punya adek kaya bayi kucing enaknya diapain?😭✋️
Jangan lupa follow, vote & komen
( ͡° ͜ʖ ͡°)✧mari berteman♡
see u~
KAMU SEDANG MEMBACA
Elio Riley Sergeyev
FanfictionKeseharian Elio bersama keluarga posesifnya. . . . Si bungsu yang gagal menjadi bungsu namun tetap mendapatkan perlakuan selayaknya bungsu. "MINGGIR! MINGGIR LIO TAMPAN MAU LEWAT!" - Elio "Kemari, Elio Riley Sergeyev." - Baron "Lio sayangnya mommy."...