11 Puzzled

481 70 39
                                        


Sore yang cerah di akhir tahun yang belum banyak hujan, rasanya begitu gerah. Aliya masuk ke dalam Kantor Pos yang mulai lengang di awal bulan. Hanya ada beberapa orang yang mengisi kursi tunggu. Orang-orang dengan tumpukkan paket di sebelahnya mengisi kursi ruang tunggu paling depan. Kemudian, seorang laki-laki lanjut usia didampingi seorang remaja sedang menunggu antrian. Mau mengambil uang pensiun, batin Aliya.

Namun, ada pemandangan yang aneh. Ada seorang laki-laki memakai jaket jeans yang terus memandangi laki-laki lanjut usia dengan remaja yang menemaninya. Masih ada loket kosong di bagian pengiriman surat atau paket. Tapi laki-laki itu tidak mengambil antrian. Apa dia orang jahat? Aliya sibuk menganalisa, sambil menyeruput es kopi yang baru dibelinya. Dia mengingatkan dirinya sendiri, bukan urusannya.

Aliya terus berjalan ke arah meja loket, tapi seseorang menarik tangannya.

"Aliya..." Panggil orang itu.

Aliya yang terkejut langsung berpikiran buruk kepada laki-laki yang mencurigakan tadi. Dia menghempaskan tangannya kuat-kuat.

"Maaf..." ucap orang yang menarik lengan Aliya.

"Eh, Mas Donald bebek... sorry... sorry... reflek," ucap Aliya saat sudah tahu siapa yang menariknya.

"Ehm, gue yang minta maaf," ucap Ronald.

"Lo mau kirim surat? Tumben hari Senin. Loket yang sebelah sana kayaknya udah kosong," ujar Aliya menunjuk sebuah meja.

"Gue mau ketemu lo," ucap Ronald yang langsung mendapat tatapan bingung dari Aliya. Ronald cepat-cepat membuat klarifikasi, "Gue dari tadi udah nunggu, ada waktu sebentar?"

Aliya semakin bingung. Dia memandang Ronald dengan tatapan aneh. Laki-laki itu terlihat kumal, kusut. Rambutnya yang sedikit panjang berantakan. Laki-laki yang biasanya hanya mengirimkan surat jawaban teka-teki silang itu sudah lama tidak ia temui. Hampir sebulan saat dia kebagian shift siang. Dia pikir laki-laki itu mengirim surat saat malam hari atau pagi buta seperti biasanya. Tapi tiba-tiba laki-laki itu meminta waktunya. Untuk apa?

Aliya melihat jam tangan kecil di pergelangan tangannya. Jam kerjanya sudah usai. Tapi jemputannya terlambat hari ini. Karenanya dia punya waktu bersantai untuk membeli kopi, sambil menunggu jemputannya datang. Sebenarnya dia punya waktu untuk Ronald.

Ronald tahu Aliya bingung dengan ajakannya, perempuan itu terlihat ragu menerima permohonannya. Tapi dia bingung bagaimana harus menceritakan maksudnya.

"Opa koma," ucap Ronald pada akhirnya. Dia melihat Aliya tampak terhenyak, terlihat dari bibir perempuan itu yang membuka sedikit.

"Sorry, gue ikut sedih," ucap Aliya lirih. Bagaimanapun sudah lama dia tahu mengenai orang yang suka mengirim jawaban TTS itu.

"Gue butuh bantuan lo," ucap Ronald kemudian.

"Ehm... ngisi TTS?" Tanya Aliya dengan polosnya.

Ronald menghela napas. Dia tidak pandai berkata-kata. Dia melihat sekeliling, ekor matanya menangkap tatapan pegawai kantor pos lain yang sedang memperhatikan mereka. "Bisa nggak kita ngobrolnya nggak di sini?"

Aliya mendengar nada permohonan yang serius. Rahasia? Kenapa harus aku?

Aliya berpikir sejenak. Dia tidak suka mencampuri urusan orang, juga mengurusi masalah orang lain. Tapi permohonan laki-laki itu terdengar sungguh-sungguh. Sesuatu yang tampaknya sangat penting.

"Tolong. Nanti aku jelaskan." ucap laki-laki itu lirih, berusaha meyakinkan Aliya.

"Gue ambil tas gue dulu," ucap Aliya. Sambil berbalik dia bergumam lirih, 'Ganteng-ganteng kok aneh.'

Toko Merah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang