HER EYES

04

Angin berhembus meniupkan rasa tenang, disini lah Zee berada diatas atap rumahnya. Memandang langit sore teduh, menikmati pemandangan yang di ciptakan oleh maha penguasa segala-Nya.

Sekelibat momen momen kedekatannya dengan Ashel akhir akhir ini melintas dikepala, rasa nya senang seperti mestadung(semesta mendukung) dirinya.

Zee menyesap kopi yang dibikin, rasa pahit terasa tapi tak sepahit kenyataan yang di dengar Zee waktu latihan basket tadi di sekolah.

Flashback

Pada pertengahan bulan akan diadakan  perlombaan antar sekolah untuk seluruh ekskul, kegiatan ini mempererat hubungan antar sekolah.

Anak anak basket putri sebentar lagi akan selesai latihan yang akan bergantian dengan anak paskib, Zee mendengarkan dengan baik pelatih nya berbicara. Mereka berkumpul di pinggir lapangan, beristirahat.

"Memang ini hanya perlombaan biasa saja, tapi kalian juga harus fokus main nya jangan sampai menyepelekan! Tetap jaga nama baik sekolah kita apalagi tim basket putri okey?" Pelatih memancing semangat pemain nya, berusaha agar memberikan yang terbaik.

"SIAP COACH!" Jawab semua nya semangat.

"Iya sudah kalian boleh pulang, hati hati dijalan dan tetap jaga stamina!" Pelatih itu pergi dari lapangan.

Para murid anggota paskib mulai memasuki lapangan, terlihat ada Ashel.

"Ka Ashel sempurna banget njir, seganteng apa ya ntar pacar nya? Sumpah udah jadi ketua OSIS terus... Anak paskib lagi! Gila gila cantik pinter" Seseorang yang juga anggota basket ini membicarakan Ashel, Zee gak tau namanya mungkin juniornya.

"Pasti yang setara sih, secara kan ka Ashel udah perfect banget pasti nyari yang jelas buat masa depan nya gak sih" Sahut teman gibah nya itu, gak tau aja mereka berdua jadi bikin senior nya overthinking.

"Ekhem... Kalian gak pulang?" Zee beneran udah gak kuat dengerin mereka, lebih seperti hati nya tak tenang(?).

"Eh ka Zee, bentar lagi pulang ka hehehe"

"I-iya, kita pulang deh udah sore nih" Satu orang ini menarik teman nya segera pergi, gimana gak panik muka Zee udah sangar banget.

"Kenapa?" Suara lembut dari belakang membuat Zee berbalik, Ashel sudah siap memakai baju latihan nya dan juga topi.

"Pamitan junior ku"

Ashel mengangguk ngangguk, pas baru masuk lapangan Ashel tadi mau nyapa Zee cuman tadi Zee lagi ngobrol jadi Ashel baru samperin sekarang.

Zee mengeluarkan air mineral dari dalam tas nya, "Aku pulang ya, kamu semangat latihan nya" Zee mengambil satu tangan Ashel menaruh botol air mineral.

"Iya, makasih Zee" Ashel merasakan panas di pipi, ini Zee ko jadi orang lembut banget? Ashel kan jadi gak berkutik.

Zee lalu pergi dari lapangan, Ashel ngerasa ada yang kurang. Ashel memegang kepala nya lalu melihat punggung Zee yang sedang berjalan, ko gak ada elusan seperti waktu itu? Nah nah Ashel jadi sedikit berharap kan.

Flashback off

Dering telepon membuyarkan lamunan Zee, tertera nama Adel.

"WOI JI KAU DIMANA?"

"Brisik monyet, biasa tinggal masuk aja lo"

"Hehehehe, kau memang sahabat ku monyet eh tapi ko lo tau gue ke rumah?"

"Tiap hari setiap lo nanya gue dimana pasti lo udah depan pintu ya"

Tut... Tut... Tut...

Panggilan terputus, sungguh harus ekstra sabar punya temen kaya Adel.

Zee turun dari atap, samperin tamu gak di undang itu. Bener aja saat sampai dikamar, sesosok anak orang udah nangkring diatas kasurnya. Minum susu kotak milik Zee lagi, dan apa apaan cengiran itu.

Zee ikut duduk di kasur, menendang Adel yang lagi asik rebahan.

Brak!

"HAHAHAHA ANJIR LETOY AMAT LO"

"ADUH ZEE ASU, SAKIT WOY" Adel jatuh dengan posisi sangat tidak aesthetic yaitu kepala duluan, aman aman Adel jatuh ke karpet ko.

Adel bangkit mengambil bantal lalu memukul punggung Zee, Adel panik melihat Zee merintih.

"Eh eh lo kenapa? Ini bantal njir ko sakit banget?"

"Gak del gak papa santai" Zee senyum tapi Adel gak bisa Zee bohongin, pertemanan mereka dari smp tentu saja Adel sudah paham dengan Zee.

Adel terdiam ketika kaos putih Zee mulai mengeluarkan darah, "Om Cio balik?" Adel langsung mendatarkan wajah ketika bisa menebak ulah siapa yang melukai Zee, Gracio papah Zee sendiri.

Zee menundukkan kepala mengepalkan tangan, "Seperti biasa, dia selalu gak puas sama gue. Ka Chika, cuma ka Chika kebanggaan nya" Zee tersenyum lirih, bukan kah harusnya saudara itu diajarkan saling sayang? Bukan nya menjadi kan satu sama lain sebagai perlombaan siapa yang lebih unggul.

"Buka baju lo sini gue obatin"

"Om jangan om aku masi kecil" Zee memeluk diri nya sendiri, berusaha mencairkan suasana.

"Idih idih najis, geli tau gak" Adel merinding jadi nya. Tapi karena kelakuan Zee, mereka jadi tertawa.

"Biarin aja nanti gue minta tolong bibi"

"Jangan lupa!"

"Bawel banget deh bub, kamu cinta aku ya?" Zee mengimut imutkan suara.

"ADUH GELI BANGET, PAIT PAIT PAIT"

"HAHAHAHAHA"