01. Dusk of Us

38 1 0
                                    

Siang ini harusnya menjadi waktu dimana Asmara Nirmala pergi ke kampus untuk interview organisasi yang sempat ia daftar di minggu lalu. Asmara Nirmala mahasiswa semester 6 yang katanya pengen produktif di isi dengan banyak kegiatan. Katanya takut menyesal sebab sebelum-sebelumnya tidak pernah mengikuti kegiatan kampus maupun fakultasnya.

Asmara tipe manusia yang banyak berpikir, seperti prinsip dia 'gue keknya semester 1-3 mau fokus kuliah, nah kalo 4-5 oke juga buat diisi sama kegiatan kampus' tapi ternyata baru semester 6 ini terlaksana hajatnya. itupun, Asmara ikut karna ketiga temannya daftar. Kalo ngga, ya boro-boro...

Gadis itu memandang dirinya di cermin, Asmara Nirmala, perempuan berpenampilan dengan anggun, rambut hitam legam bergelombang yang terurai di kedua bahunya, dan tak tak lupa poni kematiannya membingkai wajahnya di kedua sisi menambahkan kesan manis. Asmara selalu menampilkan dirinya menggunakan riasan minimalis yang memberikan kesan segar dan menawan. Ia mengenakan kemaja levi's biru yang kancingnya atasnya ia biarkan terbuka dan dipadukan dengan rok putih panjang hingga semata kaki.

Asmara menghembuskan nafas kesalnya, baru saja hujan tiba tiba deras, ia melirik ponselnya melihat jam, "Masih 30 menit lagi sih..." lalu ia mengambil sepatu Onitsuka Tiger krem dengan detail garis biru.

Tak lama sebuah klakson mobil dari luar kosan Asmara terdengar, dan suara mesin mobil khas. tanpa ia mengaca kembali, dan membenarkan dirinya agar lebih rapih, ia langsung saja mengambil tas dan ponselnya teburu-buru menuju mobil, bodo amat basah dikit, katanya begitu.

Sebab Jiwa Pranadipa benci pada sosok manusia lambat.

"Haiii" Sapa Asmara yang baru saja duduk di kursi penumpang depan, dan tangannya sibuk mengelap wajahnya dan rambutnya yang sedikit basah.

Jiwa hanya mengangguk dan mengambil tisu lalu diberikan pada Asmara. "Kamu interview sampe kapan?"

"Gatau" Asmara bercermin penutup pelindung matahari, lalu ditutupnya kembali.

Asmara dan Jiwa mereka menjalin hubungan sejak masih SMA kelas 11 dan kini mereka sama-sama semester 6. Asmara mahasiswi Psikologi dan Jiwa Mahasiswa Kedokteran. Mereka hanya beda Fakultas saja. Jika diceritakan kembali, diantara mereka berdua mengapa bisa menjalani hubungan rasanya aneh, bagi Asmara begitu.

Asmara sewaktu SMA tidak se hits itu, dan bisa mendapatkan Jiwa si murid Pintar dan Ketua MPK. Sudah terlihat keanehan bukan? kalo dipikir pikir pertemuan mereka tidak seistimewa itu, mereka bertemu di parkiran motor, waktu itu Asmara tidak bisa keluarkan motornya dari parkiran padat itu, dan kebetulan Jiwa akan mengeluarkan motornya, mungkin melihat Asmara seperti anak kecil yang kesulitan, Jiwa membantunya mengeluarkan motor Asmara.

"Besok besok, jangan parkir disini." Ucap Jiwa menurunkan standar motor asmara yang baru saja berhasil keluar.

"kenapa?"

"disini yang parkir banyak cowo, dan parkirnya sesuai keinginan mereka"

Dari obrolan singkat itu, ternyata seminggunya Jiwa  mendekati Asmara. Jika diingat kembali, PDKT mereka itu tidak seperti remaja yang dimabuk cinta. Asmara dan Jiwa hanya sekedar berangkat dan pulang bareng atau tidak ya belajar bareng di cafe terdekat atau di perpus sekolah. 

Sudah lima tahun mereka bersama, Kalo dibilang Asmara bosan dengan Jiwa, seperti tidak akan bosan. Tapi kalo dilihat dari Jiwa akhir-akhir ini jarang sekali menyempatkan waktunya. Ini pun pertama kalinya bertemu setelah liburan semester. Sampai Asmara terheran, kesibukan Jiwa disaat libur itu apasaja sih. sampe untuk membalas chat, video call itu sulit baginya. Kadang Kalo Asmara memberikan pesan, Jiwa membalasnya di malam harinya, dan beralasannya sama dan konsisten 'sibuk BEM'.

Liat saja jika Asmara diterima BEM Fakultas, Asmara akan balas dendam.

"Kamu Kenapa si?" Asmara sedikit kesal, sejak dari tadi Jiwa hanya menjawab singkat saja.

"Gapapa," ucapnya tanpa menoleh. Asmara melihat Jiwa yang akan mengucapkan sesuatu namun dia urungi.

"Gapapa gapapa tapi kamu dari tadi cuek." Boom! yang awalnya suasana hati Asmara cukup bagus, kini dirusak oleh kekasihnya sendiri.

Sudah repot-repot Asmara untuk menjaga suasana hatinya, agar nanti saat interview BEM yang menjawabnya dengan baik, logis dan tentunya percaya diri. Harusnya pria di sampingnya ini mendukungnya, membuat Asmara yakin bahwa sebenarnya interview BEM tidak serumit itu, harus Jiwa bisa menjadi temeng untuk segala untuk Asmara. 

Didalam hubungan mereka berdua, yang paling dominan adalah Asmara. Jiwa selebihnya nurut-nurut saja.

Asmara memang mahasiswa psikologi dimana ia mempelajari manusia, seperti dalam berperilaku, pikiran, proses mental manusia. Ah untuk saat ini Jiwa seperti nya bukan manusia yang bisa Asmara pahami dalam konteks psikologi.

Jiwa menghentikan mobilnya dan kini terparkir di gedung psikologi, "Ra"

"Apa?"

"Ayo kita putus"

Gila, Jiwa ini seperti mengajaknya membeli permen gulali di warung saja.

"Bercanda?" Jiwa menggeleng. Asmara merasakan jantungnya turun begitu saja ke perut. Bagaimana tidak, Asmara dan Jiwa sebelum-sebelumnya masih baik-baik saja tidak ada pertengkaran diantara keduanya.

"kenapa?"

"Gapapa, aku ngerasa... kita udah ngga cocok?"

"Ngga cocok apasih? ngaco banget kamu"

Jiwa meremas stirnya, "Maaf Ra, tapi aku sekarang udah ngga bisa lanjutin lagi"

Asmara terkekeh dengan kesalnya, ia melirik ponselnya, 10 menit lagi ia akan wawancara, dan diputusin????

"Oke."

Ini sebuah kejadian yang sangat amat lucu baginya. putus saat menit-menit akhir akan interview, di waktu hujan, dan diparkiran pula!


Terima kasih sudah membaca! Semoga kalian menikmati nuansa baru dalam tulisan-tulisanku ini. Sampai jumpa di chapter berikutnya. Happy reading, semua! ❤️

Echoes Of Hope || Mark LeeWhere stories live. Discover now