3. what do i do

4 1 0
                                    


Hari ini suasana kampus cukup ramai bahkan di jam 5 sore mahasiswa masih berada di kampus, entah sedang mengerjakan tugas, diskusi mengenai tugas atau diskusi mengenai gosip-gosip yang simpang siur di akhir-akhir ini. 

Asmara, Rani dan Hana mereka berjalan bersamaan, sehabis kelas semua anggota BEM diwajibkan untuk kumpul di ruang sekre bawah tangga fakultas. 

Asmara dan ketiga temannya, lolos tahap wawancara dan akan menjadi anggota BEM resmi di tahun ini. Asmara menjadi staf ahli Biro media dan Informasi, Rani lulus di bagian dinas PPSDM, Hana dibbagian dinas Ekonomi dan Kreatif, dan Cahyana lulus di bagian dinas Rekreasi dan Olahraga. 

"Buset ni Cahyo ini mana deh?" Rani mendengus kesal, sebab cahyana yang dari tadi ditunggu namun tak kunjung kepalanya muncul di hadapan mereka.  

Cahyana dengan mereka tidak satu kelas, kadang sulit juga untuk mereka kumpul bersama di jam yang sama. Kadang mereka bertiga free tapi Cahyana ada kelas. 

Cahyana berlarian turun dari tangga dan menghampiri mereka bertiga, "Eh sorry ya, tadi gue diskusi project akhir sama anak kelas," ucapnya dengan nafas yang tak beraturan. 

"LAMA!" kesal Rani, Asmara dengan Hana hanya terkekeh kecil. Asmara tak masalah baginya menunggu sedikit lama pun, tapi lain lagi Rani orang yang tak sabaran, apalagi pada cahyana, sabarnya untuk cahyana hanya setipis tisu yang basah. 

"Dih, ngatur lu, Ra sama Hana aja ngga komplein tu!"

"Berantem mulu deh kalian," Ucap hana dengan tangannya memperbaiki kacamatanya. Hana sosok perempuan anggun, pintar, langganan publish artikel dan project bersama dengan dosen-dosen psikologi. 

Tak jarang Asmara ikut serta dalam penelitian Hana. Asmara mahasiswa yang biasa-biasa aja, terlalu pintar nggak, bodoh dan pemalas apalagi. Asmara memiliki musim ambisinya sendiri, tidak konsisten. Asmara terbilang cukup dikenal oleh teman-teman angkatannya sebagai 'mahasiswa pintar dan ambis'. IP tiap semester tak pernah dibawah 3, 60. ya cukup dibilang nggak bodoh bukan? 

Tapi kenapa soal Jiwa, Asmara mendadak menjadi manusia bodoh? 

Mereka mengetuk pintu ruang sekre yang tertutup, seperti sudah mulai. Asmara membuka pintu sedikit membuat semua orang yang di dalam menoleh pada mereka. 

"Maaf bang, kak, telat." Ucap Asmara dan ketiga anak yang di belakang punggung Asmara ikut mengintip. 

"Gapapa, masuk aja." ucap pria yang duduk di antara orang-orang melingkari meja panjang terletak di tengah. Asmara dan ketiga temannya duduk asal saja, dekat pintu sebab tak ada tempat lagi. 

Posisi mereka dibelakang orang-orang yang posisi duduknya melingkar. 

"Lu si cahyo, lama! telat kan kita," Rani berbisik dengan sebal pada cahyana yang masih bisa terdengar oleh Asmara. Asmara mengisyaratkan untuk diam kepada dua kutu kupret itu. 

Asmara memindai setiap sudut ruang sekretariat BEM kecil ini, terasa cukup padat dan fungsional. Di dekat pintu terdapat lemari loker sepertinya untuk menyimpan barang-barang setelah event, di pojok kanan, meja printer yang digunakan setiap akan mencetak surat-surat penting. Di tengah ruang terdapat meja panjang lesehan yang digunakan saat rapat pada saat seperti ini. 

Rapat kali pun tidak terlalu lama, dan rapat perdana ini perkenalan dan membahas terkait siapa saja yang akan ikut serta menjadi panitia pelantikan BEM 5 hari lagi. Gubernur atau yang disebut ketua BEM saat ini, Asmara lumayan kenal, dia teman futsal Jiwa, jadi tak heran pas mereka bertatapan dengan Hargi si Gubernur BEM Fakultas Psikologi itu menyapanya dengan kedua halis yang terangkat. Asmara dan Cahyana ditunjuk sebagai Panitia pelantikan. Cahyana ditunjuk sebagai anggota Acara. dan Asmara menjadi koordinator pubdok. Panitia pelantikan tidak banyak, hanya 10 orang. anak acara 3, anak perlengkapan 4, operator 1, dan pubdok 2 orang. 

Echoes Of Hope || Mark LeeWhere stories live. Discover now