"Untung ada kamu, Jong. Tolong, ya, anter murid baru ini ke ruang guru. Terus ajak keliling sekolah sebentar. Saya mau bawa Bagas ke ruang BK soalnya."
Senyum karier Jongin terbit dengan sendirinya. Dikenal sebagai siswa teladan (dan mudah dimintai tolong oleh guru), membuat Jongin mau tidak mau mengangguk setuju ketika Bu Narsih, guru PKN sekaligus BK itu meminta pertolongannya.
Baru saja Jongin menginjakkan kaki di pintu gerbang sekolah saat dia langsung di-stop oleh Bu Narsih tadi. Tidak lain dan tidak bukan, alasan Bu Narsih membuat langkah Jongin terhenti adalah karena ada murid baru yang datang, sedang beliau mendapati Bagas dari kelas XI IPA 2 kembali membuat onar. Kebetulan yang sangat tidak terduga.
"Ayo," ajak Jongin pada cowok yang berdiri di samping kirinya. "Gue anter ke ruang guru."
"Makasih, ya. Lo nolongin gue mulu perasaan tiap kita ketemu."
"Emang pernah ketemu?" Jongin menatap bingung pada cowok yang kini berjalan di sisinya.
"Semalem—"
"Oh, air minum," potong Jongin cepat. "Gue langsung inget waktu lo kasih senyum."
"Senyuman gue sebagus itu, ya, buat diinget?"
"Lebih tepatnya sekonyol itu sampai susah dilupain," balas Jongin dengan ekspresi datar. Namun cowok itu malah tertawa dan tidak memperlihatkan wajah sakit hati sama sekali.
"Oh ya, nama lo Jongin? Tadi Bu Narsih kayaknya panggil lo gitu, 'kan?"
"Iya."
"Walaupun lo nggak tanya, nama gue Chanyeol. Salam kenal, ya?"
Jongin mengangguk pelan. Dia berhenti di depan ruang guru yang menjadi tujuan awal Chanyeol tadi. "Tadi Bu Narsih minta gue anter lo lihat-lihat sekeliling juga. Kalau urusan lo di ruang guru udah selesai, kita keliling."
"Oke, Jongin. Makasih banyak."
"Hm. Cepetan masuk."
Chanyeol tersenyum pada Jongin, lalu dia segera masuk ke ruang guru. Jongin sendiri memilih duduk di kursi tunggu yang berderet di depan kantor itu. Dia mengeluarkan ponsel, membuka aplikasi WhatsApp setelah muncul beranda. Tidak ada pesan dari Sehun sama sekali. Sepertinya cowok itu tidak terlalu terganggu dengan perdebatan mereka tadi malam. Pilihan bagus bagi Jongin karena dia memilih datang ke sekolah lebih awal, tidak menunggu Sehun sama sekali.
Jongin mencoba melihat deretan status WhatsApp dari kontak yang disimpannya. Status pertama yang ingin dia buka adalah milik Rachel, dan hatinya harus berdenyut sakit saat mengetahui jika Rachel tetap menikmati makan malam di restoran semalam. Caption yang tertulis di sana adalah, "A bit nasty 'cause of the drama, but still tasty 'cause you're here with me Mr. S".
"Depan gue aja diem kek orang bisu, tapi main sindir-sindiran di status WA," dengkus Jongin kesal. Dia segera menutup aplikasi tersebut dan memasukkan kembali ponselnya ke saku. Ada status WhatsApp Sehun yang belum Jongin buka, tapi dia sudah terlalu panas hati dengan caption yang Rachel tulis tadi.
Jongin mendongak ketika merasa ada yang menyentuh lengannya pelan. "Udah?" Dia bertanya.
"Iya, udah."
"Ayo, keburu bel masuk nanti. Gue kasih lihat beberapa yang penting kayak kantin sama perpus, terus lapangan-lapangan gitu, ya? Kalau mau tahu yang lain, tanya temen sekelas lo aja nanti. Terlalu lebar nih sekolah kalau lo mau eksplor semuanya sekarang, keburu bel masuk."
"Okay." Chanyeol menjawab dengan patuh ucapan Jongin. Dia mengekori langkah Jongin dan mendengarkan setiap penjelasan yang diberikan dengan mata penuh perhatian.
"Nah, perpusnya tuh kalau Jumat tutup buat pengunjung, soalnya ada kegiatan literasi buat siswa kelas sepuluh. Kelas sebelas sama dua belas kegiatan literasinya di laboratorium bahasa biasanya."
"Oh, gituuu ...."
Jongin menghentikan langkah, tentu saja Chanyeol segera mengikuti apa yang dilakukan olehnya itu. "Gue belum tanya, lo di kelas apa?" Karena sejak tadi menjelaskan, Jongin jadi sedikit penasaran sama orang yang terus berjalan di sampingnya itu.
"Sebelas IP—"
"Jongin!" Suara panggilan dengan cepat memotong obrolan pertama yang Jongin mulai itu. Chanyeol dan Jongin refleks menoleh ke sumber suara. Dahi Chanyeol berkerut penuh tanda tanya, sedang Jongin mengerut karena kesal melihat sosok yang berlari ke arah mereka.
"Yok, Chan."
"Eh?"
Jongin menarik tangan Chanyeol agar menjauh, karena orang yang memanggilnya tadi adalah Sehun. Dia masih kesal sama cowok itu, terutama karena mengingat jika Sehun tidak terusik oleh perang dingin mereka semalam. Jongin ingin mengabaikan Sehun, seperti cowok itu yang tidak peduli pada perasaannya.
"Jong, tunggu! Jong!" panggil Sehun sambil berusaha mendekati mereka.
"Itu siapa, Jong?" Chanyeol bertanya karena merasakan energi tidak menyenangkan dari Jongin.
"Nggak kenal!" ketus Jongin.
"Em, okay," jawab Chanyeol kikuk. Di pikirannya, Jongin kembali ketus karena dia mencoba ikut campur dalam urusan mereka.
"Jong! Gue kan bilang tunggu!" Akhirnya Sehun berhasil menghadang mereka setelah berusaha keras. "Lo kenapa berangkat duluan? Kan kita udah sepakat kalau gue yang akan anter dan jemput lo ke sekolah."
"Lo supir gue?" sindir Jongin.
"Kita kan—temen, Jong."
"Cuma temen, 'kan? Nggak penting buat lo kalau gue mau pergi ke sekolah sama siapa, karena kita cuma temen. Stop overprotektif nggak jelas ke gue. Lo bisa deket sama siapa aja, gue juga bisa, dong!"
"Jong, gue kan cuma tanya kenapa lo berangkat duluan ...."
"Dan gue udah jawab!" balas Jongin kesal. "Minggir, gue ada urusan penting."
"Jong ...."
"Gue bilang minggir, ya, minggir!" seru Jongin, dia bahkan dengan sedikit kasar mendorong bahu Sehun. Jongin kembali menarik tangan Chanyeol, membawa cowok itu menjauhi Sehun yang masih terdiam karena kaget dengan sikap Jongin padanya.
Jongin yang Sehun kenal ... tidak akan bertindak sekasar itu pada dirinya. Sehun seperti tengah berhadapan dengan orang yang sangat asing.
•
Jong, sedih nih gue —Oseh
Baru masuk sekolah udah jadi saksi hidup prahara rumtang orang lain —Pcy
KAMU SEDANG MEMBACA
WhatsApp | Hunkai
FanfictionSatunya nggak peka, satunya atheis-eh, tsundere maksudnya.