5. berpikir ulang

61 14 0
                                    

"Kok ke sini, sih, Hun? Katanya mau mimik-mimik kayak biasa?" Suara Jongin terdengar pelan, berbisik pada Sehun yang ada di sebelah kirinya. Soalnya saat ini mereka bukan hanya berdua, tapi ada Rachel yang menjadi orang ketiga—atau malah Jongin orang ketiganya, entahlah.

Kalau seperti biasa, mereka hanya akan pergi ke kafe dan nongkrong sambil makan cake, minum teh, dan berbincang. Mungkin karena saat ini ada Rachel, makanya Sehun menghentikan mobil di parkiran hotel bintang lima. Seafood di hotel itu cukup terkenal, tapi belum pernah Sehun mengajak Jongin ke sana berdua saja. Sekali lagi, apa karena ada Rachel, ya? Kalau Sehun mau kencan sama Rachel dan membuat Jongin menjadi obat nyamuk lagi, Jongin pikir dia sudah terlalu menahan diri saat itu. Sehun sangat keterlaluan sekarang.

"Seafoodnya enak, Jong. Waktu itu kan gue udah bilang," jawab Sehun sambil berbisik juga.

Jongin menarik napas dalam. Dia melihat penampilan dua orang di hadapannya itu. Memang tidak terlihat cukup formal, tapi paling tidak pakaian mereka cocok dengan tempat tujuan. Sedangkan Jongin, dia hanya memakai kaos oblong dan celana training. Jongin tidak suka repot-repot memilih baju, apalagi saat dia berpikir tujuan mereka adalah kafe yang juga milik teman Juna. Dia merasa dikhianati oleh Sehun sekarang. Mereka terlihat bagai majikan dan babunya. Dan tentu saja, Jongin adalah pihak babu.

"Gue nggak ikut. Lo berdua aja sana yang masuk." Jongin berucap kesal. Dia tidak lagi menahan nada bicaranya agar tidak terdengar oleh Rachel.

Pantas saja Sehun berdandan lebih bagus dibanding biasanya, ternyata memang hanya dia yang tidak tahu tujuan mereka. Jongin memaki dirinya yang sempat terkesima oleh penampilan Sehun saat membuka pintu tadi. Dia juga semakin merasa bodoh karena tidak menolak meski Sehun terus membujuknya untuk pergi.

"Loh, kenapa, Jong?"

Sehun mencoba menahan lengan Jongin, tapi segera dia empaskan. "Masih tanya?" sengitnya.

"Jong, jangan kayak bocah, dong," desis Sehun.

"Lo juga mikir, dong!"

"Gue mana tahu kalau lo tiba-tiba aja marah kayak gini? Kalau ada yang salah, omongin, dong! Kasih tahu salah gue di mana biar gue paham juga!"

"Lo mana pernah, sih, Hun, paham sama apa yang gue rasain?" Jongin menatap kesal ke arah Sehun. Jika biasanya Jongin akan melepaskan semuanya dengan mudah, kali ini dia sudah terlalu kesal untuk bisa menahan segala emosi di hatinya.

"Ya makanya, lo ngomong!" tuntut Sehun.

Jongin menatap tepat ke arah mata cowok di depannya. Dia seperti kehilangan semua tenaga, tapi dia juga terlalu lelah untuk sekadar mengalah pada Sehun. Jongin selalu mundur, dan di pikirannya saat ini dia perlu maju beribu langkah.

Bahkan jika Sehun akan benci padanya.

Bahkan jika hubungan mereka tidak dapat dipertahankan seperti semula.

Atau bahkan jika dia harus rela kehilangan Sehun yang mengisi hampir semua dunianya.

Jongin ingin meledak sekarang juga. Saat ini, tanpa ada yang bisa menahannya.

"Lo kalau mau kencan sama nih cewek, udah, ajak dia aja. Nggak usah sok mau nongkrong sama gue tapi malah mau bikin gue malu gini." Jongin memulai dengan konfrontasi. Dari ekspresi Sehun, dia dapat melihat cowok itu mau menyanggahnya. "JANGAN BANTAH GUE, LO BILANG GUE HARUS BICARA!" tegasnya.

"Waktu di bioskop kemarin, gue memang terlalu naif karena mikir mungkin lo mau main sama banyak orang. Tapi ini apa, hah? Lo pakai baju bagus, dia juga. Jangan-jangan lo juga bohong soal lagi main game, tapi ternyata malah lagi di rumahnya Rachel, hah?"

"Jong, tadi gue—"

"DIEM!" Jongin berteriak marah. "Sekarang memang baru dua kali, tapi gue nggak sudi kalau ada yang ketiga kalinya, Hun. Gue nggak nau lo jadiin obat nyamuk buat kencan lo sama Rachel. Gue juga nggak mau lo jadiin alasan biar dikasih izin buat bisa main keluar malem-malem. Gue nggak mau, Sehun!"

"Jong—"

Jongin berjalan mundur saat Sehun berusaha menangkap bahunya yang bergetar. Dia menatap marah pada cowok itu. "Udah, nggak usah tanya alasan lain, nggak usah mojokin gue juga dengan alasan gue overreacted atau apa. Gue pulang sendiri! Nggak usah pegang tangan gue juga!"

Sehun memang tidak tahu perasaan Jongin yang sebenarnya, tapi Jongin pikir tidak seharusnya Sehun menjadi sebodoh itu sampai mengajak orang lain dalam ide kencan miliknya. Jongin sangat kecewa pada cowok itu.

"Gue anter pulang, ya?"

"GUE BILANG NGGAK USAH PEGANG TANGAN GUE!" Jongin berteriak sambil mengempas tangan Sehun sekali lagi. Dia tidak mau berdekatan dengan cowok itu dan memaafkan tingkahnya lagi. Dia ingin meluapkan semuanya tanpa ada yang tersisa.

Karena Jongin terlalu takut untuk menjadi pendorong kebahagiaan Sehun bersama orang lain. Karena dia adalah pengecut yang tengah jatuh cinta.

Mie Aceh enak, nih. —Juna

Sehun goblok! —Kji

WhatsApp | HunkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang