Spell for Love

84 0 0
                                    

"Minggu depan kau pergi ke acara reuni tidak?" tanya Lee Donghae untuk ke sekian kalinya mengajukan pertanyaan yang sama, melalui seberang telepon.
"--hei, Monkey! Apa kau mendengarkanku!?" teriaknya lagi kemudian, sudah tak sabar.
"Damn you, Fishy! Kau bisa membuatku tuli, kau tahu!"
Lee Hyuk Jae mengumpat seraya berteriak dengan sama tidak sabarnya pada sahabatnya itu. Suaranya membuatnya tersentak kaget hingga ia harus menjauhkan ponselnya beberapa senti dari telinganya.
Bukannya ia tak mendengarkan semua ucapan Lee Donghae tadi, hanya saja saat ini pikirannya benar - benar tengah terfokuskan pada berkas - berkas laporan yang berserakan di atas mejanya yang harus segera diselesaikannya. Apa Lee Donghae tak sadar diri kalau panggilan teleponnya itu mengganggu pekerjaannya?
Ia dengar Lee Donghae berulang kali membicarakan perihal reuni akbar sekolah dasarnya. Tapi ia belum tahu apakah minggu depan ia bisa memiliki waktu senggang, mengingat ia baru setahun dinobatkan sebagai manajer perencanaan oleh Ayahnya yang terbilang ketat dalam berbisnis sekalipun terhadap putranya sendiri.
"Jadi kau akan datang atau tidak?" kali ini suara Lee Donghae kembali melembut, seolah - seolah ia tengah berbicara dengan kekasihnya. "Apa kau tahu Kim Yoo Rin juga akan datang? Kau masih ingat dia, bukan? Dia benar - benar berbeda sekarang. Dan yang terpenting adalah... dia belum menikah!"
Mendengar Lee Donghae menyebut nama Kim Yoo Rin, ingatan masa kecil Lee Hyuk Jae tiba - tiba berkelebatan dalam otaknya. Satu persatu kenangan masa kecilnya berputar bagaikan menonton sebuah film. Banyak kenangan yang tak mengenakan antara dirinya dan gadis teman sekelasnya itu.
"Hei, cepol berjalan!" ledek Lee Hyuk Jae saat mendapati Kim Yoo Rin menggulung rambutnya menjadi 2 bagian berbentuk cepolan tinggi di kepalanya begitu gadis itu baru saja datang, melewati bangkunya dan duduk dikursinya dimana teman sebangkunya sudah lebih dulu datang. "Putri duyung bercepol? Hahaha... mana ada putri duyung dicepol?"
Lee Hyuk Jae tahu benar teman sekelasnya itu begitu menyukai dongeng putri duyung yang kerapkali diceritakannya pada teman sebangkunya, Gong Hee Jin, yang membuatnya bosan tiap kali mendengar mereka berdua bercerita yang tak ada habis - habisnya. Oleh sebab itu untuk menghentikannya berdongeng, Lee Hyuk Jae sering menjadikannya bahan ejekan dengan memberinya gelar putri duyung, entah itu putri duyung yang tersesat, putri duyung yang tertukar, putri duyung ingusan dan sekarang ia menyebutnya putri duyung bercepol.
Sayangnya, sekalipun ia sudah melontarkan berbagai macam ejekan untuk gadis itu, nyatanya itu tak menghentikannya bergosip. Bahkan tak jarang Kim Yoo Rin dan Gong Hee Jin hanya terdiam mengabaikan kata - katanya dan semakin menggebu jika membicarakan kisah puteri - puteri dari negeri Disney tersebut.
"Aku tidak terlalu suka akhir kisah dari putri duyung. Dia menjadi buih di lautan karena pangeran tak mencintainya," cerita Kim Yoo Rin pada Gong Hee Jin seraya memamerkan ekspresi sedihnya yang segera diamini oleh teman sebangkunya itu tanpa menghiraukan ejekan Lee Hyuk Jae yang duduk di belakangnya.
"Putri Duyung bercepol, kau tak perlu mengkhawatirkan nasibmu sendiri. Kau takkan menjadi buih, tapi cepolan raksasa. Ya, kan, Donghae hahaha..."
Lee Donghae yang duduk di sebelah Lee Hyuk Jae hanya berusaha menahan tawanya, berulangkali menyikutkan sikunya padanya, mengingatkannya agar tak terus - menerus mengganggu Kim Yoo Rin. Sahabatnya itu cemas jika saja Kim Yoo Rin akan melemparinya lagi dengan buku tulisnya yang mungkin bisa lebih parah dari buku, mungkin tasnya yang berat, yang tak bisa dibayangkannya.
Lee Hyuk Jae mulai merasakan perubahan ekspresi wajah Kim Yoo Rin yang menoleh ke arahnya begitu ia melontarkan ejekannya. Sepertinya gadis itu siap untuk balas memaki - makinya dan ia hanya memasang senyuman termanisnya, berpura - pura tak mengerti.
Kim Yoo Rin melotot ke arahnya, membuka mulutnya seraya berkata, "Kau, Lee Hyuk Jae, manusia jelek, kukutuk kau akan menjadi budakku suatu saat nanti."
"Hei, Hyukkie, berjanjilah kau akan datang bersamaku ke acara reuni minggu depan."
kata - kata Lee Donghae membuyarkan lamunan Lee Hyuk Jae seketika. Segala ingatan tentang masa kanak - kanaknya tak lagi bercokol dalam otaknya. Bahkan beberapa kali pertanyaan Lee Donghae hanya ditimpalinya dengan sebuah gumaman. Ia tak terlalu mendengarkan kata - katanya, jadi cara tercepat menjawabnya hanyalah bergumam yang berarti 'Ya'.
"Bagus! Kalau begitu aku akan menjemputmu di Apartmentmu minggu depan. Bye."
Klik. Sambungan telepon pun segera terputus. Lee Hyuk Jae baru saja menyadari ucapan Lee Donghae tadi begitu sahabatnya itu menutup teleponnya sepihak, beranggapan bahwa ia setuju untuk datang minggu depan.
Astaga, Fishy idiot itu salah paham! Ia belum memutuskannya! Bagaimana ini!?
Lee Hyuk Jae masih menggenggam ponselnya erat. Bahkan ponsel itu dipelototinya dengan jengkel seolah emosinya itu mungkin bisa terhubung langsung pada Lee Donghae melalui telepati agar lelaki itu kembali menghubunginya. Tapi sayangnya itu tak berhasil dan ia hanya bisa menghela napas berat sebelum akhirnya meletakkan ponselnya di atas meja dengan kasar.

Kumpulan Fan Fiction - OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang