chapter one

0 0 0
                                        

BRAK!

Pintu besar di belakangnya terbuka dengan kasar, suara kayunya menggema di seluruh ruangan.

"Lady Evelynn, Tuan Kael sudah tiba di aula utama."

Serena terdiam.

Darahnya seakan membeku di tempat.

Kael.

Pria yang ia ciptakan. Protagonis utama dalam novelnya.

Dewa perang yang dikenal sebagai Sang Pangeran Es, yang lebih memilih medan perang daripada pesta dansa. Seorang pria dengan mata biru sedingin samudra beku dan ekspresi yang nyaris tak pernah berubah.

Dan lebih dari itu pria yang dalam cerita ini akan membunuhnya.

Serena menelan ludah.

Dalam novelnya, ini adalah momen di mana Evelynn pertama kali mempermalukan dirinya sendiri di hadapan Kael. Wanita itu akan berlari ke arahnya dengan senyum penuh percaya diri, mencoba menarik perhatiannya, dan berbicara dengan suara manja yang menjijikkan.

Dan seperti biasa, Kael akan menatapnya dengan dingin, lalu mengabaikannya seolah ia tak lebih dari sekadar angin lalu.

Di novel, ini adalah awal dari kehancuran Evelynn, Serena tidak boleh melakukan kesalahan yang sama.

Ia harus menghindari Kael. Ia harus menjauh darinya dengan segala cara!

Namun, pelayan itu masih berdiri di ambang pintu, menunggunya.

Serena menarik napas dalam-dalam. Panik tidak akan membantunya.

Jadi ia melakukan hal pertama yang terlintas dalam pikirannya

Berpura-pura sakit.

Ia menyentuh dahinya dengan dramatis, lalu mengerang kecil. "Aku merasa tidak enak badan. Sampaikan pada Tuan Kael bahwa aku tidak bisa menemuinya hari ini."

Pelayan itu tampak terkejut, tapi ia segera menundukkan kepala. "Tentu, Lady Evelynn. Saya akan menyampaikan pesan Anda."

Serena menghela napas lega saat pelayan itu pergi, menutup pintu dengan hati-hati di belakangnya.

Tapi ketenangannya tidak bertahan lama.

Karena ia lupa satu hal penting.

Kael tidak suka diabaikan.

Serena baru saja akan duduk kembali ketika suara langkah kaki terdengar dari luar kamarnya.

Langkah yang berat dan teratur.

Langkah yang langsung membuat bulu kuduknya meremang.

Ia bahkan tidak sempat berpikir sebelum—

BRAK!

Pintu kamarnya terbuka sekali lagi, kali ini dengan lebih kasar.

Dan di ambangnya berdiri seorang pria tinggi dengan mantel militer berwarna hitam dan emas.

Kael Valenhardt.

Serena menahan napas.

Kael lebih menakutkan daripada yang pernah ia bayangkan.

Di novelnya, ia menulis pria itu sebagai seseorang yang memiliki aura dingin dan tidak bisa didekati. Tapi melihatnya secara langsung membuatnya menyadari betapa sedikit kata-kata yang bisa menangkap esensi kehadirannya.

Kael berdiri tegap, tubuhnya dipenuhi otot yang terbentuk sempurna akibat bertahun-tahun berada di medan perang. Mata birunya yang tajam menatap lurus ke arahnya, dingin seperti es yang bisa membekukan siapa pun yang berani menentangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are My Soulmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang