1

4 2 1
                                    

Dosen kesayangan dan deadline-nya.

halo! jangan lupa vote komen ya, readers<3

Hari ini jadwal kuliahku dimajukan. Harusnya aku masuk kuliah sekitar pukul sepuluh siang. Harusnya aku masih bersantai. Tidak apa. Ikhlas Lui, ikhlas.

Waktu santai kamu, bukan perasaan.

Aku menarik nafas lega ketika melihat kursi dosen yang masih kosong. Aku meletakkan tote bag yang kubawa kemudian mendaratkan bokong di kursi.

“Lui, sini ikut nimbrung,” ajak Ayla. Aku menoleh karena bangku Ayla yang berada di pojok belakang, lalu menghampiri mereka.

“Lagi ngomongin apa?” Aku bertanya penasaran. Ini masih pagi tapi sudah kumpul untuk bergosip.

“Kesel gak sih, lo pada?” Ayla menatap kami satu persatu. “Nih ya, niat gue sekarang tuh mau tidur sampai siang sebelum masuk kuliah. Eh tiba-tiba banget Pak Hadi majuin jadwal kuliah!” cerocosnya kesal.

“IYA BEJIR! Gue juga sama! Tadinya mau rebahan santai sambil nonton drakor. Si Bapak malah majuin jadwal kuliah seenak jidat,” sambung Lea kemudian. “Tiba-tiba banget? KEKK?? WHAT??” ujarnya heboh.

Aku gini gak ya, pas dapat kabar kalau jadwal kuliah dimajukan?

“Gue juga! Kalau bukan karena nilai, gak akan gue masuk pas matkul Pak Hadi,” sahut Zura seraya mencak-mencak.

Memang benar, apa yang dikatakan oleh Zura. Kalau bukan karena nilai, pasti banyak mahasiswa yang bolos saat mata kuliah Pak Hadi berlangsung.

Sementara itu, obrolan hanya berlangsung sepuluh menit karena dosen kesayangan kita sudah berjalan ke arah kelas. Dengan jurus seribu bayangan, kami sudah duduk di kursi masing-masing.

“Selamat pagi anak-anak,” Pak Hadi menyapa dengan riang. “Pasti kalian semangat bertemu dengan saya lagi ‘kan?” tanya Pak Hadi. Kami semua hanya tersenyum tanpa menjawab.

SEMANGAT BANGET PAK!

“Lebih baik kalian tidak tersenyum, dari pada menunjukkan senyum terpaksa seperti itu,” sindirnya tanpa menatap ke arah kami.

Sabar, sabar, jangan ngedumel.

“Lui, siniii!” panggil Allie seraya melambaikan tangannya. Aku buru-buru menghampirinya yang sudah menunggu sejak tadi.

Namanya Allie Sierra Jane—biasa kupanggil Allie—merupakan sahabatku semenjak masuk universitas, hanya saja aku dan dia beda jurusan.

“Udah lama?” aku bertanya tak enak. Allie menggeleng seraya menarik tanganku. “Ngga. Ayo ah, gue udah laper,” jawabnya.

“Ish! Sabar dong,” aku berdecak tapi tetap mengikuti Allie ke kantin umum. Kami memilih duduk di pojok.

“Mau pesen apa? Gue aja yang pesenin,” tawarnya.

“Bilang aja. Pesenan buat Lui,” kataku. “Yang jaga juga pasti tau.” Allie mendengus tapi tetap pergi memesan makanan dan minuman. Beberapa saat kemudian Allie kembali.

“Iya bjir! Yang jaga langsung tau,” Allie berseru heboh.

Aku memutar mata malas. “Gue sering pesen. Makanya tau, ah elah.”

Allie menggaruk keningnya yang tidak gatal lalu tersenyum kikuk. “Ya, yaa iya sih.”

Tak lama kemudian penjaga kantin datang ke arah kami membawa nampan yang di atasnya merupakan pesanan kami. Setelah penjaga kantin pergi, Allie menatap bingung pada makananku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

eluiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang