🩰˚˖𓍢ִ໋ 🎧✧˚.🎀༘⋆
𝐌𝐀𝐓𝐀𝐇𝐀𝐑𝐈 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 dari ufuk timur dan bergerak secara perlahan diiringi oleh kicauan burung kala sinarnya menerangi pepohonan tinggi dengan daun-daun yang lebat. Awan putih mulai terbentuk seiring berjalannya waktu, berdansa di atas langit di mana manusia tak akan pernah bisa meraihnya.
Desir angin meniupkan surai indah milik gadis muda yang tengah melamun di sebuah reruntuhan, menghempaskan dedaunan kering bersamanya. Cahya mentari menyambut pagi hari dengan amat cerah dan penuh semangat yang membara, memberikan warna kala raganya berdiri di atas bumi seperti sebuah raja.
Kastil masih begitu sepi seperti tak berpenghuni, mungkin hanya seorang atau dua orang berlalu-lalang untuk mencari angin segar. Gadis itu, [Name], meniupkan flute dengan merdu. Perpaduan antara nada dari sebuah instrumen dan nyanyian burung membuat suasana di pagi hari semakin hangat dan sejuk di saat yang bersamaan.
Ia memejamkan mata sembari menikmati hangatnya rengkuhan sinar pagi pada dirinya, hangat, seperti ibu. Ah, [Name] jadi teringat akan pelukan hangat sang ibunda semasa ia masih di dunia Muggle.
Ya, [Name] adalah seorang Muggleborn.
Hal itu akan semakin mempersulit keadaan jika ia ingin memenangkan hati Malfoy, si maniak status darah. Ia tak sanggup jika melihat Draco menatapnya bagai rendahan yang tiada guna di hidup ini.
“Aduh, kacau deh,” ia berucap lirih sembari memainkan jarinya pada lubang seruling lalu menghembuskan nafas yang tidak dia sadari telah ditahan.
“Draco tidak mungkin bisa membalas perasaan ku jika ia mengetahui bahwa aku adalah seorang Muggle.”
Dan, begitupun seterusnya. [Name] berbicara dengan diri sendiri, untung saja di sekitar sana hanya dia seorang, jadi tak akan ada yang mengira bahwa dia gila. Jemari lentik itu kembali bergerak pada instrumennya, bibir merah mudanya menyatu lagi pada ujung seruling dan meniupkannya untuk menciptakan sebuah lantunan suara merdu.
Menit telah berlalu, namun masih saja terasa sepi. Ya, tempat ini adalah tempat strategis jika ia ingin sekali menyendiri tanpa bisa diganggu gugat oleh siapapun. Irama dari serulingnya masih saja berputar hingga hari mulai mendekati siang, tenang saja, ia hafal dengan jadwal pelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu, jadi tidak ada kemungkinan untuk terlambat.
Tanpa ia sadari, ternyata keberadaannya mengundang rasa ingin tahu seorang siswa, terlebih lagi asal dari nada nada indah itu. Langkah kaki milik lelaki misterius itu kian mendekat secara perlahan, dan alangkah terkejutnya ia melihat seorang gadis yang tengah duduk santai bersandar pada tembok sembari meniup sebuah instrumen. Ah, ternyata dia adalah pelaku dari suara seruling itu.
Gadis tersebut kemudian membuka matanya. Hal pertama yang ia perhatikan yaitu sebuah sosok dari sudut matanya, ia menangkap gambar seseorang dengan tubuh yang tinggi, bahu lebar, dan juga rambut pirang yang terang. Rambut pirang? Haha, jadi teringat akan Draco.
Tunggu, Draco?
Sadar akan kehadiran sang pujaan hati yang sedari tadi memperhatikannya, kepalanya seketika saja menoleh dengan sigap, pipinya memerah dan pertunjukan musiknya berakhir pada detik itu juga. Apakah ini sebuah mimpi? Khayalan? Demi Merlin, tolong jadikanlah ini sebuah kenyataan yang tidak akan pernah lenyap dalam memori!
“Kau, gadis yang di sana!” tunjuk lelaki bersurai platina tersebut.
“Aku?” [Name] menjadi gelagapan seperti anak kecil yang tertangkap basah oleh orang tuanya, sungguh memalukan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan di saat menghadapi situasi seperti ini. Namun, pada sisi lain ia sangat bersyukur karena dipertemukan oleh orang yang ia sukai.
Malfoy mengusap wajahnya kasar “Iya, kamu.”
Ah, rasanya ingin meledak bak gunung berapi, atau meledak seperti kembang api yang memancarkan beragam warna cerah di langit? Pokoknya, seperti itu, deh! Wajah [Name] semakin memerah kala dirinya disebut oleh Draco, ini tidak mungkin... Hoki setahun sekali!
“Berisik, tau tidak?” desis lelaki pirang itu lalu menunjuk pada wajah [Name] “Hentikan sebelum ku patahkan seruling itu!”
Ya, kasar sekali.
[Name] hanya bisa mengangguk dan berusaha memberikannya senyuman hangat, berharap ini semua bisa berlangsung hingga lama. Jika boleh, 10 tahun lamanya. Dengan begitu, Draco melangkahkan kakinya menjauh, memunggungi [Name] dengan gagah.
Seluruh tubuhnya melemah setelah Malfoy hilang dari pandangan. Tangannya bergetar hebat, begitupun dengan kakinya yang mulai mati rasa. Pada detik itu juga, ia ingin sekali tumbang pada rerumputan hijau yang dipijak. Jantungnya kian berdegup kencang, darah mengalir dengan hangat dalam diri bagai sungai deras pada musim hangat, semburat merah merambat dari pipi hingga ke seluruh permukaan wajah, membuatnya memiliki persamaan antara buah stroberi.
“Argh! Dia tampan sekali!” puji gadis itu kepada anak yang baru saja mengancam dirinya.
“Sayang sekali dia harus pergi,” jari jemarinya menggenggam erat alat instrumennya tepat pada jantung lalu menghembuskan nafas lega.
“Inikah yang namanya rezeki anak baik?”
༘˚⋆𐙚。⋆𖦹.✧˚
⋆。‧˚ʚ🍓ɞ˚‧。⋆
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐏𝐀𝐑𝐊𝐋𝐄! |ᴅʀᴀᴄᴏ ᴍᴀʟғᴏʏ
Fanfiction𝐘𝐎𝐔'𝐋𝐋 𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐌𝐄 ! 🎀༘⋆ ❝I can't stop LOVING you!❞ girl, and ❝Diem, deh.❞ boy ༘˚⋆𐙚。⋆𖦹.✧˚༘˚⋆𐙚。⋆𖦹.✧˚༘˚⋆𐙚。⋆𖦹.✧˚༘˚⋆𐙚。⋆𖦹 ✦ karakter dalam cerita bukan milik saya! ✦ draco m. x FEM!reader