1. Dia

1.4K 45 5
                                    

Publish : 06 November 2024

Rico tertawa mendengar lawakan teman satu kelasnya saat netra matanya menangkap sosok perempuan yang tengah berjalan melewati kantin tempatnya duduk. Linda. Teman Caca yang mampu membuatnya selalu gelisah saat melihatnya.

Rico bagaikan anak SMP yang baru mengenal perempuan. Panas dingin bahkan tidak mampu duduk berkekatan dengan perempuan itu.

Masih hangat di ingatan Rico pertama kali dia melihat Linda. Kala anak itu untuk pertama kalinya menginjakan kaki di kampus ini. Menanyainya dimana letak gedung dekanat. Perempuan itu memakai blouse berwarna merah gelap dan bawahan celana jeans yang memeluk kakinya dengan sangat pas.

Seketika Rico berhenti bernafas, dia sungguh terpaku kepada Linda pada pandangan pertama. Bahkan dia masih ingat bandana berpita merah yang Linda kenakan kala itu. Dan sejak itu Rico tidak pernah berhenti mencuri-curi pandang Linda. Dia sungguh menyukai perempuan itu.

***

Derap langka Rico semakin kencang saat mendapati pesan singkat dari Galih bahwa rapat mingguan BEM  sudah dimulai. Dan sebentar lagi gilirannya untuk laporan segera tiba.

"Misi." Rico membelah jalan di tengah-tengah dua orang yang sedang berdiri di atas tangga. Mereka aneh, untuk apa mengobrol di ujung tangga seperti itu.

Rico melambatkan langkahnya sesaat sampai di depan pintu ruangan aula BEM. Melepas sepatunya dan berjalan agak mebungkuk untuk melewati orang-orang dari belakang. Dia tidak ingin menimbulkan kegaduhan.

Selagi mengatur nafas yang tersengal. Pandangan Rico mengitari ruangan aula untuk melihat siapa saja yang datang hari ini. Dan sosok itu ada di sana, mengenakan blouse berwarna biru gelap yang dipadukan dengan rok rimpel selutut berwarna abu-abu. Rambunya di gerai dengan bandana berwarna abu-abu gelap. Jangan lupakan warna merah maroon yang menghiasi bibirnya. Dan sekali lagi, Rico menyukainya.

Galih mengusir imajinasi Rico akan Linda dengan tepukan halus. Dia memberitahunya bahwa kini gilirannya memaparkan laporan mingguan divisinya. Sebelum memaparkan hasil kerjanya Rico sempat melirik Linda yang tengah memandanginya. Seketika Rico salah tingkah. Bodoh memang, jelas Linda melihatnya. Karna dia sekarang sedang berbicara didepan anak-anak yang lain.

***

Rico menegak air mineral dingin saat matanya melihat Linda sedang duduk manis di bangku panjang samping lapangan. Rico ada latihan rutin basket bersama club kampusnya. Awalnya Rico tidak berminat mengikuti club basket di kampusnya. Tapi apa boleh buat, ini adalah salah satu caranya untuk mendapatkan waktu tambahan melihat Linda.

Linda dekat dengan Abi. Rico tidak tau apa hubungan mereka. Yang Rico tau mereka berdua saat ini tidak menjalin hubungan percintaan. Informasi itu sangat valid, karna dia mendapatkannya dari Caca.

Tapi kedekatan Abi dan Linda sangatlah menganggunya. Bagaimana bisa lelaki itu mendapatkan perhatian Linda secara penuh. Linda bahkan hampir tidak pernah absen dalam latihan apalagi pertandingan basket yang melibatkan Abi.

Linda akan membawa kebutuhan Abi. Makanan, minuman dan juga handuk. Tidak jarang pula Linda membawa makanan ringan untuk kita, teman satu club Abi. Sesuai dengan jurusan yang Linda ampu. Makanan hasil tangannya ajaib enak. Sangat enak bahkan. Dan untuk sekian kalinya Rico jatuh suka kepada Linda.

***

Rico berjalan sedikit berlari menuju kantin jurusan Caca. Dia mendapat pesan dari Dani bahwa mereka semua tengah berkumpul disana. Jelas dia tidak mau melewatka kesempatan ini untuk dapat mencuri-curi pandang Linda. Dia sudah rindu kepadanya. Jika di hitung-hitung hampir seminggu dia tidak melihatnya. Minggu kemaren Rico tidak ikut latihan basket, dia harus mengantar mamahnya pergi ke swalayan.

"Makanan gw mana?" Ucap Rico saat mengambil tempat duduk dekat Caca.

"Ish, beli sendiri deh bang. Kamu tu ya, kek orang miskin." Cetus Caca, dia kesal karna Rico pelit.

"Ih, pelit amat Ca." Rico dengan santai mengambil gorengan yang ada di depan Dani.

"Abang ih!" Teriak Caca sambil memukul tangan Rico.

"Berisik Caca." Rico memegang pergelangan tangan Caca dan menyuruhnya diam.

"Dan, pelit amat pacar lo." Lanjut Rico yang mendapatkan gelengan dari Dani. Rico yang jahil dan Caca yang tidak suka di jahili. Terkadang Dani heran dengan keduanya. Tom and gerry saja kalah heboh dimatanya.

Rico melirik kearah Linda. Perempuan itu tengah santai menikmati makanannya. Dia duduk di sebelah Galih. Sebenarnya masih ada tempat kosong di sisinya yang lain. Tapi Rico tidak cukup berani untuk duduk bersebelahan dengan Linda. Dia takut jika dia mati kutu dan membuat suasana menjadi canggung.

"Abang kemaren absen latihan?"

Rico terdiam sesaat setelah mendapat pertanyaan itu. Dirinya tidak menyangka bahwa Linda akan menanyainya. Dengan gugup dan mencoba untuk mengendalikan diri Rico menjawab singkat "ah? Iya."

"Kemaren mamah minta dianterin belanja. Jadi ngga bisa nolak." Jelas Rico menjelaskan apa yang membuatnya absen latihan.

"Ah, anak baik." Linda berucap lirih dan memutus kontak mata mereka.

'Ayo beri aku pertanyaan lagi.' Ucap Rico merapalkan mantra dalam hati.

Tapi sepertinya mantra Rico tidaklah seampuh itu. Linda kembali melahap makanannya dengan diam. Sial, dia harus memanfaatkan pancingan Linda. Sekarang atau tidak sama sekali.

"Kamu ikut latihan kemaren?" Tanya Rico hati-hati. Dia takut jika jawaban Linda hanya anggukan dan gelengan.

"Ikut, makanya tau kalo abang ngga ada."

Rico terpana, bagaimana bisa Linda semenawan ini dimatanya. Bahkan cara dia menjawab pertanyannya mampu menbuat hatinya berdesir.

"Kan banyak orang. Ko bisa notice aku ngga ada?" Lagi, Rico mulai ketagihan dengan obrolan tak berbobot ini.

"Yaellah, abang kan captain. Dan gitu pasti anak-anak juga nyariin. Jelas aku jadi tau." Terang Linda panjang.

Rico mengangguk, jelas anak-anak mencarinya. Akan aneh saat tidak ada yang menyadari absennya hari itu. "Bener juga."

"Latihan besok Linda dateng?" Tanya Rico penasaran.

Linda mengangguk "harusnya dateng sih, tapi kalo Abi absen. Aku ikut Absen."

Rico kesal, kenapa harus selalu dengan Abi. "Kenapa harus sama Abi?" Sedetik kemudian Rico menyesali pertanyaannya. Tapi dia kesal, dia kepo, penasaran akan jawaban Linda.

"Ya trus? Ngga tau juga mau ngapain kalo disana ngga ada Abi."

"Kan ada aku." Jawaban Rico sukses membuat Linda menatapnya kagum.

Dibarengi dengan suara pukulan Caca yang sangat keras "Abang ih, jangan bercanda ya. Awas kalo kamu deketin Linda."

"Shit! Sakit Ca. Ya Tuhan, cidera ini lenganku." Rico mengusap kasar lengan bekas pukulan Caca. Dia benar- benar merasakan sakit.

Pandangan Rico tertuju kepada Linda yang tengah menyergitkan kening melihat dia kesakitan. Mimik wajahnya sungguh menggemaskan. Rico ingin mencubit pipi dan mencium bibir merah itu.

Lalu tanpa disadari Rico untuk kesekian kalinya kembali jatuh hati kepada Linda.

***

Hai gais, maafkan aku yang suka menumpuk pekerjaan.

Disaat banyaknya cerita yang harus di lanjutkan. Aku malah bertelor, dan menetaskan cerita baru.

Salahkan Rico yang terus berada di kepala dan hatiku itu.

Semoga kalian menyukainya. Love.

Aku maunya Dia! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang