Malam sudah larut, namun Gus Reyhan dan Ning Shinta masih terjaga di kamar mereka. Kamar itu bersahaja namun meneduhkan, dengan rak-rak kayu yang dipenuhi kitab, lampu meja berpendar lembut, dan dekorasi sederhana yang membuat ruangan terasa nyaman. Mereka duduk berdua di tepi tempat tidur. Ning Shinta, mengenakan gamis hitam elegan dan hijab coklat yang rapi, tampak menunduk memandangi agenda di pangkuannya, sementara Gus Reyhan yang mengenakan kaos putih dan sarung biru tua duduk di sampingnya, menyimak dengan serius.
"Kamu tahu, Mas... semingu lagi kita diundang di dua tempat, di dua kota, di waktu yang sama. Surabaya dan Bandung. Dan kedua panitia sudah memastikan semuanya." Ning Shinta menutup agendanya dengan sedikit frustasi, wajahnya menampakkan kelelahan. "Aku nggak mungkin bisa memilih salah satu. Kalau kita membatalkan, yang satu pasti kecewa. Tapi kalau kita paksakan, ya nggak mungkin, Mas."
Gus Reyhan menghela napas panjang, menunduk sambil berpikir. Ia memahami betul perasaan istrinya yang tertekan. Mereka berdua adalah pasangan dai yang lagi naik daun, permintaan untuk menghadiri pengajian datang tanpa henti. Namun, kali ini jadwal benar-benar bentrok. Mereka telah menandatangani kontrak untuk kedua acara tersebut, dan menarik diri hanya akan mengecewakan para jamaah.
"Apa kita bisa atur ulang, Sayang?" Gus Reyhan mencoba memberikan usul, meskipun dalam hatinya ia tahu itu bukan pilihan yang mudah.
Ning Shinta menggeleng. "Panitia sudah mencetak brosur, banner, dan upload di sosial media Mas. Nama kita sudah terpampang di sana. Kalau kita membatalkan, itu artinya mengecewakan ratusan, mungkin ribuan orang yang sudah berharap." Ia meremas ujung hijabnya dengan pelan, seperti mencari kekuatan dari setiap helai kain yang membungkusnya.
Keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Udara di kamar itu terasa semakin berat, seolah beban di hati mereka meresap ke setiap sudut ruangan.
Gus Reyhan bisa merasakan keresahan Ning Shinta—istri dan rekan dakwahnya, yang sangat berkomitmen untuk menghadiri setiap undangan, tidak ingin mengecewakan jamaah yang sudah menanti.
"Mas, kamu ada ide nggak?" Ning Shinta bertanya pelan, berharap Gus Reyhan bisa memberinya solusi.
Gus Reyhan menatap istrinya sejenak, seolah berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan ide yang muncul di benaknya. "Sebenarnya... ada satu cara," ujarnya ragu.
"Apa itu?" Ning Shinta menatap suaminya dengan penuh harap.
Gus Reyhan menghela napas, lalu melanjutkan. "Aku baru saja melihat sesuatu di internet minggu lalu. Sesuatu yang... mungkin bisa kita gunakan untuk situasi seperti ini. Kamu tahu tentang... kostum kulit?"
Ning Shinta terdiam sesaat, mencoba memahami ucapan suaminya. "Kostum kulit? Maksudmu... kostum seperti kain biasa?"
"Bukan, Sayang. Ini... kostum khusus yang dipakai untuk meniru seseorang dengan sangat persis. Dari bentuk wajah, tekstur kulit, warna rambut, semuanya bisa disesuaikan. Aku lihat di iklannya, orang yang memakai kostum ini bisa benar-benar tampak seperti orang lain. Dan kalau kita memesan satu yang menyerupai kamu, mungkin kita bisa meminta seseorang untuk menggantikanmu di salah satu pengajian itu."
Ning Shinta mengerutkan kening, wajahnya tampak ragu. Ia tertawa kecil, seolah menganggap ide itu terlalu aneh untuk dipercaya. "Mas, ini seperti sesuatu dari film. Mana mungkin ada kostum seperti itu? Kedengarannya tidak masuk akal."
Gus Reyhan tersenyum tipis, kemudian ia mengeluarkan ponselnya dari saku baju, membuka galeri, dan menunjukkan beberapa video tangkapan layar tentang iklan kostum kulit yang pernah ia simpan. Di video itu, terlihat sebuah iklan dengan gambar orang yang mengenakan kostum dan berhasil meniru wajah seseorang dengan sangat persis, seolah-olah mereka benar-benar adalah orang yang ditiru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Masalah Tak Terduga
FantasyNing Shinta dan Gus Reyhan adalah pasangan pendakwah suami istri yang tengah naik daun di dunia dakwah. Setiap minggu, mereka selalu sibuk mengisi pengajian di berbagai kota, dan karena popularitas mereka yang terus meroket, banyak undangan datang b...