Fate from The God

16 1 0
                                    

      Sinar rembulan terlihat sangat redup malam ini, rintikan hujan perlahan menyelimuti seisi kota dengan angin malam yang berhembusan. Gedung-gedung tua tidak menampakan sedikitpun cahaya dari dalam, menambah suram sinar rembulan. Didalam keheningan malam, hentakan sepatu heels terdengar dari kejauhan. Seorang gadis manis tengah mencincing ujung gaunnya yang sudah lusuh oleh air hujan, pita pink manis mengikat punggung, serta surai pirang melunturkan minyak wangi yang dipakainya.
"Ibunda akan sangat murka apabila saya datang terlambat lagi...!" gumamnya dengan penuh kegelisahan. Hatinya kacau dan jantungnya berderu kencang.

   "Apakah anda butuh bantuan nona?" Seorang lelaki dengan jas hitam panjang menutup hingga pinggul, topi besar yang menghalangi sebagian besar wajahnya dari pandangan, serta payung hitam tergenggam erat ditangannya.
"Oh Tuhan! anda mengejutkan saya Tuan!" Rengek sang gadis dengan raut pucat.
"Maafkan beta nona, begitu lancang tingkah beta untuk mengejutkan nona manis" balasan sang pria mampu membuat hati gadis itu mulai meleleh.
"Tiada masalah Tuan.. akan tetapi, saya sedang terburu-buru" Sang gadis menunduk sedikit malu.
"Tiada masalah nona, beta dapat mengantarkan nona kembali ke kediaman nona..." 
"Tidak perlu tuan, saya bisa kembali ke rumah saya sendiri" Jawab gadis tersebut dengan senyuman yang ia paksakan.
"Mengapakah nona? apakah nona khawatir jikalau ibunda nona mengetahui rahasia nona?" Bisik sang pria, bibirnya terangkat dari telinga kanan menuju telinga kiri.
"R-rahasia? saya tidak memiliki rahasia apapun!" Gadis tersebut menjawab dengan panik, wajahnya pucat karena takut, tubuhnya gemetar oleh dinginnya rintik hujan.
"Lagipula.. saya tidak mengenal anda! tiada hak oleh anda untuk memaksa saya!" Tambah sang gadis dengan deru nafas berat.
"Ada baiknya kita berkenalan terlebih dahulu nona, tak kenal maka tak dekat." Jawab pria tersebut menunduk dengan hormat, tetapi sang gadis yang sudah terlanjur panik malah menjauh darinya.
"Pergi! saya sedang terburu-buru!" Bentak gadis tersebut sembari mengarahkan telunjuknya dengan angkuh.

    "Mengapakah anda sangat murka nona? beta hanya ingin membantu nona" Pria tersebut berdiri tegak, tubuhnya tertutup rapat oleh jubah serta wajahnya yang tidak terlihat karena bayangan lampu redup jalanan.
"Apakah nona takut... apabila ibunda nona mengetahui bahwa nona berbicara dan diantarkan pulang oleh lekaki asing?" Pria tersebut menutup payung hitam didalam genggamannya, membiarkan air hujan membasahi topi serta jubahnya. 
"Apakah nona khawatir bahwa ibunda nona mengetahui bahwa nona sudah tidak... perawan lagi?" Ucapan sang pria mampu membuat gadis tersebut gemetar oleh amarah.
"Sungguh lancang mulut anda! saya adalah gadis baik-baik!!" Bentak gadis tersebut, matanya merah oleh amarah dan tubuhnya gemetar.
"Maafkan beta, akan tetapi... beta tahu kebenarannya.. nona adalah jalang. Apakah nona  memiliki hutang yang besar sehingga nona merelakan kegadisan nona hangus demi sebungkus emas?" Pertanyaan sang pria membuat gadis itu benar-benar diambang amarahnya. Dengan kuat sang gadis menampar wajah sang pria, membuat topi lusuh itu terjatuh ketrotoar.
"Anda melakukan hal bodoh nona... sangat bodoh!
Dalam hitungan detik, pria tersebut sudah mencengkram leher sang gadis, membanting tubuh malang tersebut ke trotoar yang sepi dan mengarahkan ujung payung tajamnya ke wajah sang gadis, menikmati wajah sedih dan takut dari malangnya nasib sang gadis.
"Good night, my lady"

#############

     Para kepolisian menemukan seorang mayat wanita dengan gaun yang masih utuh tetapi dengan wajah yang tercabik-cabik. Mayat tersebut kehilangan dua buah matanya serta gigitan besar dipipi yang menyisakan tulang rongga gigi. Kereta kuda bergemerincing membawa mayat tersebut menuju ruang otopsi, hanya sebuah ruangan pengap yang penuh dengan peralatan bedah, sarung tangan, serta masker wajah yang masih kuno. Seorang kepolisian mengirimkan kabar duka tersebut kepada sang Ratu. Sang Ratu menugaskan tangan kanannya untuk mengatasi permasalahan tersebut atau biasa dipanggil Anjing Penjaga Ratu. Hasil otopsi mengatakan bahwa ada surat yang tertanam dengan rapi didalam tubuh korban, tepatnya didalam paru-paru korban.
"Izinkan saya membaca isi surat tersebut" Ucap lelaki dengan jas biru gelap berhiaskan kancing emas serta ukiran-ukiran seharga puluhan juta, dialah anjing penjaga ratu atau bisa kita panggil dia Tuan Besar. Setelah Tuan Besar membaca isi surat tersebut, ia terkekeh kecil.
"Sepertinya tikus manis ingin bermain-main dengan kekuatan keanggotaan kita" Ucap Tuan Besar dengan ukiran senyum jenuh.
"Apakah maksud anda Tuan?" Tanya salah satu pengawal Tuan Besar.
"Maksud saya.. sang pembunuh ingin bermain sebuah game." 
"Game?"
"Ya, ia ingin bermain dengan para detektif kita yang terkenal dengan kehebatan mereka." Jelas Tuan Besar.
"Lalu tugas yang akan engkau berikan kepada kami, Tuanku?" Tunduk sang pengawal.
"Panggilkan saya 3 detektif terkenal yang sudah menangani kasus-kasus rumit dikota kita." Perintah Tuan Besar.
"Siapa sajakah tuan?"
"Tuan Convallaria Majalis yang terkenal dengan keterampilannya dalam mengotopsi mayat serta keberuntungannya yang disebut-sebut sebagai seizin Tuhan." Perintah Tuan Besar.
"Baik tuanku"
"Selanjutnya, Tuan Lueiyan Chen yang terkenal dengan kepintaran dan instingnya yang luar biasa atau disebut Destiny Guidance." Tambah Tuan besar,
"Baik tuanku"
"Terakhir, Tuan Elias Theodoric yang terkenal dengan keterampilannya dalam bela diri maupun menggunakan senjata apapun dalam waktu singkat, kemampuannya untuk beradaptasi dengan keadaan akan membuat tim ini menjadi lengkap." akhir Tuan Besar sembari menyeduh kopi panasnya.
"Saya sudah rangkum segalanya Tuan, surat siap untuk dikirimkan." Tunduk sang pengawal dengan hormat.
"Silahkan." izin Tuan Besar sembari melirik kearah surat manis dari sang pembunuh.

"Luck is the best thing in the world isn't it?
Strength is the priority for those who's weak.
And high IQ is one of the most respected things.
Only them who have these can found me.
From three different towns, three different bloodline..
Are you strong enough to handle me?
Are you smart enough to found me?
Are you lucky enough to avoid your death?
Find me detectives, find me before i do."

To be continued.



Time to Work, Detectives!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang