Sesampainya di tujuan. Di tempat yang dulu pernah dikunjung, ketika kala mengikuti kegiatan sekolahnya.
"sudah lama, suasana yang begitu tenang yang ku damba-dambakan dari sekian lama akhirnya sampai juga. Dan tak terasa sudah selarut ini."
Tak berlama-lama kala langsung mengunjung ketua RT yang ada di sana untuk melapor dan mencari rumah untuk ia sewa.
Sesampainya di rumah RT. Kala langung menceritakan tujuannya ke sana untuk tinggal disana beberapa bulan kedepan untuk mencari ispirasi dan mencari pekerjaan. pak rt pun memberikan izin kepada kala, serta kala pun di beritahu akan rumah yang tersedia untuk disewakan.
Tak lama, setelah berbincang-bincang dengan pemilik rumah akhirnya sepakat kala mengewa rumah itu untuk lima bulan kedepan,
"terimakasih bu talia, telah membantu saya dan ini uang muka untuk sewa rumahnya, munkin sisanya nanti iya bu." sambil menyodorkan sejumlah uang kepada pemilik rumah.
ibu talia tersenyum "iya, sama-sama dek kala, ibu kangen, tak teras ya sudah sekitar dua tahun sejak kamu kesini, semoga betah ya kamu disini." sembari beranjak pergi dari rumah itu.
Tak lama setelah itu. Kala langsung memberseskan barang barang miliknya sambil memeriksa bila ada yang tertinggal, dan lanjut untuk istirahat.
Paginya, seperti biasa, seperti yang selalu kala lakukan ketika berada dirumahnya di kota. bangun pagi dan bersiap untuk sarapan, setelah sarapan ia langsung mengambil alat tulis untuk membuat puisi, 'begitu niatnya', tapii. kala sudah hampir dua jam mengmandangi buku yang ada di depannya tanpa satu pun kata tertulis.
"ahhhhhh" berteriak kesal
"kemana sihhhh, ini kepalaku terasa kosong, biasanya selalu muncul dan bergentayangan kata-kata dikepalaku." sambil mencurat-coret buku yang ada di hadapannya.satu minggu pun telah berlalu. selama itu pula kala tidak menemukan ispirasi untuk menulis puisi, hanya beberapa kata yang telah ditulisnya.
Terdengar suara ketawa dari luar sambik mengetuk pintu, seorang anak kecil sambil membawa makanan untuknya."permisiii, halooo ada orangg" berteriak sambil mengintip dari celah pintu.
kala membuka pintu "ia, sebentar"
setelah pintu terbuka anak itu langsung masuk kedalam rumah sambil menyerunduk kala."wey wey, siapa suruh kamu masuk" sedikit kesal.
bocah itu menyeringai "hehe, maaf kirain pas muka pintu boleh masuk, ehh ini makanan dari ibu buat kamu, ehh buat kakak"."apa ini" sambil membuka wadah yang dibawa bocah itu "wihhh makanann, kayanya enak, makasih ya".
"kamu lagi muat apa" sambil membaca buku puisi milik kala.
"ohh itu puisi, ehhh siapa suruh kamu boleh baca itu" sambil merebut dari tangan bocah itu.
"hehe, maaf" sambil tertawa.
"lagian kamu siap sihh, dan ini makanan dari siapa?" sambik meletakan makanan di meja.
"aku jati, sudah ku bilang kan itu dari ibuku" sambil duduk di kursi yang menghadap meja.
"iya iya tau, tapi ibumu siapa" sambil membuka makanan yang dibawa bocah itu.
"katanya tau tapi nanya lagi, ibukuu yang punya rumah ini" melotot karna kesal.
"ohh hehe, dari ibu talia ya, bilang dong dari awal, kan kalo gitu aku yang jadi enak kan" tertawa sambil mengambil nasi untuk makan.
"iya, kata ibuku makan yang banyak, ibuku khawatir karna seminggu ini kamu jarang keluar, takut sakit katanya" menjelaskan sambil mengambil nasi untuk makan "bagi ya aku sedikir".
"lahhh, kan ini dari kamu ko kamu ikut makan" sambil menari kamakannya.
"ihh bagi dong sedikit, laparni aku" sambil menarik makanan dari kala.
setelah tarik menarik makanan, akhirnya mereka makan berdua.
Setelah makan merekapun duduk diteras rumah sambil menikmati udara yang begitu sejuk.
"bilang makasih banyak ke ibumu ya, makanannya enak, aku jadi pengen lagi" ucapnya sambil senyum-senyum.
"iya iya nanti aku sampaikan, eumm kenapa kamu menulis puisi sebanyak itu?" menunjuk ke tumpukan kertas yang ada di bangku kecil di dalam rumah.
"ohh itu, aku akan mengikuti kompetisi pembuatan puisi".
"haaa, emang ada ya?" terheran heran.
"ya ada lahh" menghadap jati dengan penuh keyakinan.
***
Lima hari yang lalu. kala ditelpon loleh temannya yang ada di kota. terdengar suara telpon memecah kesunyian ketika kala sedang fokus membuat puisi. Kringgg! Kringgg! suara telpon berbunyi dari atas meja.mengangkat telpon "halo"
"halo, apa kabar nika?" terdengar suara dengan gembiranya
"ahhh kamu ada apa?" sedikit kesal
"ahh kebiasaan, cuek nyaaa, jawab dulu lah orang yang nyapa" gereget
"ahhh, aku lagi kesel, hilang.." berhenti berbisara
"hey hey apa yang hilang?" terdengar cemas
"bukan, ini lohh inspirasi, kata-kata ilang dikepalaku" sambil sedih
"ehhh kirain apa" sedikit lega
"ini ada berita bagus nii untukmu!" dangan nada gembira"berita apa?" penasaran
"mau tau yaa?, ini dua minggu lagi akan diadakan kompetisi pembuatan puisi, kamu mau ikut?"
"mau lahhh, tapi bisa gak ya" kurang yakin
"tapi akan aku usahakan" bersemangat kambil mematikan telponnya.***
kala memberi tahu jati tentang kompetisi yang akan ia ikuti."katanya minggu depan akan di adakan kompetisi membuat puisi".
"ohh, belarti minggu depan kamu akan pulang?" penasaran.
"tidakk, aku mengikuti kompetisi lewat teman ku di sana, jadi aku tak perlu pulang" menjelaskan sambil berbaring.
"wihh hebatnyaa, semoga berhasil, aku pulang dulu yaa" bergesas pergi.
" iya, jangan lupa katakan pada ibumu, makasihh" berteriak.
"iyaaaa" berteriak dari kejauhan sambil berlari.
"ku harap juga bisa berhasil, untuk bisa menang" berbicara sendiri.
Hari yang ditunggu pun tiba. kala menelpon teman nya untuk membicarakan perihal kompetisi.
"haloo, tuu, woyy setu" sambil beryeriak.
"iaaa, biasa aja, santai lahh santaiii, ada apa?" terdengar tenang.
"gimana ini, cara ngirimnya gimana?" terdengar bingung.
tertawa meledek "hahah, kamu bodoh yaa, kenapa harus di kirim sih? tinggal ketika aja nanti aku salin ketikanmu, mudah kannn" dengan santainya.
"ohh iya yaa, hehe, aku lupa" malu-malu.
"dasarrr nikaa nikaa, untuk masalah kompetisi biar aku yang urus kamu tinggal ketik aja puisimu dan tunggu hasilnya nanti" sedikit sombong.
"iya, tinggak diketik kan ya? nanti ku kirimkan" sambil mematikan telponnya.
***
setu adalah nama teman kala di kota dan nika adalah panggilan dari niskala, tapi haya setu yang memanggil begitu.***
kala mengirimkan puisinya lewat pesan.
___
terlampau jauhHarapan merayap dalam gelap,
Rindu mengadu pada sendu,
Cinta yang tak sanggup terbaca,
Derita yang tak mampu diterima nyata.Dirimu terlalu suci untuk dimiliki,
Harapan berubah menjadi ratapan,
Engkau terlalu jauh untuk dikejar,
Oleh jiwa yang terjebak halusinasi.Hanya lewat kata cinta terucap,
Dalam doa, rindu mengadu tanpa suara.
____Hari-hari kala habiskan hanya dengan menunggu hasil yang ia dapatkan dari pompetisi itu, namun tak kunjung ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isyarat yang terungkap
Short StoryMenceritakan seorang remaja yang sangat suka pada puisi