Sepuluh tahun yang lalu, 2013, seperti cerita umumnya pertemuan lewat kakak kelas OSIS, ini benar terjadi padanya. Saat semua orang sibuk mencari tanda-tangan kakak kelas, Bima, laki-laki berkacamata itu menggunakan jas OSIS yang semua orang bisa tau, sedang duduk sambil menikmati makanannya sendirian di bangku pojok depan kelas sepuluh.
Tanpa ragu, Reinata, siswa baru kelas sepuluh MIPA, menghampiri Bima dengan langkah ragu namun pasti.
'Halo kak, boleh kenalan ngga?' ujar Reinata dengan nada rendahnya
'Oh boleh. Pasti mau cari tanda-tangan kan?' tanya Bima
'Ah iya bener kak, kalau boleh tau namanya siapa ya kak?'
'Ini' Bima sambil menunjuk tag nama di dada kirinya
'Kak Bima Wicaksana, salam kenal. Aku Reinata.'
'Sini bukunya, biar aku tanda-tangani' Bima tanpa ragu mengambil buku untuk ia tanda-tangani dari tangan Reinata
'Makasih banyak Kak' ucap Reinata dengan penuh terkejut dan hati-hati sembari memberikan bukunya
'Kok masih sedikit tanda-tangannya?'
'Ah itu, kemarin aku sakit Kak jadi ngga bisa ikut MOPD*' lagi-lagi, Reinata takut menatap mata Bima dibalik kacamatanya itu
*Masa Orientasi Peserta Didik
'Oh oke, cepet sembuh ya' setelah Bima menandatangi buku itu, Ia memberikan kepada Reinata dan segera pergi karena dipanggil salah satu temannya.
Benar, itu pertemuan singkat pertama antara Reinata dan Bima, hubungan adik kelas dan kakak kelas yang tampak tidak memberikan kesan apapun. Namun, siapa sangka pertemuan singkat itu menjadi awal sebuah cerita penuh suka dan pelik selama sepuluh tahun setelahnya.
Nama Bima Wicaksana dan tanda tangannya di buku itu, masih tersimpan rapi di rak milik Reinata, yang saat ini ia sedang melanjutkan studi S2. Negara dimana Bima sempat cerita akan hal-hal baik disana, di Swedia. Lalu dimana Bima sekarang? Bagaimana kabarnya?
Agustus 2023
'Rei, waktu kamu disana, coba deh cari cowo lagi jangan nungguin dia mulu' ucap Sita, sahabat Reinata yang ikut mengantarkan Reinata ke bandara sebelum berangkat ke Swedia
'atau coba kamu kasi kabar dia kalo kamu mau pergi, biar dia sadar' timpal Sita kembali
'Ngga ah, biar aja gimana nanti' Reinata mengucapkan hal tersebut seperti hal yang ia biasa ucapkan selama sepuluh tahun
'Yah kamu, sayang banget waktu mu buat nunggu dia mulu' Sita semakin paham dengan ucapan akhir dari sahabatnya ketika membahas soal laki-laki itu, siapa lagi kalau bukan Bima.
Bima masih menjadi satu-satunya nama yang Reinata hati-hati menyimpannya, meskipun banyak hal yang dilalui, tanpa kabar apapun, Ia selalu menunggunya.
'Hahaha, gapapa. Kalo jodoh nanti juga dateng sendiri'
'Ih bosen banget, kamu dah ngomong gitu dari adekku masih bocil sampe mau kuliah ini' canda Sita
'Doain aja aku sehat-sehat di Swedia ya' Reinata memeluk sahabatnya sebelum check-in pesawat nya di tengah malam
'See you in two years!'
Malam itu, Reinata meninggalkan Indonesia untuk mengejar cita-citanya. Ia bertekad, suatu saat akan membuktikan kepada Bima, bahwa ia bisa kuliah ke luar negeri, dengan beasiswa yang sama seperti Bima dapatkan. Tentu, Reinata diam-diam mencari banyak hal tentangnya, dan faktanya, mereka saling follow instagram, namun tanpa tanya kabar masing-masing. Semua berjalan dalam dunianya masing-masing, selama sepuluh tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten years later
RomancePertemuan pertama selalu memberikan kesan, begitu seterusnya hingga Reinata menunggu Bima selama sepuluh tahun. Bima satu-satunya yang memutuskan, bahwa sebaiknya tidak komunikasi untuk sementara waktu. Hingga sepuluh tahun berlalu, bagaimana masa p...