Mata Hanna mengerjap, terbangun dari tidurnya, netra indah itu langsung melihat ke arah Lian yang sedang mengancingkan lengan kemejanya di depan ranjang.
"Sudah bangun?" tanya Lian yang tahu Hanna menggerakkan selimutnya.
"Sudah, good morning, Sweety," balas Hanna dengan suara khas orang bangun tidur, tangannya bergerak membenahi selimut agar kembali menutupi dirinya sampai leher.
"Morning." Lian kemudian duduk di kasur dekat Hanna, mata mereka tidak melepaskan satu sama lain. "Saya mau ke kantor, kamu istirahat di rumah, ya?"
Hanna menganggukkan kepalanya, lalu mencoba untuk duduk yang pada akhirnya dibantu oleh Lian. "Lian, tolong bantu aku ke kamar mandi, dulu, bisa?"
"Masih sangat sakit? Kita ke dokter, ya?" ujar Lian membuat Hanna menggeleng kecil.
"Gak usah, udah membaik kok," kata Hanna tersenyum kecil. "Ayo, mau bantu gak?"
Lian langsung menggendong Hanna masuk ke kamar mandi, mendudukkan gadis itu di closet. "Bisa sendiri?"
"Bisa, kalau kamu mau bantu juga boleh aja, tapi ... kayanya gak akan jadi ke kantor," celetuk Hanna yang langsung mendapat cubitan di hidungnya hingga memerah.
"Aw! Sakit!" Hanna merengek kecil seraya menarik tangan Lian agar laki-laki itu sedikit menunduk, melihat wajah dengan dekat satu sama lain. Hanna kemudian mencium bibir Lian, melumatnya, dibalas oleh laki-laki itu dengan jemari yang tidak bisa diam.
"Hmmmmmphhhhh, haaaahhhhhhh!"
Lian melepas tautan mereka, beralih ke pundak Hanna dan menggigitnya sedikit.
"Aww, Lian ... main gigit ya, sekarang," keluh Hanna meraba pundaknya sendiri yang terdapat bekas gigitan Lian. Sedangkan laki-laki itu tersenyum kecil menanggapinya, senyum manis dan sangat menawan, membuat Hanna tidak bisa berkata-kata.
"Makannya, jangan nakal," ucap Lian seraya mengacak rambut Hanna dan kemudian menjauh.
"Saya ke bawah dulu, ngambil sarapan buat kita," kata Lian kembali mengusap rambut Hanna sebelum pergi dari kamar mandi dan menutup pintu.
❤️
Setelah sarapan, Lian kembali membereskan alat makan dan menyimpannya di meja samping tempat tidur. Sedangkan Hanna masih setia memandangi laki-laki itu, yang nampak sangat tampan di matanya.
"Kenapa?"
"Hm? Gak apa-apa, kamu ganteng banget." Hanna kemudian mencubit pipi Lian dan menciumnya.
Lian tertegun, dia hanya menarik napas pelan seraya berdiri dari duduknya. "Saya kerja dulu, kalau ada apa-apa kabari saya, ya?"
"Oke, siap! Nanti aku telpon satu jam sekali?"
"Han?"
"Hehe, iya, gak, kok. Hati-hati ya," ujar Hanna masih melihat ke arah Lian.
"Iya," kata Lian singkat.
"Lian?"
"Ya?"
"Morning kiss for me," kata Hanna merentangkan kedua tangannya. Lian yang melihat itu sempat terdiam sebentar, padahal mereka sudah melakukan itu tadi di kamar mandi. Tapi, tanpa banyak bicara Lian pun maju dan memeluk juga mencium Hanna lembut. Ciuman yang cukup lama dan sangat intim.
"Saya berangkat, hati-hati di rumah. Panggil Bibi kalau mau apa pun, saya nyuruh bibi tetep stay di rumah," kata Lian yang langsung diangguki oleh Hanna.
Lian beranjak dari tempatnya, menuju ke arah pintu, namun belum sampai dia pada ambang pintu, terdengar suara Hanna yang setengah berteriak.
"Bye, Sayang. Hati-hati di jalan, jangan pulang terlambat! Bawa oleh-oleh ya! Jangan nakal juga di kantor, kalo enggak aku susulin! Ya, Sayang?!"
"Hanna ...."
"Iya, Sayang?"
❤️
Hanna berjalan dengan sedikit berusaha keras ke arah teras, dia baru saja selesai menerima telpon dari dari seseorang dan ingin bersantai di balkon.
"Hmm, hari yang cerah ...." Hanna bergumam seraya melihat ke arah langit biru, pikirannya melanglang buana.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya, aku menikmati setiap sentuhannya, aku ingin selalu ada di sisinya. Tapi ... ini gak mungkin."
Hanna terbayang kejadian panas semalam antara dirinya dan Lian, sungguh, itu adalah moment paling bahagia yang pernah dia rasakan.
"Harusnya, harusnya karena ibu aku di sini. Please, Han ...."
Gadis itu memijat keningnya, merasakan kepala yang berdenyut-denyut nyeri. Kemudian tangan Hanna mendekap dirinya sendiri, memeluk erat dan mencoba memberikan kehangatan pada jiwanya.
"Tapi, aku gak bisa ... aku gak bisa melakukan itu ...."
❤️
Lian tengah berkutat dengan laptopnya kala sebuah dering telepon berbunyi nyaring pada ponselnya, laki-laki itu langsung mengangkat panggilan tersebut setelah tahu kalau Hanna yang menelpon.
"Halo, Han?"
"Halo, Sayang. Makasih cemilannya, tadi bibi ngasih aku banyak banget cemilan ke kamar."
Lian berdehem kecil setelah mendengar suara dari seberang. "Siapa yang bilang kamu boleh makan cemilan itu?"
"Hah? Terus kalo bukan buat dimakan, buat apa?"
"Buat isi lemari aja."
"Ih, nyebelin! Mr. Lian yang sedatar tembok ini, makin nyebelin!"
Suara umpatan Hanna membuat Lian mengulum senyumnya, entah kenapa perasaan Lian saat ini jadi aneh dan sedikit membingungkan. Apalagi semenjak kejadian malam tadi, hatinya sungguh tidak tenang.
"Ya udah, makan aja. Saya mau lanjut kerja."
"Makasih banyak, Sayangku, Cintaku, nanti makan siang di rumah ya!"
Selang beberapa saat, panggilan mereka pun terputus. Lian kembali menyunggingkan senyum sembari melihat handphonenya sendiri, membayangkan wajah Hanna di seberang sana.
"Saya gak tau soal perasaan ini, Han. Tapi, saya ingin melihat kamu, terus dan terus."
Lian berjalan perlahan ke jendela besar yang menyuguhkan pemandangan indah dengan cuaca yang cerah, "Kenapa kita bertemu dengan cara seperti ini, Hanna? Saya masih tidak habis pikir dengan semua ini."
❤️
Next, mereka ngapain lagi, ya? Ke mana lagi kira-kira?
![](https://img.wattpad.com/cover/381367994-288-k451738.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BUTTERFLY
RomanceMY BUTTERFLY 🔞CERITA DEWASA🔞 Anak di bawah umur dilarang berkunjung, kalau nakal, dosa ditanggung sendiri! 🍑🍑🍑 Lian dan Hanna SEASON 2 dengan judul baru, bagaimana dengan kelanjutan kisah cinta mereka? Jangan lupa untuk follow my akun! SEASON...