MY BUTTERFLY
🔞CERITA DEWASA🔞
Anak di bawah umur dilarang berkunjung, kalau nakal, dosa ditanggung sendiri!
🍑🍑🍑
Lian dan Hanna SEASON 2 dengan judul baru, bagaimana dengan kelanjutan kisah cinta mereka? Jangan lupa untuk follow my akun!
SEASON...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ah!" jerit Hanna pelan ketika Lian menggigit bahunya. "Sakit, Yan!"
Lian tidak mendengarkan, dia sedang memeluk Hanna dari belakang dengan sangat erat. Mereka berada di ruang tv menonton drama kesukaan Hanna.
"Saya benar-benar tidak suka tubuhmu terpajang di majalah tahunan ZH Grup," jujur Lian membuat Hanna melirik ke belakang, laki-laki itu nampak sedikit kesal dari raut wajahnya yang masih begitu-begitu saja ekspresinya.
"Tapi penjualan meningkat, kan? Baguslah untuk dilihat dari sisi omset yang meningkat."
"Kamu senang jadi model?" tanya Lian mencium bibir Hanna singkat, gadis itu masih memutar posisinya melihat ke arah Lian.
"Gak," jawab Hanna tanpa intro.
"Lalu?"
"Aku cuman nyari alasan untuk pergi ke kantor, Lian. Tapi, sekarang kan aku gak perlu kerja lagi buat ketemu kamu," jawab Hanna sambil mengkidikkan bahunya.
"Hm'mm, ya, saya juga gak mau kamu kerja lagi." Lian kembali menciumi wajah Hanna, tangannya yang nakal meraba area leher dan sedikit turun ke bawah, menyentuh dada Hanna dan menekannya sedikit.
"Shhh ... nakal," komen Hanna seraya membalikkan posisinya dari ke arah Lian dan duduk di paha laki-laki itu, membuat Lian dengan intens melihat paha Hanna yang terbuka dan sangat mulus saat dia mengelusnya.
Tangan Lian beralih, membuka baju lingerie yang Hanna gunakan, gadis itu tidak memakai bra hingga memperlihatkan mochi yang sangat besar di depan mata Lian.
"Kamu merindukannya?" tanya Hanna seraya menyentuh kedua buah dadanya dengan tangan sendiri, menunjukkan bongkahan besar itu pada Lian.
"Mereka sangat manis," jawab Lian yang tidak Hanna duga, membuat gadis itu bersemu merah di pipi dan telinganya.
Lian tersenyum melihat Hanna yang malu, dia lantas menarik tengkuk Hanna dan mencium bibirnya.
"Mmm ... eummm ... hhhhh ...."
Tangan Lian mulai meremas gunung kembar itu pelan, membuat sang empu bergelinjang tidak karuan. Ciuman Lian mulai turun ke bawah, meninggal kissmark di leher jenjang Hanna. Lalu turun lagi ke bawah, menciumi dada Hanna dengan penuh gairah.
Lian mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras secara bergantian, membuat Hanna meremas rambutnya untuk menahan geli dan nikmat.
"Ahhh ... gigit, Yan ... ahhhh ...."
Mendengar Hanna mendesah berkali-kali, Lian tersenyum kemenangan, tangannya turun ke bawah masuk ke dalam celana dalam Hanna tanpa melepaskan tautannya pada buah dada. Tangan itu mengusap dan terus turun ke bawah, mencari sesuatu.
"Ahhhh ... ahhhh, Yaaaan ...."
"Eummm ... eummm ...."
Lian mulai memasukkan jari tengahnya walau agak memaksa pada lubang di bawah yang sudah terasa basah, membuat Hanna menjerit nikmat dan meremas bahu Lian.
"Ah-ahh-ahhh-ahhhhh ...." Hanna mendesah cepat kala tangan Lian bergerak dengan lihai di area sensitifnya, terus maju mundur sambil masih bermain dengan buah dadanya.
"Ahhhh ... Sayaanghhhh ...."
Lian melepas dengan jilatan pada puting dada Hanna, dia kemudian mencium bibir Hanna lagi dengan rakus sambil memainkan jarinya yang masih di bawah.
"Eumm ... mmmhhhh ... ahhhh ...."
Beberapa saat Hanna terkulai lemas setelah pelepasan, dia memeluk Lian dengan manja.
"Katanya malam ini Kay akan menginap," ucap Lian seraya mengusap punggung Hanna dengan sayang, drama yang mereka tonton bahkan masih menyala untuk menonton mereka berdua.
"Hm? Kay? Dia akan datang?" tanya Hanna cukup terkejut karena tiba-tiba sekali.
"Iya, mungkin bentar lagi juga sampai," jawab Lian seraya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam.
"Kok gak ngasih tau dari tadi sih, Yan!" omel Hanna seraya menunjukkan raut kesalnya pada Lian, dia bahkan melihat dirinya yang sangat berantakan dan—telanjang.
Lian terkekeh geli melihat wajah merah Hanna, dia lantas meraih baju lingerie yang tadi sempat dia lepas.
"Maaf," katanya seraya memakaikan lingerie itu pada Hanna lagi, dia kemudian mengambil selimut yang ada di sampingnya dan membungkus tubuh Hanna dengan itu. "Sudah, aman."
"Ih! Masa gini, nanti anak-anak—"
"Princess!" teriakan itu terdengar kencang dan melengking, membuat Hanna dan Lian melihat ke arah suara itu berasal.
Koa sedang berdiri dengan senyum lebar, diikuti Kay yang baru saja masuk melewati pintu depan.
"Koa, kayanya kita datang kurang tepat waktu," sindir Kay berkata pada anaknya yang mulai berjalan ke arah ruang TV.
"Princess, sudah sembuh?" tanya Koa langsung naik ke atas sofa dan memaksa masuk ke pangkuan Lian yang masih Hanna duduki.
"Ahhh, iya, Koa. Aku sudah sembuh," jawab Hanna langsung memberi ruang agar Koa bisa masuk antara dia dan Lian.
"Aduh, kalian ini seperti pengantin baru," komen Kay yang langsung pergi ke kamar tamu untuk menidurkan anak perempuannya, dia tidak lagi sungkan-sungkan keluar masuk rumah itu. Sekarang Kay menjadi ibu muda anak dua seperti pada umumnya, sangat cerewet tapi perhatian.
"Kau tidak menyapa pamanmu, Boy? Setelah melihat Hanna?" tanya Lian yang dibelakangi oleh Koa, anak itu bersender di dadanya dan menghadap ke arah Hanna.
"Pa! Biarkan aku mengobrol dengan Princess!" amuk Koa membuat Hanna menahan tawanya, sedangkan Lian menunjukkan raut perlawanan. "Princess dingin?"
Hanna menaikkan alisnya, dia lantas melihat selimut yang melilit tubuhnya sekarang. "Iya, princess izin ganti baju dulu, ya? Koa pesen makanan untuk makan malam, kita makan sama-sama."
"Pizza? Koa mau pizza!"
"Hm? Ya! Paman bisa pesenin kamu pizza yang jumbo, iya, kan, paman?" todong Hanna seraya berdiri dari duduknya dan melihat Lian.
"Ya, pergilah ganti baju dulu," ucap Lian mengalah dan membenarkan posisi duduk Koa di pangkuannya.
Hanna kemudian tersenyum manis dan berjalan meninggalkan ruang tv untuk mandi dan berganti pakaian, karena dia merasa badannya lengket sekarang.
Setelah selesai dengan ritualnya, Hanna turun ke bawah dan melihat makanan sudah terpajang di atas meja. Begitu juga Lian, Kay, dan Koa yang sudah berada di meja makan. Baru saja Hanna akan menyusul, suara bel berbunyi. Dia mengurungkan langkahnya ke dapur, langsung menuju ke arah pintu dan membukanya.
"Selamat malam, Hanna."
❤️
Ada yang memiliki rekomendasi nama untuk cerita baru saya? Komen di sini ya!