"Mama sama papa mau beli tiket nonton pertandingan kamu, biar dapat kursi depan. Sekalian belanja,"ucap sang ibu, mengusap kepala sang anak di muka pintu.
Rina mengangguk, dia senang melihat orang tuanya antusias.
"Nanti jangan lupa jamu pelatih mu. Ga ada Bibi yang bisa bantu," sang ibu mengingatkan sang anak.
Setelah menitipkan banyak hal kepada Rina, sepasang suami istri itu pun pergi, meninggalkan Rina seorang diri di rumah, menunggu kedua pelatihnya datang untuk diskusi strategi.
Tak lama, Bagas dan Sofia tiba. Mereka menuju ruangan rapat yang biasa digunakan orangtua Rina. Ruangan yang cocok untuk berdiskusi.
Seharusnya begitu.
Tapi saat mereka masuk, ruangan itu sangat berantakan. Bekas makanan dan kertas berserakan di mana-mana.
"Bibi datangnya nanti sore, jadi ga ada yang beresin," ucap Rina baru teringat bahwa pembantu rumahnya sudah izin telat datang.
"Apakah ada ruangan lain yang bisa digunakan?" tanya Sofia.
Rina menimbang ruangan mana yang bisa digunakan, sampai akhirnya dia memutuskan untuk menggunakan kamarnya sendiri.
"Ruangan lain ga tahu berih apa engga, jadi di sini aja," kata Rina mempersilahkan sofia dan Bagas masuk.
Kamar Sofia cukup luas, sehingga nyaman jika digunakan untuk berdiskusi. Rina hanya perlu memindahkan white board.
Diskusi mengenai persiapan lomba yang akan dilangsungkan pada lusa, berjalan lancar. Rina menyimak semua pemaparan dari Sofia dan Bagas, tanpa melewatkan satupun penjelasan. Karena bagi Rina, ini adalah kesempatan terakhirnya.
Saat diskusi hampir selesai, Sofia menerima panggilan telepon dan mengharuskannya untuk pamit lebih awal. Terpaksa, Bagaslah yang harus menyelesaikannya.
Tidak ada hal yang aneh ketika Bagas menjelaskan bagian akhir dari diskusi, sama seperti sebelumnya, Rina menyimak dengan seksama.
"Sebagai penutup, ingat jangan stress, rileks adalah kuncinya. Semakin kamu tegang dan tertekan, semakin buruk permainanmu!" tutup Bagas sambil membereskan peralatannya.
Awalnya Bagas tidak memikirkan hal aneh selain persiapan lomba Rina, namun saat dia mengakhiri diskusi dan menoleh pada Rina yang duduk di atas ranjang, perhatiannya pun tertuju pada paha putih dan indah milik Rina.
"Bagaimana caranya untuk rileks? Aku bahkan sulit tidur sejak kemarin. Aku takut gagal lagi mendapatkan emas," Rina mencurahkan isi hatinya kepada Bagas.
Bagas menelan ludah. Dia tergoda oleh keindahan duniawi yang tersuguh di depan matanya.
"Tapi kamu tidak boleh tegang, setidaknya sampai hari-H," tukas Bagas bangkit dari posisinya kemudian melangkah mendekati Rina.
Langkah kaki Bagas terhenti tepat di depan Rina, yang duduk di atas ranjang, dengan kaki terjuntai.
"Iya pak, Rina paham. Tapi bagaimana mengatasinya? Apa bapak tahu caranya?"
Sekali lagi Bagas menelan ludahnya, ini seperti ikan yang menawarkan dirinya untuk di makan.
Dengan jantung yang berdegup keras, Bagas menjawab. "Ya, kau mau coba?" tanya Bagas.
"Boleh, bagaimana caranya?" Tanya Rina excited. Semua yang bersangkutan dengan lomba renang, membuat Rina bersemangat.
"Di pijit. Otot yang tegang akan di lemaskan, sehingga membuatmu menjadi lebih rileks. Aku bisa membantumu, jika mau. Kamu mau?"***
Untuk kelanjutannya kalian bisa baca di Karya karsa.
Caranya: 1. Buka karya karsa, pastikan kalian punya koin yaaaa...
2. Cari akun: Chocolate213. Klik trus cari deh karya ku yang judulnya: privat Renang
Atau cara lainnya: cek profil wattpad ku, cek bagian pengumuman, klik link yang di sertakan.
***
Dapat apa aja sih di karya karsa, dengan harga 5k?
1. Cerita full 9,3k word/ 65 halaman
2. Free pict mantap.Masih ada beberapa tambahan lainnya 🥳
KAMU SEDANG MEMBACA
Privat renang 18+
Romanceselama lima tahun terakhir, Rina tidak pernah lagi mendapatkan mendali emas dalam cabang olahraga renang yang dia ikuti. Suatu hari, dia mendapatkan pelatih baru. dua hari sebelum perlombaan yang menentukan nasibnya, Rina tak sengaja berhubungan s...