Namanya Rinea Lovely, atau yang akrab dipanggil dengan Rina. Sejak kecil Rina sangat hobi berenang, sehingga orang tuanya membuatkan kolam renang indoor, hanya untuk menunjang hobi sang anak yang mereka yakini, akan memberikan hasil atau prestasi di masa depan.
Orang tua Rina memfasilitasi semua kebutuhan Rina dalam mengembangkan bakatnya sebagai atlet renang, tidak hanya kolam, Rina juga difasilitasi pelatih dan klub renang, yang dia hadiri setiap dua kali dalam satu minggu. Semuanya benar-benar difasilitasi dengan baik, sehingga Rina bisa fokus mengasah bakatnya.
Hal itu membuahkan hasil, saat masih SD Rina berkali-kali menjuarai kompetisi renang, namun saat dia menginjak usia remaja kemampuannya justru meredup atau lebih tepatnya ada penantang yang lebih hebat.
Sejak kelas 2 SMP, Rina tak lagi merasakan manisnya medali emas seperti sebelumnya, Rina terjebak di peringkat 2 selama beberapa tahun. Rina tak mampu mengalahkan si juara bertahan yang selalu mengalahkan Rina.
Orang tua Rina tidak pernah memaksa untuk juara 1, hanya saja Rina merasa kecewa, dirinya tidak bisa memberikan yang terbaik, ketika orang tuanya sudah memberikan yang terbaik.
Di pertengahan Sekolah Menengah Atas, orang tua Rina sempat berdiskusi kepada Rina, untuk menghentikan sementara les renang Rina, agar Gadis itu bisa fokus pada tujuan yang lain, selain renang.
Rina setuju dengan pendapat orang tuanya, tapi dia tidak bisa meninggalkan rutinitas yang sudah dirinya jalani selama bertahun-tahun. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya Rina memutuskan untuk melanjutkan.
Tentunya keputusannya ini juga diikuti oleh sebuah konsekuensi, jika Rina tidak bisa mendapatkan peringkat pertama dalam olimpiade yang akan datang, maka Rina harus mengurangi kegiatan renangnya, yang semulanya 5 kali dalam seminggu, berubah menjadi satu kali dalam seminggu.
Tentu saja hal itu membuat Rina tidak terima, tapi Rina tidak punya pilihan, selain menyanggupi tantangan dari orang tuanya.
Saat ini Rina sedang duduk di ruang tamu, bersama kedua orang tuanya, menyambut pelatih baru yang akan membimbing Rina selama beberapa waktu kedepan.
Pelatihnya adalah seorang pria bernama Bagas. Pria bertubuh atletis yang mungkin usianya sekitar 28 atau mungkin 30 tahun. Bukan hanya Bagas seorang, ada seorang wanita yang dikenalkan sebagai trainer yang akan memeriksa perkembangan latihan Rina sekali seminggu.
"Kali ini, lakukan dengan lebih baik," kata sang ayah menyemangati putrinya yang tampak senang, karena memiliki pelatih baru, sekaligus trainer atletik yang akan mengevaluasi kemampuannya.
"Rina sayang mama, papa!"
Gadis itu benar-benar bahagia, memeluk kedua orang tuanya karena merasa senang akan fakta, bahwa mereka tetap memberikan dukungan penuh terhadap Rina.
Setelah perkenalan singkat itu, Bagas dan trainer yang bernama Sofia, diajak melakukan room tour singkat oleh orang tua Rina.
Sesi perkenalan itu pun berakhir.
***
Keesokan harinya sekitar pukul tiga petang, sesuai waktu yang dijanjikan untuk latihan, Bagas sudah berada di tempat latihan, begitupun dengan Rina yang lengkap dengan pakaian renangnya.
Mereka pun memulai sesi private renang.
Meski berganti pelatih, pada dasarnya, jenis latihan mereka hampir sama, mungkin hanya ada beberapa yang berbeda dari pelatihan Bagas. Rina menyukai sistem latihan yang diterapkan oleh Bagas.
Semuanya berlalu begitu saja, hari demi hari, Rina rutin latihan bersama Bagas, lalu sekali dalam seminggu, akan ada pemeriksaan oleh Sofia. Semuanya berlangsung cukup menyenangkan dan membuat Rina semakin yakin, bahwa pada kesempatan kali ini, dia bisa mendapatkan medali emas, seperti yang dia janjikan kepada orang tuanya.
Medali emas yang sudah hampir 5 tahun tidak dia sentuh lagi.
Di sisi lain Bagas memperhatikan Rina yang sedang melakukan pemanasan. Gadis Itu tampak indah di matanya, tubuh sintal dengan lekukan di beberapa tempat yang pas, sehingga terlihat indah, dalam balutan pakaian renang yang ketat.
Sudah 2 bulan Bagas melatih Rina, selain karena gaji dan fasilitas yang diberikan oleh tuan rumah, Bagas sangat menikmati pekerjaannya ini.
Selain bertubuh indah, Rina juga berpemikiran polos. Pada beberapa kesempatan, tak jarang, Bagas menyentuh beberapa area sensitif seperti, bokong, payudara, bahkan, tangannya dengan lancang menyentuh celah paha bagian dalam, dengan berbagai dalih, yang pada akhirnya tidak diprotes oleh Rina.
Seperti kali ini Bagas akan mengambil kesempatan.
Bagas bangkit dari posisi duduknya, mendekati Rina yang sedang melakukan pemanasan punggung, dengan cara merunduk alias menungging dengan kaki yang dirapatkan dan tangan, terjulur lurus ke depan.
Plak...
"Bungkukkan lagi badanmu!"
Sebuah tamparan mendarat pada bokong Rina. Gadis itu sempat terkejut, namun dia mengabaikannya dan fokus pada pemanasan. Karena dia menganggap itu hanya sebuah teguran biasa.
"Awhh... iya..."
Rina membenarkan posisinya, namun sepertinya Rina masih belum memuaskan sang pelatih, terbukti dengan tangan Bagas yang kembali menempel pada salah satu bokongnya, kemudian tangan itu meremas bokong Rina.
"Kepala jangan di tundukkan!" tegur Bagas.
"Iya!"
Dari sisi Rina, gadis itu benar-benar tidak memikirkan hal buruk terhadap sentuhan yang dilakukan oleh Bagas, karena yang ada di dalam pikirannya, ini adalah bagian dari latihan. Berbeda dengan Bagas, yang bermaksud untuk bermain-main, dengan tubuh indah milik Rina.
Setelah melakukan pemanasan seperti yang diinginkan oleh sang pelatih, Rina memulai latihan renang.
Tidak ada istimewa dari latihan harian mereka, sesekali Bagas akan membantu Rina dalam membenarkan gerakan yang kurang tepat.
Tentu saja itu tidak murni sekedar membenarkan gerakan, bagi Bagas itu adalah kesempatannya, untuk menyentuh area dada ataupun area lainnya yang ingin disentuh.
"Pelann... bernapas perlahan..." ucap Bagas mengusap dada Rina, dengan tangannya menahan bokong gadis itu.
Saat ini Rina sedang berlatih renang gaya punggung. Gerakan yang paling sulit untuk Rina lakukan, tapi berkat bantuan Bagas, kini Rina melakukannya dengan lebih baik. Sedangkan Bagas, dia sangat suka ketika Rina ingin mengasah kemampuan renang gaya punggungnya, karena itu adalah kesempatan paling banyak, untuk dirinya menyentuh area sensitif milik Rina.
Bagas mengambil beberapa langkah mundur, membiarkan Rina berenang dengan gaya punggung, sedangkan dirinya memperhatikan gerakan gadis itu, sambil matanya tak bisa teralihkan dari dada sintal yang selalu ingin dirinya remas secara langsung, tanpa balutan baju renang.
"Itu pasti menyenangkan!" gumam Bagas sambil memperhatikan Rina dari kejauhan.
Setelah hampir 2 jam melakukan latihan sore, seperti hari sebelumnya, mereka pun mengakhiri sesi latihan renang.
Rina duduk di atas lantai keramik dengan kaki yang terbuka, Gadis itu melakukan pendinginan untuk merenggangkan ototnya.
Bagas mendekat, duduk di hadapan Rina, berlagak seolah ingin membantu gadis itu. Padahal, dia hanya ingin mencari kesempatan.
Dari posisi Bagas duduk, dia bisa melihat lipatan vagina yang terlihat tembem, di balik pakaian renang, yang mencetak seluruh bagian tubuh gadis itu, ditambah air yang membuatnya terlihat semakin indah dan menggugah selera.
Bagas menelan ludahnya, dia sudah sering kali melihat adegan ini dan ingin sekali rasanya menelanjangi gadis di hadapannya, lalu menanamkan penisnya ke titik terdalam. Tapi pada akhirnya, dia harus bersabar, dia tidak boleh terburu-buru agar tidak kehilangan kesempatan besar di masa depan.
"Ngomong ngomong, seminggu lagi kamu akan mengikuti Olimpiade, kan? " Bagas mengingatkan Rina.
"Iya. Aku sudah tidak sabar. Pelatih Sofia bilang, aku semakin baik," Rina sangat excited ketika membahas pertandingan yang akan datang.
"Tentu saja, kan aku pelatih mu!" Bagas tak mau kalah.
"Bapak benar."
Rina terkekeh kecil melihat Bagas menyombongkan dirinya. Tapi, itu tidak salah, karena memang yang melatihnya secara intens adalah Bagas, dan perkembangan dari minggu, ke minggu, adalah hasil dari pelatihan yang diberikan oleh bagas.
Bagas bangkit lebih dahulu, mengulurkan tangan kepada Rina, membantu gadis itu untuk berdiri dari posisinya saat ini.
Setelah bercakap-cakap singkat akhirnya Bagas pun pulang, sedangkan Rina memutuskan untuk membersihkan dirinya agar bisa istirahat lebih awal. Rina harus menjaga kondisinya, karena sebentar lagi dia akan mengikuti perlombaan.
Sebuah penentu, apakah dirinya tetap bisa melanjutkan kegiatan renang seperti biasa, atau dirinya harus mengucapkan selamat tinggal.
Rina benar benar berharap bisa bertahan.
"Aku benar benar tidak sabar."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Privat renang 18+
Romanceselama lima tahun terakhir, Rina tidak pernah lagi mendapatkan mendali emas dalam cabang olahraga renang yang dia ikuti. Suatu hari, dia mendapatkan pelatih baru. dua hari sebelum perlombaan yang menentukan nasibnya, Rina tak sengaja berhubungan s...