Dua pekan telah berlalu semenjak hari dimana Bara meninggalkan Nadya di kedai eskrim dan berkata akan kembali lagi untuk menjemput gadis itu. Dan hari itu, adalah hari terakhir Bara melihat Nadya, sebab setelah kejadian itu Nadya tidak lagi terlihat sampai sekarang ini.
Sebetulnya Bara merasa menyesal karena telah meninggalkan gadis itu disana dan tidak kembali lagi untuk menjemputnya. Bara merasa khawatir pada Nadya sejak hari itu hingga sekarang. Ingin meneleponnya Bara tidak punya nomornya, ingin mencari kerumahnya Bara tidak tau dimana letak rumah Nadya.
"Semoga dia masuk sekolah hari ini," ucap Bara pelan sebelum akhirnya ia menutup jendela kamarnya dan segera mengambil tas lalu segera meninggalkan kamarnya.
"Bara! Ambilkan ayah air minum!" Bara menghentikan langkahnya saat mendengar suara ayahnya.
Pemuda itu menoleh pada ayahnya yang baru saja keluar dari kamar dan berjalan dengan sempoyongan. Bara menebak kalau ayahnya pasti habis mabul semalam, makanya ia terlihat seperti itu.
Menghela napas pelan, Bara segera melangkah menuju dapur dan mengambil segelas air minum lalu dibawa dan diberikan pada ayahnya.
"Jangan terlalu sering mabuk, Yah." ucap Bara lembut.
"Kenapa memangnya?! Terserah saya lah!" sentak ayahnya yang hanya bisa dibalas helaan napas oleh Bara.
Bara hanya diam tak ingin membalas perkataan ayahnya lagi. Sebab Bara tau jika ia berkata sekali lagi, pasti ayahnya akan murka dan mengamuk.
"Bara pamit ya, Yah." ucap Bara laku segera berlalu dari sana.
***
Sesampainya disekolah, Bara memarkirkan sepedanya di tempat parkiran khusus untuk sepeda. Setelah selesai, Bara segera berjalan pergi meninggalkan parkiran. Tapi baru beberapa langkah, Bara melihat Nadya yang baru saja turun dari mobil. Bara tersenyum lega karena akhirnya ia bisa melihat gadis itu kembali. Dengan langkah cepat, Bara berjalan menuju Nadya yang belum menyadari keberadaannya.
"Nadya, kamu kemana aja baru keliatan?" tanya Bara ketika ia sudah berdiri tepat disamping Nadya.
Nadya menoleh dengan air muka yang kaget melihat keberadaan Bara yang tiba-tiba. "Eh, Bara, kamu apa kabar?" tanya Nadya.
"Harusnya aku yang tanya, Nadya... Kamu dari mana aja? Apa kamu baik-baik aja?" tanya Bara khawatir.
Nadya hanya tersenyum tipis lalu segera pergi dari sana. Bara merasa ada yang berbeda dari Nadya, karena biasanya gadis itu tidak seperti ini.
"Kamu mungkin marah sama aku karena waktu itu aku ga nepatin janji buat jemput kamu, Nad." kata Bara.
Nadya tidak membalas, ia bersikap seolah-olah tuli dan tidak mendengar apa kata Bara, ia hanya fokus pada langkahnya menuju kelas.
"Waktu itu aku—"
"Gausah di jelasin, Bar. Aku ga marah kok, aku juga gapapa." sela Nadya lalu tersenyum pada Bara.
Bara diam, ia sangat merasa bersalah pada Nadya. Meskipun Nadya bilang ia tidak apa-apa dan tidak marah, tapi tetap saja Bara merasa bersalah.
"Nad, istirahat pertama aku teraktir dikantin ya?" tawar Bara.
Nadya terkekeh pelan. "Tiba-tiba banget, dalam rangka apa nih?" tanya Nadya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan benarkah kau Mendengarku?
Teen FictionBara kira, hidupnya yang bahagia dan keluarganya yang sempurna akan bertahan lama. Bara kira, Ayah dan Ibunya adalah tempat pulang paling nyaman. Dan Bara kira, semuanya akan baik-baik saja. Namun kenyataannya, keluarganya hancur, ia tak punya temp...