2. Olivier Blackwell

214 63 10
                                    

Semua karyaku tersedia dalam bentuk ebook, pdf, playbook dan juga tersedia di karyakarsa. Mampir ya, jangan lupa dukungannya. Akun karyakarsa-ku AokiRei sama dengan nama akun wattpadku. Yang mau pdf bisa kontak di no 081917797353

Jangan lupa tinggalkan jejak yah. Happy reading.

💗💗💗💗


Clark menatap berkas di hadapannya cukup lama sebelum akhirnya menyerahkannya pada Olivier. "Aku memilihmu menjadi pemilik baru tanah perkebunan ini karena aku tahu kau tidak akan melakukan apa pun yang kelak akan merusak tanah itu. Perkebunan itu adalah tempat yang paling disukai mending istriku dan aku harap kau menepati janjimu untuk tidak merusaknya."

Olivier meraih berkas dari tangan Clark, membaca isinya lalu kembali menatap Clark yang duduk di hadapannya. "Kalau kau begitu menyayangi serta mengkhawatirkan perkebunan itu, seharusnya kau tidak melampiaskan kesedihanmu dengan berjudi, jadi kau tidak kehilangan tempat itu seperti ini."

Clark menghela nafas. Salahnya memang yang melampiaskan kesedihan atas meninggalnya sang istri dengan berjudi. Seharusnya memang tidak seperti itu, tapi saat itu ia merasa sudah tidak memiliki apa pun di dunia ini selain istrinya. Ia bahkan berharap saat istrinya meninggal, Tuhan juga mencabut nyawanya agar bisa selalu bersama sang istri.

"Aku tahu tindakanku sudah sangat salah, tapi penyesalan memang selalu berada di akhir bukan? Sekarang aku hanya bisa menyesali semuanya karena aku tahu semua sudah terlambat untuk diperbaiki. Kehilangan sosok wanita yang sangat aku cintai benar-benar membuatku hancur hingga membuatku tidak ingin hidup lagi."

"Kalau begitu berdoalah agar Tuhan segera mencabut nyawamu hingga kau tidak harus menderita lagi karena merindukan istrimu."

Clark tertawa. Ia sama sekali tidak tersinggung dengan perkataan Olivier. Sejak dulu Olivier memang terkenal bermulut tajam, tapi apa yang Olivier katanya memang benar. Ia selalu berdoa agar Tuhan segera mempertemukannya dengan sang istri.

"Inilah yang aku sukai darimu, anak muda. Kau selalu mengatakan hal-hal menyakitkan yang tidak bisa dikatakan orang lain padaku. Aku tahu dibalik ucapan kasarmu kau akan menjaga milikmu dengan baik, tidak sepertiku. Itulah alasan kenapa aku menjual perkebunan ini padamu. Kau pria yang bertanggung jawab dan Aku menyukaimu."

"Yang pasti aku membelinya untuk bisnis bukan untuk menjaga kenanganmu bersama mendiang istrimu."

"Aku tahu tapi tetap saja aku yakin kau akan menjaganya dengan baik. Aku juga berharap kau bertemu jodohmu disana agar kau menjaga tempat itu dengan baik seperti aku yang bertemu mendiang istriku di tempat itu."

"Aku sudah memiliki wanita yang akan mendampingiku."

"Tapi aku tahu kau tidak mencintai wanita itu."

"Sok tahu."

"Aku tahu karena jika kau mencintai wanita itu, kau akan menggunakan kalimat yang berbeda saat menyebutnya. Kau akan mengatakan jika kau sudah memiliki wanita yang kau cintai, bukan wanita yang akan mendampingimu."

Olivier berdiri. "Sebaiknya kau jalani saja harimu dengan baik dan berhenti berjudi. Gunakan uangmu dengan bijak agar kau tidak kesulitan lagi. Aku akan pergi. Jika ada yang perlu dirubah dari perkebunan itu aku pasti akan merubahnya, tapi jangan khawatir, aku tidak akan merusaknya dan membuatnya menjadi semakin buruk."

Clark tersenyum. "Aku tahu. Semoga kau selalu bahagia, dan benar-benar menemukan wanita yang kau cintai, Olivier."

Olivier mendengkus ketika mengingat kalimat terakhir yang Clark ucapkan padanya sebelum mereka berpisah.

Semoga ia selalu bahagia.

Kenyataannya Olivier tidak selalu bahagia. Ada banyak hal-hal yang membuatnya marah bahkan sedih, tapi ada satu kejadian yang membuat Olivier merasakan kedua hal itu dalam waktu bersamaan. Marah dan juga sedih. Sialnya, Olivier tidak bisa melakukan apa pun karena keterlambatannya mengetahui apa yang telah terjadi.

Seharusnya Olivier tidak mencintai seseorang sebesar ini sehingga ia tidak harus merasa begitu marah dan terluka hanya karena kepergian wanita itu yang sangat mendadak.

Olivier menghela nafas panjang, menghirup aroma segar dari perkebunan miliknya ketika mulai memasuki wilayah Cornwall. Syukurnya hal itu cukup bisa membuatnya lebih tenang dari sebelumnya.

Memang sudah sejak lama Olivier mengincar tempat ini. Ia rela memenuhi persyaratan yang diberikan Clark padanya demi mendapatkan tanah perkebunan itu. Syukurnya diantara sekian banyak orang yang menawarkan diri untuk membeli perkebunan itu, Clark menjatuhkan pilihan padanya.

Selain karena perkebunan ini memang potensial untuk dikembangkan, sebenarnya ada alasan lain kenapa Olivier bersikeras membeli tanah perkebunan ini. Ia enggan mengakuinya tapi memang itu jugalah alasan kenapa ia merogoh banyak uang untuk membeli tanah ini. Semua dilakukan karena wanita di masa lalunya.

Olivier menggeleng. Seharusnya ia tidak perlu mengingat wanita itu lagi. Hubungan mereka berakhir sudah sangat lama. Ia bahkan tidak tahu apakah wanita itu masih hidup atau tidak karena mereka sudah tidak pernah berhubungan kali. Wanita itu hilang seolah di telan bumi. Satu hal yang Olivier sadari, ia tidak boleh mengingat apa pun tentang wanita itu lagi. Ia harus melangkah ke depan. Memastikan hidupnya berjalan dengan baik tanpa bayang-bayang masa lalu yang sangat ingin dilupakannya.

Ironisnya semakin Olivier berusaha keras melupakan wanita itu, semakin sulit Olivier melupakannya. Lihat saja apa yang saat ini dilakukannya. Ia bahkan membeli perkebunan teh hanya karena ia tahu wanita di masa lalunya sangat menyukai perkebunan teh.

Terlambat untuk membatalkan semuanya. Sekarang perkebunan teh ini sudah menjadi miliknya. Yang harus Olivier lakukan adalah bagaimana cara menjadikan perkebunan teh ini salah satu ladang uangnya, bukan malah menjadikannya ladang untuk mengingat masa lalu.

Olivier menghentikan kuda miliknya begitu rumah utama terlihat di kejauhan. Rumah itu memang terletak di atas bukit yang cukup landai. Olivier yakin rumah itu memang sengaja di bangun ditempat yang sedikit lebih tinggi agar si pemilik bisa melihat seluruh perkebunan dari rumah itu.

"Apa ada masalah, My Lord?" tanya Chris karena Olivier berhenti mendadak.

"Tidak ada. Ayo kita lanjutkan perjalanannya."

Olivier menarik tali kekang kuda dan kembali melajukan kuda miliknya diikuti Chris di belakangnya. Tidak begitu jauh dari rumah, Olivier turun dan menyerahkan kudanya pada Chris.

"Dari sini aku akan berjalan sendiri. Kau bisa kembali terlebih dulu. Sampaikan kepada kepala pelayan kalau aku akan segera tiba agar dia bisa menyiapkan kamar untukku."

"Baik, My Lord."

Olivier berbalik, berjalan kaki menuju rumah. Ia memang sengaja melakukannya untuk menikmati suasana sejuk perkebunan yang menyejukkan.

Sesampainya di rumah, Olivier menyelinap melalui pintu belakang. Ia ingin melihat rumah itu sendirian untuk memastikan keadaan properti yang saat ini telah menjadi miliknya. Tapi baru saja melangkahkan kaki di halaman belakang rumah, kedua manik coklat Olivier menyipit menyaksikan seorang wanita tengah berdiri tepat di depan pintu belakang. Entah apa yang wanita itu lakukan tapi melihat dari pakaian yang dikenakannya, Olivier tahu jika wanita itu bukan salah satu pekerja di rumahnya. Ia memang sudah mengirimkan pakaian pelayan untuk dikenakan para pelayan di rumahnya. Jadi kemungkinan besar wanita itu adalah seorang pencuri.

"Apa yang sedang kau lakukan di rumahku?"

Olivier cukup senang karena melihat wanita itu tersentak kaget begitu mendengar suaranya, tapi rasa senang yang Olivier rasakan menghilang dengan begitu cepat ketika ia bisa melihat wajah wanita yang saat ini berdiri di depannya.

Jantung Olivier langsung berdetak kencang. Darahnya memompa dengan cepat. Sekujur tubuhnya bergetar karena amarah yang melingkupi sekujur tubuhnya. Wajahnya merah padam ketika manik coklatnya beradu pandang dengan manik coklat milik sosok wanita dihadapannya.

"Wanita sialan!!" umpat Olivier.



💗💗💗💗

11112024

ALL ABOUT YOU (BROKEN HEART SERIES #4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang