Bab 1

37 5 0
                                    

Author's note:

Disarankan untuk membaca novel 'Menikah Karna Dendam' part pertama dahulu, supaya tidak bingung bacanya.

Tolong vote, komen dan follow ceritanya ya readers. Biar author tahu feedback dari kalian.

Thanks

***

Dengan tenang, Adit mengelap air yang disiramkan Rina ke wajahnya dengan tisu dan masih melanjutkan kata-katanya yang penuh duri. Dia tak tahu kenapa dia bersikap sekejam ini, yang jelas lidahnya tak mau berhenti untuk menyakiti wanita itu. Apalagi saat mengingat ekspresi jijik Rina kemarin saat dia baru saja membela kehormatannya.

"Melihat dari besarnya kemarahanmu, terlihat sekali kalau perkataanku ada benarnya. Jika tidak, mana mungkin kau terlihat seperti cacing kepanasan kayak gini!" serang Adit lagi.

Rina menggigit bibirnya untuk menahan diri menjelaskan bahwa saat itu dia terlalu mabuk untuk membedakan antara Sam dan bosnya, sehingga kejadian yang memalukan itu terjadi.

Kalau Adit tau yang sebenarnya, pria itu pasti akan mencercanya lagi dan memaksanya untuk mengakui perasaannya untuk bosnya itu. Kalau itu terjadi, Rina pasti akan habis-habisan dihina. Melihat dari sikap Adit dulu padanya waktu menjodohkannya pada Miss Betty, pria itu takkan memberinya ampun saat tau kalau justru sekarang dia yang punya perasaan pada pria itu. Apalagi Rina dulu pernah menolak pria itu dengan kasar dan membuatnya tersinggung.

"Saya rasa penjelasan apapun yang saya berikan, tak akan bisa memuaskan sampeyan, pak! Terserah sampeyan mau berpikir apa!" katanya lelah. Bertengkar dengan Adit sudah menguras banyak tenaganya.

Adit tanpa disangkanya tiba-tiba saja berang. Pria itu melangkah ke arahnya cepat dan memojokkannya tepat di depan meja makan. Pinggangnya sampai menabrak tepian meja makan, saat Adit tiba-tiba saja datang ke arahnya. "Tapi untuk masalah antara kita di toilet malam itu, aku rasa kau tetap harus menjelaskan! Aneh bukan, kau mencumbu pria itu tepat setelah kau melakukan hal yang sama denganku di dalam toilet! Jangan bilang kau lupa... karna aku takkan percaya!" tuntut Adit dengan wajah yang sarat dengan kemarahan.

"Aku mabuk pak! Aku mabuk! Aku bahkan baru mengingat kejadian itu setelah keesokan harinya, waktu berada di ruang kerja Pak Jimmy. Saya tak sadar waktu itu dan melakukan hal yang tidak seharusnya terjadi!" jelas Rina sambil menatap Adit serius.

"Jadi maksudmu kejadian di toilet itu adalah kesalahan dan Sam lah yang sebenarnya jadi targetmu dan bukan aku?!" tanya Adit masih tak mengerti dengan penjelasan Rina.

"Bukan begitu... sudahlah pak, bisakah kita berhenti memperdebatkan ini! Dua-duanya adalah kesalahan bagi saya dan saya janji takkan mengulanginya!"

"Gampang sekali! Kamu pikir masalah ini bisa selesai begitu saja! Kamu tak berpikir sama sekali ya kalau kesalahanmu itu sudah membuat banyak kesalahpahaman di antara para tamu kemaren. Mereka mengira kau dan temanmu itu akan menikah!" hardik Adit sambil menjauh dari Rina.

"Tapi saya nggak bermaksud-"

"Ya... ya... ya... teruskanlah memainkan kartu 'saya tidak bermaksud' milikmu itu. Siapa tau dengan begitu, orang banyak itu akan mengasihimu dan menerima begitu saja penjelasan konyol darimu itu!"

Rina heran kenapa Adit terus saja marah-marah padahal dia sudah berusaha menjelaskan. "Pak, saya capek dimarah-marahi sejak tadi. Saya masih harus menyiapkan makanan buat Moza. Bisakah kita bicarakan ini nanti saja!"

"Ugh... selalu saja menghindar. Sudahlah... pergi aja kalau gitu... aku juga  sudah capek denganmu!" Adit mengambil korannya dan keluar dari ruang makan menuju ke arah taman tanpa menghiraukan pengasuhnya yang sedang meneteskan air mata.

MENIKAH KARNA DENDAM 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang