Chapter 2 - Mimpi buruk

32 7 2
                                    

17.34 pm

Sebuah mobil polisi berhenti tepat di depan sebuah gereja tua yang sudah lama ditinggalkan. Bangunannya tampak lapuk, dengan cat mengelupas dan pintu kayu besar. Beberapa petugas berompi taktis langsung keluar dari kendaraan, mengambil posisi di sekitar pintu masuk, senjata siap di tangan mereka.

 Beberapa petugas berompi taktis langsung keluar dari kendaraan, mengambil posisi di sekitar pintu masuk, senjata siap di tangan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kai, sang kapten, memberi isyarat tangan pada anggotanya untuk bersiap, ekspresinya tegas menandakan betapa seriusnya misi tersebut. Ia memeriksa peralatan, lalu memberi tanda untuk maju. Dengan langkah hati-hati, mereka mulai mengendap-endap, mendekati pintu gereja yang sedikit terbuka.

Begitu pintu terbuka lebih lebar, mereka masuk dengan perlahan, langkah pelan namun pasti. Keheningan mendalam menyelimuti ruang besar penuh debu itu. Minimnya cahaya yang masuk, memberikan nuansa suram di seluruh ruangan. Suara langkah sepatu mereka hampir tak terdengar, tetapi tetap terasa di tengah keheningan mencekam.

Kai memberi isyarat pada timnya untuk menyebar, mengepung gereja tua itu dari berbagai sudut. Bersama beberapa anggotanya, ia melangkah lebih dalam ke ruangan utama, mendekati altar yang remang-remang. Di sana, seorang wanita terlihat bersujud, gaun putihnya berlumuran noda darah yang sudah mengering. Cahaya matahari yang masuk melalui kaca-kaca patri yang pecah sebagian menerangi sosoknya yang tengah bersujud di depan altar. Wanita itu adalah Sarah, buronan kasus pembunuhan yang terkenal dengan keganasannya, yang kini tampak begitu tenang, seolah tak lagi menyadari dunia di sekitarnya.

Noda darah di gaunnya yang sudah mengering, sangat kontras dengan nuansa kudus di sekitarnya. Ia tampak seolah berada di ambang antara kebahagiaan dan kegilaan.
Bibirnya bergerak-gerak dalam bisikan, matanya terpejam dalam penghayatan mendalam.

"Terima kasih, Tuhan," ucapnya pelan namun penuh keyakinan.

"Terima kasih telah mengirimkan dewi penyelamat padaku… Akhirnya, aku bebas."

Tanpa ia sadari, sejumlah polisi telah memasuki gereja dengan langkah-langkah pelan, menyusuri deretan bangku kayu yang lapuk. Di barisan terdepan, Kai, sang komandan, memberi isyarat pada timnya untuk mendekat dalam diam. Wajahnya tegang namun penuh kendali, matanya fokus pada wanita di depan altar yang terlihat begitu khusyuk, seolah tak sadar bahwa akhir dari pelariannya sudah semakin dekat.

Kai mengangkat tangan, memberi sinyal pada petugas lainnya agar mendekat perlahan. Saat itu, Sarah kembali menggumam, mengangkat wajahnya dan menatap lurus ke atas, seolah berbicara langsung pada langit.

"Aku bebas..."

Kai memanfaatkan momen itu dan berjalan mendekat, suara langkahnya kini tak lagi ditahan. Saat Sarah mendengar suara itu, ia perlahan membuka mata dan menoleh, wajahnya berubah pucat saat menyadari kehadiran para polisi yang mengepungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: an hour ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang