III. PETUNJUK

8 0 0
                                    

[PETUNJUK ]

Ketika Wang Yibo menatap intens sosok si kelabang raksasa, tiba-tiba saja sebuah adegan mengerikan terputar di dalam benaknya. Seorang laki-laki menggendong perempuan yang tengah hamil besar, lari tunggang langgang dikejar oleh beberapa ekor kelabang raksasa.

"Suamiku, turunkan aku! Akulah yang mereka inginkan!" Perempuan itu berteriak memohon sambil berurai air mata.

Dengan napas ngos-ngosan dan terengah-engah, laki-laki itu balas berteriak, "Tidak! Kalaupun ada yang harus jadi korban, akulah orangnya. Kamu dan bayi kita harus tetap selamat dan hidup."

Baru saja dia selesai bicara, tiba-tiba seekor kelabang raksasa melilit tubuhnya dan seekor yang lain merampas perempuan yang ada dalam gendongannya. Setelah itu, mereka dibawa masuk ke tengah hutan dan dilempar ke dalam gua di mana seekor kelabang raksasa yang paling besar tinggal.

Melihat kedua mangsa incaran yang berniat melarikan diri pada akhirnya berhasil ditangkap kembali, pimpinan kelabang raksasa itu pun terbahak-bahak puas.

"Aku telah menyelamatkan kalian dari kobaran api itu!" Suara kelabang raksasa itu mampu membuat dinding gua bergetar. Membuat laki-laki dan perempuan itu saling berpelukan karena takut. "Sekarang giliran kalian untuk membalas budi! Jangan harap bisa kabur dari hutan ini!"

"Bunuh aku saja. Aku mohon aku saja, Tuan Siluman Kelabang. Tolong lepaskan istriku." Laki-laki itu pun sujud menyembah dan berulang kali memohon dengan kalimat yang sama.

Akan tetapi, si tua Lin Lou, siluman kelabang malah menertawakannya dan tanpa belas kasihan berkata, "Di malam purnama nanti, kamu akan menjadi santapan lezat untuk anak-anakku. Sematara istri dan bayinya akan menjadi hidangan terlezatku." Setelahnya, dia kembali terbahak-bahak.

Keduanya adalah pasangan suami istri. Sebelumnya mereka nyaris mati di dalam pondok yang sengaja dibakar, tetapi kelabang raksasa itu tiba-tiba muncul dan menyelamatkan mereka. Namun ternyata ... ibarat lolos dari kandang singa, lalu terjebak dalam kolam buaya, mereka seperti hanya diberi cara lain untuk mati. Cara yang sama-sama sadis dan mengerikan.

"Bawa mereka ke gua perjamuan. Sebentar lagi tengah malam tiba, ayo kita berpesta!"

Begitu perintah terlontar, dua kelabang raksasa langsung muncul. Namun, sebelum mereka sempat menyentuh kedua orang itu, sosok kelabang raksasa berwarna putih sudah menyambar mereka terlebih dahulu dan langsung membawanya kabur.

"Keluar kalian!"

Wang Yibo tersentak. Saat itu juga tersadar dan kembali pada kenyataan. Matanya yang memerah laksana bara menatap kelabang raksasa itu dengan hasrat membunuh. Penglihatan barusan adalah petunjuk bagaimana ayah dan ibunya bisa lolos dari dalam pondok yang dibakar. Namun, apa guna selamat dari api jika setelahnya harus menjadi santapan siluman kelabang haus darah?

Mengenang penglihatan barusan, tubuh Wang Yibo gemetaran dan jemarinya meremas kulit pohon hingga hancur. Cairan bening pun tanpa disadari sudah menggenang di peluk mata. Hatinya sakit dan sedih melihat ibunya menangis ketakutan di lantai kotor sambil mendekap perut yang sudah besar, berharap janin yang dikandungnya tetap baik-baik saja.

Semenara itu, ayahnya tidak kenal lelah. Mati-matian berjuang, bahkan rela merendahkan diri memohon untuk keselamatan istri dan buah hati yang masih di dalam kandungan. Jadi, seperti itulah penderitaan yang harus dialami kedua orang tuanya. Dan itu pasti bukan satu-satunya, melainkan hanya salah satunya.

Karena masing-masing tengah fokus pada si kelabang raksasa, tidak seorang pun menyadari apa yang sedang terjadi pada Wang Yibo. Melihat makhluk laknat yang pernah nyaris mencelakai ayah dan ibunya, amarah pemuda itu seperti api besar tertiup angin, tiba-tiba berkobar tidak terkendali. Si Taeyang yang sedang menguasainya saat ini adalah jiwa angkara murka yang tidak tahu bagaimana mengampuni.

Dengan amarah membara, Wang Yibo melompat dari tempatnya. Mengejutkan yang lain, tetapi mereka hanya mampu menatap pasrah ketika mendapati pemuda itu sudah berjumpalitan di udara, dan mendarat tepat di hadapan si kelabang raksasa.

"Apa yang dilakukannya?" Xiang Sanhei menggumam syok. "Xiao Zhan, wajah dan mata Guru Wang itu ...." Gadis itu menatap ngeri karena terakhir kali melihat wajah Wang Yibo merah padam hingga ke matanya, seseorang mati dengan tulang remuk dan tengkorak pecah. Waktu itu Xiao Zhan harus berjuang keras untuk memadamkan amarah Wang Yibo.

"Kita lihat saja dulu sebenarnya dia mau apa." Xiao Zhan membalas dengan tenang.

Si kelabang raksasa terbahak-bahak, meremehkan Wang Yibo. "Nyalimu besar juga---"

Wang Yibo tiba-tiba melenting tinggi, lalu meninju kepala si kelabang yang tidak sempat menghindar. Pada saat terjadi benturan, sekelebat bayangan laki-laki dan perempuan hamil melintas di dalam benak si kelabang raksasa.

Tujuan pukulan Wang Yibo kali ini hanya untuk memberitahukan kepada kelabang raksasa bahwa, dirinya adalah anak dari perempuan yang pernah hendak dimangsanya. Setelah tujuanya tercapai, dia pun kembali mendarat dan berdiri kukuh.

Alih-alih gentar, si tua Lin Lao malah kembali terbahak-bahak. "Aku ingat, aku ingat. Jadi kamu adalah putra Wang Xiao Ru dan Lan Xiantang." Setelah itu, dia pun terbahak-bahak lagi.

Mendengar kedua nama itu disebut, Xiao Zhan pun langsung membeku. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi dengan Mata Rajawali di dalam dirinya apa pun terasa mudah untuk dicari jawabannya. Jadi, dia pun menduga bahwa kelabang raksasa itu adalah salah satu hama yang pernah hadir di masa penderitaan orang tua Wang Yibo.

"Aaaarrrrggghhh!"

Wang Yibo menerjang maju, tetapi Lin Lou tiba-tiba menghilang, lalu muncul lagi tepat di belakangnya sudah dalam wujud laki-laki paruh baya.

"Aku di sini, Anak Muda." Dia berbicara dengan nada mengejek.

Wang Yibo langsung melompat, ketika sudah di udara baru dia berbalik dan langsung meluncur cepat dengan kedua kaki lurus.

"Aaarrrggghhh!" Diiringi raungan panjang dia berhasil menjejak dada si tua Lin Lou dan membuatnya terdorong mundur hingga puluhan hasta.

Akan tetapi, hanya dalam beberapa kedipan mata sosoknya sudah muncul kembali dan langsung melancarkan serangan jarak jauh menggunakan tenaga dalam. Tepat mengenai dada Wang Yibo, tetapi hanya mampu membuat kaki-kaki yang terpancang kuda-kuda kukuh itu terdorong mundur beberapa langkah. Sementara itu wajahnya tetap garang tanpa riak kesakitan.

"Luar biasa," gumam Liu Haikuan takjub. Dia jelas bisa menakar tingkat serangan si tua Lin Lou dan sangat tidak menyangka Wang Yibo sanggup bertahan. Bahkan seperti tidak merasakan apa-apa.

Xiao Zhan hanya diam mendengarkan. Si Taeyang memang jauh lebih totalitas karena dia adalah versi Wang Yibo yang tidak mehan diri. Oleh karena itulah, terlihat jauh lebih kuat dan hebat, padahal sebenarnya sama saja.

"Xiao Zhan, boleh aku mengajukan satu permintaan?" Tiba-tiba saja Xiang Sanhei berbicara seperti orang ngelindur dengan tatapan nanar tetap tertuju pada pertarungan.

"Hmm. Katakan." Xiao Zhan membalas sekenanya.

"Apa pun yang akan Guru Wang lakukan, jangan dicegah." Suara yang tadinya biasa saja perlahan berubah berat karena geram, "Aku ingin kelabang tua jelek itu dicabik-cabik sampai hancur." Di akhir kalimat dia meninju pohon sampai kulitnya tercabik.

[BERSAMBUNG]

NOTE: Kenapa Xiang Sanhei kadang-kadang memanggil Wang Yibo dengan Guru Wang?

Karena ini buku ke-2, jadi penjelasannya pasti ada di buku ke-1. Buku itu ada di akun ZAYLOTUS dengan judul THE LONG JOURNEY. Tapi slow update karena sudah tersedia dalam versi PDF.

PERJALANAN PANJANG MENCARI JATI DIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang