IV. MASUK KE SARANG KELABANG

8 1 0
                                    

[MASUK KE SARANG KELABANG]

Si tua Lin Lou sejatinya adalah manusia biasa pemuja siluman kelabang demi mendapat kekayaan. Namun, lambat laun dia tergoda untuk mempelajari kesakitan dari sang junjungan. Hingga akhirnya, dia pun berhasil menjadi siluman kelabang sakti mandraguna, yang mana setiap malam bulan purnama harus meminum darah dan memakan jantung manusia. Jika korbannya masih perjaka dan perawan maka akan jauh lebih baik lagi. Dari sanalah kekuatan supernaturalnya berasal, membuatnya kebal dan sangat sulit mati.

Dia kalangan siluman, si tua Lin Lou dikenal ganas dan cukup ditakuti. Lebih baik menghindar daripada bermasalah dengannya. Rupanya uar-uar itu bukan hanya omong kosong. Dibandingkan lawan-lawan Wang Yibo yang sebelumnya, si tua Lin Lou adalah satu-satunya yang masih bisa bertahan setelah melewati tiga jurus.

"Aaarrrggghhh!"

Wang Yibo melepaskan tinju tanpa bayangan dari jarak jauh sambil meraung panjang. Kekuatan tidak kasatmata pun melesat cepat di udara, menerobos batas tipis antara khayal dan nyata. Terus meluncur lurus menuju siluman kelabang yang sudah berdiri siaga dengan mata menatap fokus tidak berkedip. Sepertinya sangat percaya diri pasti mampu mengatasi jurus lawan.

Akan tetapi, dia tidak tahu bahwa, selain tidak kasatmata gerakan tinju Wang Yibo ini juga sangat halus dan kecepatannya lebih dari sekadar luar biasa, hanya bisa dirasakan beberapa saat ketika sudah hampir mencapai sasaran.

Inilah saatnya. Angin menyapu wajah si tua Lin Lou hingga rambut kusut masainya tersingkap ke belakang dan segera setelahnya, satu kekuatan tidak kasatmata menghantam wajahnya tanpa memberi kesempatan untuk sekadar mengeluh. Hanya mata si tua itu saja yang sempat melebar sesaat sebelum tubuhnya melayang jauh hingga menabrak pohon dan terjungkal ke tanah.

Sangat menyakitkan, tetapi belum cukup ampuh untuk menaklukannya. Si tua berpenampilan kotor dan kumal itu terbatuk-batuk sambil merangkak bangun, dan berhasil berdiri meskipun harus menyandar pada pohon.

Sambil terengah-engah dan menyeka darah dari sudut mulut, dia menatap tajam. Diam-diam menganalisis jurus lawan dan hal yang sama dilakukan oleh Xiao Zhan.

Apa ini salah satu hasil latihannya bersama Zhou Chenhei? Ide gila siapa? Tinju tanpa bayangan digabung dengan angin membelai sukma. Kecepatan dikombinasikan dengan kelembutan dan kelenturan, bisa menghasilkan gerakan yang sulit dideteksi dan kekuatan yang dahsyat. Perpaduan luar biasa yang pastinya tidak mudah dicapai.

"Waaah, Guru Wang memang luar biasa." Xiang Sanhei terkagum-kagum sambil melongo. Sementara itu, Liu Haikuan hanya diam terpaku.

Tiba-tiba saja si tua Lin Lou terbahak-bahak seperti gila sambil perlahan berdiri tegak. Setelah itu, wajah kotornya tampak lebih berseri karena selalu dihiasi senyum.

"Akhirnya aku mendapatkan lawan yang cukup tangguh," ujarnya bangga dan kembali terbahak-bahak sesaat. Setelah itu, tiba-tiba saja sosoknya menghilang.

Wang Yibo tetap bergeming. Berdiri setenang batu dan hanya bola matanya saja yang bergulir ke sana-kemari. Dari arah kiri dia bisa merasakan pergerakan yang sangat halus, begitu pula dari kanan dan depan. Namun, dari belakang ada pergerakan agresif yang merangsek maju. Tubuhnya tiba-tiba melenting ke udara seperti dilontar pegas, tepat setelah itu ekor kelabang raksasa muncul dan memukul tanah kosong.

Di sisi lain, Wang Yibo pun tidak tinggal diam. Dia mengumpulkan tenaga dalam di telapak tangan kanan, lalu melemparkannya ke tanah. Ledakan dahsyat pun terjadi, tanah dan rumput berhamburan di antaranya juga ada potongan daging dan tulang, bahkan percikan darah.

Siapa pun pasti mengira bahw dia telah berhasil mengahabisi siluman kelabang, tetapi nyatanya suara tawa siluman itu masih terdengar. Menggema, merambat dan memantul di seluruh hutan, seakan-akan ada ratusan suara tertawa serempak.

Selagi yang lain masih celingukan bingung, Wang Yibo tiba-tiba sudah melesat masuk ke dalam hutan sebelah kiri.

"Wang Yibo, berhenti!" Xiao Zhan berteriak sambil melesat untuk menyusulnya. Xiang Sanhei dan Liu Haikuan pun tidak ingin ketinggalan.

Mereka berlari seperti bekerjaran---menerobos semak seperti angin topan---melompat juga berjumpalitan untuk menghindari binatang-binatang yang berkeliaran---adakalanya harus manjadikan dahan-dahan sebagai pijakan supaya bisa mengawasi satu sama lain.

"Aaaarrrrggghhh!" Wang Yibo meraung di kejauhan. Mereka bertiga pun menambah kecepatan laju sampai-sampai hanya terlihat seperti bayangan transparan berkelebat.

Wang Yibo dikepung oleh ratusan kelabang berukuran besar yang mencoba melindungi si tua Lin Lou. Namun begitu, dia tidak tampak panik ataupun gentar. Berdiri tenang, matanya tertuju hanya pada si siluman kelabang yang berdiri di atas batu besar di luar lingkaran anak buahnya.

"Bisa mengalahkan mereka, baru layak melawanku." Si tua itu berbicara dengan nada meremehkan.

"Kalau takut jujur saja. Jangan menjadikan orang lain sebagai tameng dan mengorbankannya." Suara Xiao Zhan terdengar lantang di udara, sosoknya muncul segera dan mendarat di samping Wang Yibo. Begitu pun Xiang Sanhei dan Liu Haikuan.

Siluman kelabang tidak terprovokasi, malah tergelak-gelak seperti sedang kegirangan. Siluman serakah itu memang sedang kegirangan karena  merasa sangat beruntung bertemu orang seperti Wang Yibo. Dia berencana menangkap pemuda itu untuk dijadikan santapan, dengan begitu seluruh kekuatannya juga akan menjadi miliknya.

"Bagus, bagus! Ayo, datang, datanglah semua!" Gelak tawanya kian menjadi-jadi, menjeda sebentar hanya untuk meneriakan perintah, "Serang mereka! Tunggu apa lagi?!" Setelah itu kembali terbahak-bahak.

Ratusan kelabang besar baru hendak maju menyerang, tetapi Liu Haikuan sudah meninju tanah terlebih dahulu. Getaran yang diakibatkan membuat pijakan goyah dan celakanya tanah pun terbelah lebar nan panjang, tanpa ampun menelan sebagian besar kelabang besar yang tidak sempat menghindar.

Wang Yibo, Xiao Zhan dan Xiang Sanhei menyaksikan fenomena itu dengan tenang, karena pijakan mereka kukuh, tidak goyah sedikit pun.

Si tua Lin Lou tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi, hatinya mulai risau. Anak buah nyaris lenyap separuh hanya dengan satu jurus bagaimana mungkin dia tidak risau?

"Apakah begini sudah cukup layak untuk menantangmu bertarung, Kelabang Jelek?" Liu Haikuan berdiri menantang dan terkesan sangat arogan.

Tiba-tiba saja Wang Yibo maju dan berdiri tepat di depan Liu Haikuan. Dia menatap tajam sambil menunjuk ke arah si tua Lin Lou, lalu menepuk dadanya sendiri.

Dia adalah bagianku. Begitulah Liu Haikuan memahami bahasa isyarat Wang Yibo dan dia pun mengangguk setuju.

Sementara itu, Xiao Zhan dan Xiang Sanhei yang tadinya mengira Wang Yibo sudah menggila dan ingin menghajar teman sendiri, langsung menghela napas lega.

"Kalau merasa mampu, kenapa tidak maju saja sekalian?"

Begitu si tua Lin Lou selesai bicara, kelabang-kelabang yang masih tersisa pun segera merangsek maju. Namun, kali ini rupanya Wang Yibo tidak ingin membuang-buang waktu. Dia langsung saja melompat tinggi, lalu berlari di udara dan sesekali menggunakan kepala para kelabang yang berdiri tegak sebagai pijakan.

Saking cepatnya dia terlihat hilang muncul sampai pada akhirnya benar-benar menghilang, membuat mereka semua mendongak mencari-cari.

"Aaaarrrrggghhh!!"

Sesaat kemudian, suara raungannya menarik perhatian dan sosoknya ditemukan tengah mengangkat si tua tinggi-tingi, lalu memutar-mutarnya seperti memutar sekarung daun.

[BERSAMBUNG]

PERJALANAN PANJANG MENCARI JATI DIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang