Bab 1: Awal pertemuan

15 1 1
                                    

"Kamu pindah sekolah ke jakarta" ucap Pria paruh baya, Alena yang mendengar itu menyusul langkah sang kakek, "maksud kakek? Al bakal ulang lagi kelas nya?!" protes Alena tak terima, sang kakek menatap tajam ke arah cucunya.

"Kamu di jodohkan dengan anak teman kakek"

"Kakek kok mendadak begini sih? Setidaknya kakek ngomongin baik-baik sama Al. memangnya Al setuju di jodohin begini?!"

"Kamu berani ngebantah perintah kakek?!" ucap sang kakek membalas membentak Alena.

"Al kan udah bilang sama kakek, kalau Alena gak suka di jodoh-jodohin!"

Kakek mendekat ke arah Alena dan menatap tajam cucu satu-satunya itu, "Kalau kamu menolak perjodohan ini, kakek gak bakal memberikan mu hak waris." Perkataan itu membuat Alena diam mematung, "Ingat perkataan kakek Alena." Setelah mengatakan itu sang kakek meninggal kan Alena.

Alena menatap punggung sang kakek yang masih terlihat tegap dengan tatapan tajam.

"Sialan."

______

Alena menghela nafas, kini ia sedang menunggu jemputan nya. "Pada akhirnya gue ke kota ini." batinnya, tak lama datang sebuah mobil hitam, "silahkan masuk nona" titah sang sopir, Alena pun masuk ke dalam mobil itu.

"Dengan nona Alena Greysia?"

"Iya, saya Alena"

"Baiklah nona, mulai sekarang anda akan tinggal bersama di kediaman Reviendra"

"Reviendra?" Alena merasa familiar dengan marga itu.

"Iya nona, Reviendra adalah bos saya beliau memiliki anak laki-laki, dan laki-laki itu lah yang akan di jodohkan dengan nona Alena" ucap sang sopir

"Siapa nama dia?" tanya alena

"Devan Reviendra" jawab sopir itu

Deg!

"Devan?"batin alena.

Setelah sampai di kediaman Reviendra.

"Selamat datang ke kediaman saya Alena" sambut seorang pria paruh baya, Alena tersenyum canggung, "Eh..iya om".

Alena pun di persilahkan masuk oleh pria itu, "kamu cucunya chris kan?" tanya pria paruh baya itu, Alena mengangguk. "Oh ya kamu bisa panggil saya om andre".

"Anggap saja ini rumah sendiri lena, bibi tolong antarkan Alena ke kamarnya." pinta andre pada seorang pembantu.

"Iya pak, ayo non lewat sini." Alena pun mengikuti langkah pembantu itu.

"Non ini kamar nya, dan ini kuncinya" bibi itu memberikan kunci kamar kepada Alena, "makasih ya bi" jawab Alena, bibi itu tersenyum.

"Kalau ada apa-apa panggil saya ya non, panggil aja bibi ning" ujar bibi ning.

"Oh iya bi, saya Alena".

"Kalau gitu bibi permisi dulu ya non" bibi ning pun kembali ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

Setelah selesai membereskan pakaian, Alena memutuskan untuk berbaring sejenak di ranjang dan menatap langit-langit kamar nya, "Kok gue belum ada liat tuh bocah" batin Alena.

Me And The DevilWhere stories live. Discover now