"Ach, mas," ucapku dengan nada suara sangat terengah-engah, kelelahan karena sudah beberapa menit tidak berhenti.
"Enak sayang?" tanya lelaki yang sekarang berada di hadapan, bergoyang sangat lihai bagai orang yang tengah kesurupan.
"Em ... aku ... aku gak kuat, mas. Tolong sudahi saja, ini adalah yang paling tidak bisa aku tahan." Dengan menelan air ludah, aku pun merasakan keringat yang bergerak sangat kencang membasahi badan.
"A A A A A A A A A A A ... sumpah, oh my god em em em em ... bentar lagi sayang, sebentar lagi sayang." Akhirnya, semua pun ke luar pada bagian yang memang sangat aku sukai, walau pun tidak semuanya mengalir akan tetapi ada juga sebagian yang terjatuh di lantai.
***
Di sebuah pagi dengan kicauan burung burung yang sangat riang, aku masih berada di samping rumah dan menjemur pakaian. Rutinitas ini sudah makanan sehari hari, menjalani semuanya dengan hidup berdua di rumah. Wanita yang tangguh dan tak pernah menyerah demi keluarga, walau pun suami sekarang telah berada di luar kota, aku tidak pernah mengganggu waktunya dalam mencari nafkah.Dia adalah seorang lelaki tampan yang merupakan pemilik PT paling terkenal, perusahaan yang secara turun temurun itu sudah di geluti sejak masih remaja. Untuk saat ini, dia tidak pernah pulang ke rumah. Namanya juga seorang bisnis man, pasti semua akan dia lakukan untuk kedua putrinya bernama kanaya dan Jessica. Aku sendiri bekerja di sebuah perusahaan yang tak jauh dari rumah, menggunakan mobil pribadi sebagai kendaraan setiap hari.
Kebetulan pembantu di rumah sedang tidak masuk karena pulang kampung, sehingga aku yang melakukan semuanya sendiri. Awal mula aku ingin sekali memiliki sahabat dekat, tetapi apa daya di perusahaan tidak ada yang mampu memberikan itu. Bahkan untuk sekadar curhat saja, belakangan ini suami memang jarang pulang karena banyak hal. Salah satunya adalah, karena dia di sibukkan dengan berbagai kepentingan mendadak.
Bahkan aku juga sempat berpikir kalau suami sudah terlalu sering meninggalkan aku. Bahkan, kami jarang berkomunikasi satu sama lain. Pagi ini, ingin rasanya tidak masuk bekerja dan kemarin sudah di setujui oleh seorang pimpinan yang merupakan seorang sahabat dari suami. Kami telah lama dekat, bahkan lebih dekat dengan suami sendiri. Namun, yang namanya rumah tangga ada lika dan liku, sambil meneguk lemon tea, kedua kali ini membangkitkan badan di kamar.
Aku pun bergegas ke sana dan segara mengganti pakaian, setelah beberapa menit mengganti pakaian, kini saatnya tiba untuk pergi. Mengambil tapi rafia di meja rias, akhirnya aku pun menuruni anak tangga lantai dua. Dengan menggunakan mobil pribadi, akhirnya aku bergerak ke luar perkarangan rumah dan melintasi jalan yang hanya ada satu jalur ke luar rumah.
Namaku adalah Sherina, seorang wanita karir yang sekarang sudah punya dua putri. Dia adalah kanaya, dan juga Jessica. Keduanya merupakan putri dari pernikahan aku dengan mas Bram, pasalnya kedua putri sekarang duduk di bangku SMA dan SMP. Sama sama ada di kota, dan keduanya pergi di antar oleh supir pribadiku di rumah. Pak Jarwo namanya, aku sudah sangat percaya pada supir pribadiku.
Walau pun kadang dia mengetahui semua seluk beluk dari perjalanan rumah tangga ku yang tak harmonis dengan mas Bram, dia tahu dan paham. Saking suka nya main tangan, mas Bram sampai tidak segan segan memberikan sebuah tapak tangan yang mendarat di wajah ini. Aku bisa apa, semua telah di alami sangat lama. Sejak aku kenal mas Bram, sampai dia menikahi diri ini sampai saat sekarang.
Belum pernah aku menemukan kebahagiaan, semua itu berubah ketika lima belas tahun lalu. Saat suami sedang berada di sebuah ruang kamar, dan ada wanita di sana. Tepat pada sebuah ruang yang tidak boleh satu pun masuk, ruangan di perusahaannya. Bahkan aku, istrinya dan anak anak nya. Barang siapa yang masih bersikeras masuk, akan menerima hukuman itu. Perselingkuhan suamiku itu hanya jebakan, aku yakin kalau dia adalah orang setia.