Langkah kakinya mundur teratur sambil tersenyum pilu.
Mengangguk sambil menahan segala perasaan sial yang dirasakan sambil memungut kembali kotak bekal dan mundur secara teratur.
Ya, Ayla tidak akan berteriak atau mengamuk atau melakukan drama murahan lainnya karena sangat tahu posisi. Dia tak punya hak untuk marah.
Kecewa? Jangan ditanya! Ayla cukup tahu diri. Bukan! Dia sangat tahu diri dan sadar dengan konsep meminjam, walau tidak akan menduga akan secepat ini datangnya.
Hanya menunduk sambil mencengkram kotak bekal di tangannya wanita itu terus berjalan tanpa arah.
Kepalanya terangkat ketika sadar sedang berada di penyebrangan jalan menuju sebuah taman. Kakinya melangkah ke sana dan hanya duduk terdiam merenungi nasib.
Ayla kehabisan kata untuk mengungkapkan apa pun. Entah bagaimana dia mengungkapkan perasaannya sekarang dan isi kepalanya hanya terisi apa yang suami istri itu lakukan.
"Sedihnya bahkan aku tidak berhak untuk marah atau kecewa. Andai... Aku tak punya perasaan semuanya akan menjadi mudah," keluh wanita itu.
"Bagaimana dengan aku yang terlanjur mencintaimu, Auden?"
Tubuhnya lemas tak berdaya bagai tanpa tulang. Kenapa Auden harus melakukan semua ini padanya?
Untuk apa laki-laki itu mempertahankan dia di sisinya?
Jadi, kebersamaan mereka selama ini tidak berarti apa-apa?
Pernahkah laki-laki itu berpikir sejauh mungkin tentang anak-anaknya?
Anak sudah tiga, sudah sebanyak itu dan sekarang tak ada lagi tiang kokoh dalam rumah tangga itu. Peyangganya telah mencari tiang lain.
"Aku memang tidak pernah berarti apa-apa bagi kamu, tapi bagaimana dengan anak-anakmu, Auden?"
"Apakah kamu akan mengambilnya dariku? Atau malah tidak pernah peduli dengan anak-anakmu yang penting kembali pada istrimu?" tanya Ayla dengan dada yang terasa begitu sesak.
Jika sudah begini yang dia inginkan adalah guling-guling di tanah seperti Heaven.
Sepertinya bagi Auden anak-anaknya hanya jadi benalu agar dia kembali pada istri sempurnanya.
Ayla merasa sedih luar biasa karena ternyata selama ini hanya dia yang menginginkan anak bukan laki-laki itu.
Jika sudah begini, lantas apa yang harus dia lakukan?
Kepalanya terus tertunduk sambil mencabut-cabut rumput hijau di bawah.
"Kebanyakan bersedih memang butuh energi," tegur sebuah suara sambil menyodorkan satu botol minuman dingin berwarna hijau.
Ayla mengangkat kepalanya dan menatap datar lawannya.
Laki-laki di depannya mengangguk sambil tersenyum bermaksud agar menerima pemberiannya.
"Terima kasih," ujar Ayla lemah.
Kepala wanita itu masih saja tertunduk sedangkan lawannya di samping juga ikut terdiam.
"Lama tidak bertemu dan kenapa kamu selalu bersedih?"
Ayla akhirnya kembali mengangkat kepala dan menatap lawan sekilas sambil menarik napas panjang. Kabar gembiranya tidak ada air mata yang terbuang sia-sia.
"Aku juga jadi bertanya kenapa menemui kamu di saat aku selalu bersedih. Apa kamu peri penghibur?" balas Ayla tak mau kalah.
"Bagaimana kehamilanmu?" tanya Peach memecah kecanggungan di antara keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTAI AKU ATAU CERAIKAN AKU!
RomanceKamu hanya punya dua pilihan; MENCINTAIKU atau MENCERAIKANKU! ___ SEASON DUA CERITA BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU. BACA DULU CERITA PERTAMA.