Di lantai tertinggi di sebuah gedung pencakar langit, Aslan duduk di meja kerjanya yang langsung menghadap ke pemandangan kota yang gemerlap. Dia menatap layar laptopnya, kemudian menutup laporan terakhir keuangan proyek apartemen "Marion Residence". Dia tersenyum bahagia karena proyek kali ini mencetak rekor penjualan apartemen terbanyak yaitu 2.187unit dan penyewaan apartemen 3700unit dalam waktu satu bulan.
"Masih enggak nyangka di usia gue yang 29, gue punya ini semua. Satu yang belum gue punya, wanita" ia geleng-geleng kepala karena hanya uang dia pikirkan.
Aslan mengambil wine yang sudah ia tuangkan dalam gelas. Ia berjalan, berdiri di dinding kaca yang sangat lebar sambil memandangi pemandangan kota yang indah ketika dilihat dari atas. Dia tak henti-hentinya tersenyum mengucapkan terima kasih atas dirinya sendirinya atas pencapaian selama bertahun-tahun mengembangkan bisnisnya. Namun, bibir yang semula melengkung ke atas kembali datar, sekretaris pribadinya, Vero, mengetuk pintu dan membawa sebuah amplop exclusive.
"Pak Aslan, ini ada undangan khusus untuk anda" ucapnya sambil menyerahkan kepada Aslan.
Dengan rasa penasaran ia meraih itu dan membuka segelnya. Di dalamnya terdapat kartu undangan yang ditulis dengan tinta berwarna emas, sangat mewah. Undangan itu bertuliskan untuk Aslan dan pasangan. Hal semacam ini sangat sensitif baginya karena usianya yang menginjak kepala tiga masih belum memiliki pasangan. Dia sudah menduga pasti disana ada sesi dimana para tamu undangan berdansa dengan pasangan masing-masing. Dia mengusap wajahnya satu pertanyaan bersarang di kepalanya 'dengan siapa dia akan pergi?'.
***
Sore itu, di sebuah apartemen mewah di tengah kota, Ruby sedang duduk di sofa menikmati secangkir teh sambil membaca novel favoritnya. Gemericik air hujan menambah kesan sahdu. Kini dia bisa pulang lebih awal tanpa harus menetap di kantor sampai larut malam. Momen seperti ini akan ia gunakan sebaik mungkin sebelum pekerjaan berat menghampirinya lagi.
Tiba-tiba suara dering bel pintu mengejutkannya, ia mengernyit karna apabila ada seseorang yang bertamu pasti di hari libur. Dengan rasa penasaran ia menuju pintu dan membuka. Saat ia membuka pintu, ia melihat seorang kurir berdiri dengan ramah dan di tangannya terdapat amplop.
"Selamat sore, Nona. Ini ada kiriman untuk anda"
"Terima kasih" ucapnya sambil membawa amplop itu.
Setelah menutup pintu ia kembali lagi ke sofa dan membuka amplop itu dengan hati-hati dan di dalamnya terdapatnya kartu undangan yang ditulis dengan tinta emas, menambah kesan mewah pada undangan tersebut. Ruby merasa bahwa pesta kali ini bukanlah pesta biasa. Dia membaca undangan itu secara seksama.
Ruby membaca undangan itu berulang kali, berusaha mengingat apakah ia pernah mendaftar untuk acara apa pun. Namun, tidak ada satu pun acara yang terlintas di pikirannya. Pikirannya penuh dengan pertanyaan siapa yang mengundangnya? Mengapa ia diundang ke pesta seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Our World
Romance"Aku tidak percaya akan cinta pada pandangan pertama tetapi saat bertemu dengannya rasanya berbeda" --- Ruby Velentina "Gue masih belum percaya dengan adanya cinta tulus dari wanita. Aaaargghh muak" --- Aslan "Kalau kamu menganggapku cintaku ini tid...