Bagian 1

11 0 0
                                    


Ia benci! Nala benar-benar benci suasana ini!

Suasana dimana banyak huru-hara bahagia memenuhi acara pernikahan dirinya. Ya, gadis bernama Priya Anjani Kanala, harus terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya diusia muda.

Dia benci ini! Benar-benar benci!

Lelah sudah dirinya menentang perjodohan itu, namun hanya teranggap angin belaka oleh orang tua nya. Bagi orang tuanya, ini adalah hal terbaik untuk sang anak bungsunya.

Nala menoleh kearah samping, sialan, menjijikan! Wajah Aksara Nakula, sang dosen yang kini menjadi pasangan hidupnya secara seumur ia bernafas.

Sungguh gadis itu tak sangka. Sekian banyaknya pria, kenapa harus Aksa? Dia bahkan belum mengenal lebih jauh siapa pria itu.

Aksa yang sadar pun mengalihkan pandangan nya kepada Nala yang resmi menjadi istrinya. Ia memasang tatapan tajam dan sulit diartikan.

Nala membuang wajah. Ia lalu mengumpat didalam hati, bisa-bisanya bertatapan dengan pria itu!

Akhirnya ia harus rela hari ini dilalui dengan banyak kekecewaan dihatinya. Bukan hanya tekanan batin, ia juga merasa lelah luar biasa sedari tadi. Berdiri beberapa jam untuk menyalimi tamu sungguh melelahkan.

Terlepas dari itu, ia bangga dengan penampilan nya hari ini. Gaun dan riasan yang ia kenakan membuat kecantikannya memancar hingga menimbulkan sinar berkilau disekujur tubuhnya. Siapapun akan terjerat pesona Nala.

"Hello, Nala! You are very beautiful today!" ucap riang seorang sahabat Nala yang baru datang, Viera.

Viera tersenyum dengan sangat merekah, seolah menikmati hari yang seharusnya bahagia bagi sang mempelai. Berbeda dengan itu, Nala justru hanya tersenyum tipis.

"Oh, no..." Viera tampak menyadari suasana hati Nala yang tak riang itu. Ia baru teringat jika semua ini diluar kehendak Nala, ia dijodohkan dengan orang yang tak ia sukai.

Tak berselang lama, tubuh Nala sudah rapat didekap oleh sang sahabat. Viera dengan halus menepuk pundak Nala, seolah menularkan kebahagian meski sedikit.

Viera lalu menatap sendu kearah Nala. "Darling, the storm will pass. You will be happy after this. Okay? Trust me!" ucap Viera dengan lembut.

Nala menahan isak tangisnya, meski mata tak bisa membohongi. Air mata sudah beberapa inci akan menetes dipipi nya. Ia berusaha tegar. "Yash, Vi. I'm fine" balas Nala sembari membalas elusan tangan Viera.

Viera tersenyum bangga. "Nah, gitu dong!"

Viera lalu menghabiskan waktu beberapa menit untuk mengambil foto dan video bersama sang pengantin. Tak berselang lama, Viera duduk dikursi tamu dan menikmati hidangan.

Lagi-lagi Nala terdiam, tertawa secukupnya bila menyalimi tamu. Semua itu membuat nya lelah.

"Astaga, lama banget!" keluh Nala sudah tak sabar menunggu hari malam tiba, hari dimana ia merebahkan dirinya dikasur dan tertidur pulas.

Gadis itu lalu tampak curi-curi pandang kearah sang mempelai pria. Dia meneguk saliva kasar, merasa suasana mencekam dan beku menjalar ketika wajah pria itu terlihat.

Semenjak resepsi hingga saat ini, mereka sama sekali tak berbicara apapun, itupun hanya sepatah kata.

"Kenapa?" tanya Aksara dengan suara beratnya. Tatapan matanya penuh dengan intimidasi.

Nala hanya menggeleng, ia tak berniat menyahuti perkataan Akasara.

•••

Nala membuka pintu, dia masuk kedalam sebuah kamar dengan nuansa putih dan abu. Dia merebahkan dirinya disana.

Hello, My Lecturer! (Perjodohan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang