Bunyi retakan terdengar nyaring ketika Tul melakukan peregangan tubuhnya setelah duduk berjam-jam di sebuah ruangan besar yang tadinya dipenuhi staf senior perusahaan.
Pria itu melirik jam di pergelangan tangan kirinya, waktu menunjukkan jika jam istirahat yang ditetapkan perusahaan untuk para karyawan telah usai. Setelahnya, Tul beranjak dari sana menggunakan lift untuk turun tiga lantai.
Suara langkah kaki yang terdengar menarik perhatian para pekerja di sana, hanya beberapa detik hingga mereka kembali memusatkan fokus pada layar komputer ataupun beberapa lembar kertas di depan mereka.
Di pojok sana terlihat kantor dengan pintu kaca transparan, bahkan sebelum membuka pintu, Tul sudah tersenyum melihat betapa seriusnya orang yang berada di dalam sana.
"Apakah kau sudah makan siang?"
Suara yang menyapa telinganya membuat Mew sontak menoleh. Atensi pria itu teralihkan pada pihak lain yang baru saja membuka pintu ruangannya dan berjalan mendekat.
"Rapatnya sudah selesai?" Bukannya menjawab, Mew justru balik bertanya.
Tul mengangguk singkat sebelum mendudukkan dirinya di paha sang kekasih dengan posisi menyamping, berada dalam dekapan Mew terasa menyenangkan untuknya.
"Jangan mengalihkan pertanyaan!" Seru Tul menatap tajam pihak lain, tanda kesal.
Mew tersenyum simpul, mengelus pelan pinggang Tul yang terbalut kemeja putih dan jas biru gelap. Matanya melirik sekilas ke arah layar komputer di depan untuk melihat jam dan seketika pria itu meringis pelan, menyadari letak kesalahannya.
"Phi lupa. Maaf," jawab Mew jujur. Tidak ada gunanya beralasan, kekasihnya itu pandai menebak.
"Aku sudah mengatakan untuk jangan melewatkan makan siangmu!"
Mengingat rapat yang baru saja dia hadiri akan memakan waktu menjadikan Tul takut tidak bisa menemui Mew untuk makan siang seperti biasanya. Baik berada di kantor utama ataupun tidak, Tul akan tetap menemui sang kekasih di jam-jam seperti ini dan menjemput pria itu ketika pulang.
"Maaf, sayang... phi salah..."
Tul menghela napas kasar, kedua bola matanya menatap ke arah meja di depan yang begitu sibuk. Beberapa kertas dengan tulisan penuh angka, bahkan layar komputer yang belum dimatikan itu memperlihatkan laporan neraca keuangan.
Bagaimana Tul bisa marah lebih lama, melihat semua itu? Bahkan walaupun pihak lain tersenyum memandangnya, Tul tahu seberapa lelah kekasihnya itu hingga lupa mengurus dirinya sendiri.
"Kalau begitu, ayo temani phi makan, bagaimana?"
Fokus Tul kembali teralihkan ke arah Mew, mengangguk tanda setuju. Namun, sepertinya takdir belum berpihak pada mereka ketika seorang pria yang di kenal sebagai sekertaris mengetuk pintu dan diizinkan masuk.
"Maaf tuan muda, tapi Mr. Tong sudah berada di lobi."
Tul menaikkan kedua alis, terheran, "Bukankah seharusnya dia datang besok pagi?"
"Tadinya Mr. Thanasrivanitchai memang menjadwalkan acara pertemuan dengan Mr. Tong besok, tapi kemudian dimajukan menjadi hari ini, maaf jika saya belum sempat menginformasikan sebelumnya."
Sialan! Tul merutuki pria tua di sana yang berada di kantor cabang, dia sangat kesal sekarang. Siapa yang membuat janji dan siapa juga yang melakukannya?!
"Tidak papa, phi bisa ke kantin sendiri. Pergilah."
Tul tidak menanggapi ucapan Mew, matanya kini menatap nyalang ke arah pihak yang berdiri gelagapan di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/383475459-288-k48777.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart's Return [MewTul]
FantasíaWaktu membawa Tul kembali, bertekad menghapus penyesalan yang menghantui dan mengikat cinta yang tidak akan pernah dia lepaskan. MewTul fanfic LAPAK BL HOMOPHOBIC GA USAH BACA!