bab 86

3.1K 558 48
                                    


"HUUWAA mama!"

   Mereka asik berbelanja sembari terus bercengkrama bersama hingga tidak sadar Renjun sudah menjelajahi sekitarnya.

   Wendy dan oma Rosa baru tersadar saat mendengar suara tangisan putranya.

  Wendy sempat mencari dari mana sumber suara itu hingga dia melihat putranya sudah berada di sawah.

"Renjun" Wendy langsung berlari menghampiri putranya yang sedang di bantu oleh salah satu pekerja di sawah itu.

   Sontak hal itu membuat para ibu ibu yang sedang berbelanja langsung menatap mereka bertiga.

"Ya ampun, kok bisa nyungsep sih nak, lengah dikit kamu bikin mama panik loh" ujar Wendy sembari membersihkan wajah putranya yang penuh lumpur.

"Kasian cucu oma" oma Rosa juga membantu putrinya membersihkan wajah Renjun yang hampir tidak terlihat.

"Ini saya ambilkan air bu, owalah cucunya bu Rosa tah, tadi lari di kejar angsa bu ehh kecebur anaknya" ujar nya membuat mereka langsung menatap angsa yang masih berusaha menyerang, beruntung ada yang langsung memegang lehernya.

"Ngapain sih nak, sampai di kejar angsa hm" Wendy sebenarnya ingin tertawa tapi takut putranya akan semakin menangis nanti.

"Jun ni ma, tu nakal hiks anjil Jun cuk cuk ma, huwaa hiks nakal tu nya" Renjun terus menunjuk angsa yang sudah si tangkap sembari tangan satunya memeluk anak angsa yang dia tangkap.

"Sayang, itu mama angsa marah nak, masak baby nya di ambil, balikin ya, kasian mama nya" ujar Wendy berusaha meminta anak angsa yang putranya peluk erat.

   Entah bagaimana Renjun bisa menangkap anak angsa itu.

  Renjun menatap mamanya sembari tetap sesenggukan, dia langsung melempar anak angsa itu yang langsung berlari mendekati induknya.

"Kita pulang yuk, kotor gini sayang" ajaknya namun Renjun menggelengkan kepalanya.

"Dak" pekiknya, bukannya keluar Renjun sekarang justru semakin bermain lumpur bahkan mendudukkan dirinya di atas lumpur sawah.

"Gak apa apa bu Rosa, cucunya disini aja, biarin main dulu, ibu bisa lanjut belanja aja, saya yang gagain kok" ujarnya.

  Awalnya Wendy yang justru bimbang apalagi melihat semua ibu ibu yang sedang berbelanja menatapnya.

"Titip ya pak" oma Rosa hanya tersenyum sebelum menarik tangan putrinya untuk lanjut berbelanja.

"Bu Rosa cucunya beda ya?"

  Wendy terdiam sejenak memandang mamanya yang terlihat sangat santai.

"Iya Ike, dulu cucu saya yang satu itu pernah hilang waktu balita di sekap dan baru ketemu setelah 15 tahun, kalau saja dia gak di sekap mungkin dia udah seperti saudaranya yang lain, lagian kita juga harus memulai dari nol, mangkanya sifatnya kayak gitu tapi lucu kan cucu saya" ujar oma rosa, Wendy sendiri hanya menunduk sambil memilih beberapa sayuran.

"Nak wendy kenapa nunduk terus, gak apa apa, itu berarti anak nak Wendy istimewa, mungkin tuhan masih ingin agar kalian menebus waktu yang hilang kan, bukankah kalau di sekap sejak dulu nak Wendy kehilangan masa mengurusnya, gantinya sekarang, lagian lucu loh anaknya, siapa namanya, aduh, jangan buru buru balik ke kota deh, bakalan jadi primadona itu, manis lucu ganteng jadi satu loh" bu Ike terus melihat Renjun yang sekarang justru asik mengikuti pak tani yang sedang membajak sawah.

"Namanya Renjun bu" gumam Wendy.

"Lucu banget loh pipinya bulat, pengen tak culik rasanya" bu Eni juga tidak kalah gemas, di kampungnya gak ada yang lucu kayak gitu.







Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang