Menjauhlah, aku bukanlah pemuda yang sempurna untuk di cintai.
_
Kedua Gang motor itu terus saja saling menghajar satu sama lain, sebagian dari anggota BD dan Gangkara sudah tumbang karena kekuatan para anggotanya yang setara.
Tidak bisa di ragukan lagi kalo kedua gang motor itu memang pantas di sebut rival yang sangat seimbang.
Fauzi terus saja menendang mereka dengan kemampuannya yang terkenal dengan tendangan andalan, dan tidak bisa di kalahkan.
Begitu pula dengan ke-empat temen-temennya yang yang sudah tidak di ragukan lagi, apalagi Devano yang menggila karena sudah sangat lama sekali dia tidak menghajar orang, karena dia terus di kurung ayahnya setelah selesai sekolah dan tidak di biarkan kemana-mana.
"Wah anjing! sialan lo maen keroyok. ADOHHH! ALIFF!!" teriak Asep meminta tolong karena dia kewalahan.
Dan Alif pun dengan senang hati langsung menendang punggung kedua musuh itu dengan kakinya dari udara, sehingga membuat mereka tersungkur cukup kuat walaupun pada akhirnya tubuh Alif juga ikut terjatuh di jalan aspal yang keras itu.
"Lo berhutang budi sama gw!" kata Alif menyengir sambil menahan rasa sakit di bokongnya.
"Ahelah, nanti juga gw traktir Bakso."
"Gw pegang janji lo!" jawab Alif yang menerima uluran tangan Asep, dia pun berdiri dan mulai menyerang musuh-musuhnya kembali.
Devano sepertinya sudah gelap mata, dia terus menghajar wakil BD dengan brutal dan membabi buta, seakan-akan dia melampiaskan semua kemarahan dan emosinya ke orang itu. Sampai-sampai bercak darah mulai mengotori seragam putih dan celana birunya, wajah musuhnya pun sudah sangat babak belur tak terbentuk lagi, hidungnya juga banyak mengeluarkan darah, apalagi di bagian mata.
Bima yang melihat Devano sepertinya sudah kehilangan kendali pun langsung menghampirinya dan menarik tangannya agar laki-laki itu berhenti.
"Vano udah no! dia udah sekarat!" kata Bima dengan nada yang keras, membuat ke-empat temannya ikut menyadari.
"Sial!" umpat Fauzi dan langsung menendang muka musuhnya itu, dia berlari untuk membantu Bima yang kewalahan buat memberhentikan Devano.
"Wah anjirr, anak orang itu mau mati no! udah woy!" teriak Asep yang berharap agar laki-laki itu mendengarkannya.
Tapi nyatanya Devano tidak menghiraukan teriakan teman-temannya. Kedua telinganya sudah tertutup rapat, matanya hampir memutih, dia terlihat seperti orang kesetanan sekarang.
Semua orang yang berada di sana menatap ngeri ke arah Devano, sehingga membuat mereka berhenti berkelahi dan hanya fokus pada Kelima inti Gangkara dan wakil BD.
Perkelahian antar dua gang itu sampai berhenti secara tiba-tiba karena teriakan keempat sindikat Gangkara, sebagian dari mereka juga menatap Devano dengan ngeri dan tidak percaya dengan kebrutalan-nya.
'Gila, dia itu monster apa iblis sih?'
'Kok jadi merinding yah?'
'Kuat banget anjing'
'WOY!! BANTU PISAHIN BANGSAT! DIAM AJA LO PADA BRENGSEK!" teriak salah satu anggota inti BD yang ikut memisahkan Devano dan Wakilnya yang sudah tidak sadarkan diri.
"Udah no udah. Istighfar!" suruh Alif yang masih berusaha untuk menarik kakinya Devano agar menjauh dari mangsanya.
'Vano, ingat bunda lo.' Bisik Fauzi yang berhasil membuat keberingasan Devano terhenti, sedetik bayangan sosok bundanya yang tengah tersenyum menatap dirinya langsung hadir di memorinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Sindikat Gangkara
Teen FictionKehilangan orang tua adalah hal yang paling menyedihkan sedunia, terlebih lagi itu adalah kehilangan sosok seorang ibu. hal itulah yang terjadi pada seorang anggota inti dari Gengkara, tokoh utama yang baru saja kehilangan ibunya karena sebuah peny...